All hands,
Dalam konflik Indonesia dengan negeri yang congkak, pongah dan bodoh yakni Negeri Tukang Klaim sangat disayangkan bahwa pengambil keputusan di Indonesia hanya bisa mengidentifikasi kelemahan diri sendiri, namun tidak mampu mengenali kekuatan sendiri. Akibatnya diplomasi yang dimunculkan sepenuhnya bernuansa diplomasi Dunhill alias mencari aman di comfort zone. Sangat wajar bila banyak kalangan di negeri ini yang berang dengan langkah-langkah diplomat Dunhill yang tidak tegas dalam mengamankan kepentingan nasional.
Pertanyaannya, apa kekuatan Indonesia yang dapat dijadikan posisi tawar menghadapi negeri yang harus mengorbankan seorang perempuan hanya agar Angkatan Lautnya bisa mempunyai kapal selam? Jawabannya banyak, seperti kerjasama militer yang dapat dihentikan, ketergantungan Negeri Tukang Klaim terhadap suku cadang pesawat CN-235 buatan Bandung, penghentian operasi SPBU Petronas, menghentikan jatah kursi bagi mahasiswa Negeri Tukang Klaim di perguruan tinggi Indonesia, bahkan melarang operasi maskapai Negeri Tukang Klaim beserta cabangnya di Indonesia (Indonesia AirAsia adalah cabang dari perusahaan penerbangan Negeri Tukang Klaim) dan lain sebagainya. Belum lagi di sektor keuangan dan perkebunan, yang berpotensi untuk ditutup meskipun resikonya lebih besar.
Kalau bisnis Negeri Tukang Klaim seperti SPBU Petronas ditutup paksa oleh Indonesia, negeri ini tidak akan mengalami krisis BBM. Toh lebih dari 98 persen SBPU milik Pertamina dan SPBU asing hanya boleh berdiri di kota-kota besar tertentu saja. Maskapai Negeri Tukang Klaim beserta cabangnya di Indonesia dilarang beroperasi juga tidak akan berdampak signifikan terhadap terhadap penerbangan Indonesia, sebab maskapai Indonesia mampu untuk melayani penerbangan domestik dan internasional secara mandiri tanpa harus dibantu oleh Negeri Tukang Klaim.
Yang perlu diwaspadai adalah di bidang ekonomi, khususnya perbankan dan telekomunikasi. Karena kebijakan di masa lalu oleh partai nasional yang tidak berwajah nasionalis maka perbankan Indonesia kini sebagian dikuasai oleh pemodal asal Negeri Tukang Klaim. Kondisi ini perlu dicermati ke depan, karena akan melemahkan instrumen ekonomi Indonesia.
Untuk menghadapi Negeri Tukang Klaim, ada beberapa kartu truf yang bisa dimainkan dengan dampak minimal terhadap ekonomi Indonesia. Hal itu sekaligus menunjukkan bahwa asumsi diplomat Dunhill bahwa Indonesia tersandera oleh TKI sehingga tidak berani tegas adalah asumsi yang keliru dan tidak berdasar. Kata kunci tinggal satu, yakni apakah ada kemauan untuk bersikap tegas terhadap Negeri Tukang Klaim? Percuma mempunyai kemampuan namun tak diimbangi oleh kemauan politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar