All hands,
Dalam pembangunan kekuatan Angkatan Laut, tidak dapat dipungkiri bantuan Australia kepada Indonesia. Setidaknya itu terjadi di masa lalu ketika Indonesia berupaya keluar dari masa-masa sulit. Secara material, bentuk bantuan itu antara lain adalah pesawat patroli maritim N-22/24 Nomad yang kini sebagian sudah menjadi monumen di beberapa tempat dan kapal PC kelas Attack yang sekarang beroperasi di wilayah Kepulauan Riau dan sekitarnya. Bagi Indonesia yang saat itu tengah kesulitan, bantuan itu dinilai sangat berarti untuk membangun kembali kemampuan-kemampuan Angkatan Laut.
Akan tetapi apabila ditelusuri lebih jauh, bantuan itu tidak meningkatkan kemampuan strategis Indonesia di kawasan. Sebab kemampuan pesawat udara dan kapal PC tersebut terbatas, hanya sekedar untuk patroli dengan jangka waktu tertentu saja. Sementara Nomad diberikan kepada Indonesia untuk kepentingan patroli maritim, negeri yang sering dilanda kebakaran semak tersebut melenggang dengan P-3 Orion dalam menggelar patroli maritim.
Kalau diteliti lebih jauh, semua negara tetangga Australia yang tidak berkulit putih selalu dikasih bantuan material militer ---termasuk Angkatan Laut--- yang "ecek-ecek". Lihatlah beberapa negara Pasifik Selatan yang pengembangan Angkatan Lautnya sangat tergantung dari kemurahan hati Canberra. Oleh Canberra, mereka hanya diperbolehkan membeli kapal PC dan itupun kapalnya harus buatan galangan Australia. Kasusnya adalah PC kelas Pasifik yang "didonasikan" oleh Canberra kepada "negeri-negeri vassalnya" di Pasifik Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar