All hands,
Korea Selatan menganut empat pola pengadaan sistem senjata dalam rangka pembangunan kekuatan. Keempat pola itu mencakup litbang dalam negeri, co-production atau produksi via transfer teknologi, produksi lewat lisensi dan pembelian langsung dari luar negeri. Dari empat pola tersebut, jelas terlihat bahwa pola yang terkait dengan kemampuan industri pertahanan nasional lebih dominan. Dominasi itu bukan saja terlihat dalam konsep, tetapi nampak pula dalam pelaksanaan. Jumlah alutsista yang dibeli dalam suatu periode pembangunan kekuatan nyaris berimbang antara pembelian langsung dari luar negeri dengan pengadaan dari dalam negeri.
Pencapaian Seoul tersebut antara lain dipengaruhi oleh industri pertahanan mereka yang jelas dan konsisten. Misalnya, dukungan pemerintah yang sepenuh hati dalam pengucuran dana litbang. Begitu pula dengan kinerja industri pertahanan yang mengutamakan kualitas dan kepuasaan konsumen, tidak sekedar kuantitas belaka. Juga dukungan kebijakan luar negeri terhadap pengembangan industri pertahanan lokal.
Di Indonesia, hal-hal seperti itu masih menjadi pekerjaan rumah yang entah kapan baru akan terselesaikan. Pengembangan industri pertahanan belum mempunyai peta jalan, begitu pula dengan benang merah antara industri pertahanan di masa lalu dengan di saat sekarang, budaya industri yang belum mapan dan lain sebagainya.
Dalam konteks Angkatan Laut, ke depan sebaiknya pola lisensi atau co-production sebaiknya ditingkatkan daripada kondisi saat ini. Dengan catatan bahwa produk yang dihasilkan bukan sekedar asal jadi, tetapi mempunyai kualitas sebagaimana buatan aslinya di negeri yang jauh di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar