All hands,
Dalam satu dekade terdapat dua arus yang berbeda di lingkungan Angkatan Laut Asia Tenggara menyangkut fast attack craft (FAC). Arus pertama dianut oleh Negeri Tukang Klaim dan negeri penampung koruptor dan uang haram dari Indonesia. Kedua negeri yang dulunya satu itu sejak akhir 1990-an beralih dari pemakaian kapal jenis FAC ke kapal jenis korvet dan atau fregat. Contohnya adalah negeri penampung koruptor dan uang haram asal Indonesia, di mana armada FAC-nya digantikan oleh fregat kelas Formidable. Dengan kata lain, kedua negeri yang pernah diganyang oleh Indonesia pada 1960-an kini lebih banyak menggunakan kapal korvet dan fregat serta mulai mengurangi penggunaan kapal FAC dalam susunan tempurnya.
Alasan kedua negara FPDA tersebut adalah dimensi kapal korvet dan fregat yang lebih besar, sehingga mampu menyandang sistem senjata lebih banyak. Sedangkan alasan yang tidak disebutkan adalah mereka ingin meningkatkan status Angkatan Lautnya menjadi kekuatan laut yang mampu diproyeksikan di kawasan.
Arus kedua adalah Angkatan Laut yang memperbanyak atau setidaknya memperkuat eksistensi FAC dalam susunan tempurnya. Di Asia Tenggara negara yang menganut demikian adalah Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut negeri ini telah meningkatkan kemampuan beberapa kapal patrolinya menjadi FAC dan akan terus berlangsung hingga beberapa tahun ke depan. Alasan di balik itu adalah meningkatkan daya pukul kapal perangnya, sebab FAC sangat berpotensi dieksploitasi pada beberapa perairan strategis yang tergolong focal points. Berbeda dengan dua negara Asia Tenggara lainnya, perairan Indonesia mempunyai beberapa focal points yang cocok bagi pengoperasian FAC.
Dari fenomena tersebut terlihat bahwa penggunaan FAC di kawasan Asia Tenggara sangat ditentukan oleh strategi yang dianut oleh masing-masing Angkatan Laut. Peningkatan kemampuan FAC Indonesia bukan berarti kekuatan laut negeri ini meninggalkan kapal kombatan jenis fregat atau korvet, tetapi lebih untuk mengisi kepentingan taktis operasional. Adapun kecenderungan dua negeri yang pernah diganyang oleh Presiden Soekarno pada 1960-an tidak lepas dari ambisi regional dan perlunya menunjukkan otot Angkatan Lautnya di kawasan Asia Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar