All hands,
Saat ini, satu-satunya Angkatan Laut di dunia yang menguasai secara komprehensif aspek logistik dalam proyeksi kekuatan adalah U.S. Navy. Penguasaan U.S. Navy dalam aspek logistik sudah dibangun sejak berlangsungnya Perang Dunia Kedua. Sehingga tidak aneh bila sejak Perang Dunia Kedua sampai sekarang, armada kapal perang U.S. Navy terus disebarkan ke seluruh dunia tanpa jeda.
Angkatan Laut yang gagal dari aspek logistik dalam proyeksi kekuatan adalah Imperial Japanese Navy (IJN). Kegagalan aspek logistik berkontribusi pada tumbangnya dominasi Jepang di kawasan Asia Pasifik dalam Perang Dunia Kedua yang berujung pada penyerahan tanpa syarat Jepang dan disusul oleh likuidasi IJN.
JMSDF sebagai “penerus” IJN belajar dari kegagalan tersebut, dengan berguru kepada U.S. Navy yang selama puluhan tahun menjadi payung pertahanan maritim Jepang. Hasil dari berguru itu kemudian dipraktekkan sejak 2001, ketika JMSDF menyebarkan kekuatannya ke Samudera India untuk mendukung GWOT yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
PLA-Navy yang berambisi mempunyai kemampuan proyeksi kekuatan masih diragukan daya dukung aspek logistiknya. Walaupun sekarang kekuatan laut Cina mulai disebarkan jauh dri daratannya, tetapi hal itu nampaknya lebih sebagai uji coba konsep operasi mereka, termasuk aspek logistik. Namun secara garis besar, logistic sustainment-nya masih diragukan. Jangankan menyamai U.S. Navy, untuk menyamai JMSDF saja masih sangat diragukan.
Bila AL kita di masa depan dirancang untuk mampu melakukan proyeksi kekuatan, maka salah satu pekerjaan yang harus segera diselesaikan adalah aspek logistik. Saat ini merupakan kesempatan bagi AL kita untuk belajar mengenai long distance naval operation logistic, sebab ada kapal perang kita yang disebarkan ke Lebanon. Dari sana niscaya banyak lesson learned mengenai apa kekurangan logistik AL kita yang harus dibenahi.
Pembenahan logistik tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sebab “jarak” ke hulu logistik cukup panjang, yaitu ke produsen sistem senjata yang melengkapi kapal kita. Lepas dari semua itu, penyebaran kekuatan laut Indonesia ke Lebanon merupakan kesempatan emas untuk belajar tentang proyeksi kekuatan, termasuk aspek logistiknya.
Saat ini, satu-satunya Angkatan Laut di dunia yang menguasai secara komprehensif aspek logistik dalam proyeksi kekuatan adalah U.S. Navy. Penguasaan U.S. Navy dalam aspek logistik sudah dibangun sejak berlangsungnya Perang Dunia Kedua. Sehingga tidak aneh bila sejak Perang Dunia Kedua sampai sekarang, armada kapal perang U.S. Navy terus disebarkan ke seluruh dunia tanpa jeda.
Angkatan Laut yang gagal dari aspek logistik dalam proyeksi kekuatan adalah Imperial Japanese Navy (IJN). Kegagalan aspek logistik berkontribusi pada tumbangnya dominasi Jepang di kawasan Asia Pasifik dalam Perang Dunia Kedua yang berujung pada penyerahan tanpa syarat Jepang dan disusul oleh likuidasi IJN.
JMSDF sebagai “penerus” IJN belajar dari kegagalan tersebut, dengan berguru kepada U.S. Navy yang selama puluhan tahun menjadi payung pertahanan maritim Jepang. Hasil dari berguru itu kemudian dipraktekkan sejak 2001, ketika JMSDF menyebarkan kekuatannya ke Samudera India untuk mendukung GWOT yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
PLA-Navy yang berambisi mempunyai kemampuan proyeksi kekuatan masih diragukan daya dukung aspek logistiknya. Walaupun sekarang kekuatan laut Cina mulai disebarkan jauh dri daratannya, tetapi hal itu nampaknya lebih sebagai uji coba konsep operasi mereka, termasuk aspek logistik. Namun secara garis besar, logistic sustainment-nya masih diragukan. Jangankan menyamai U.S. Navy, untuk menyamai JMSDF saja masih sangat diragukan.
Bila AL kita di masa depan dirancang untuk mampu melakukan proyeksi kekuatan, maka salah satu pekerjaan yang harus segera diselesaikan adalah aspek logistik. Saat ini merupakan kesempatan bagi AL kita untuk belajar mengenai long distance naval operation logistic, sebab ada kapal perang kita yang disebarkan ke Lebanon. Dari sana niscaya banyak lesson learned mengenai apa kekurangan logistik AL kita yang harus dibenahi.
Pembenahan logistik tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Sebab “jarak” ke hulu logistik cukup panjang, yaitu ke produsen sistem senjata yang melengkapi kapal kita. Lepas dari semua itu, penyebaran kekuatan laut Indonesia ke Lebanon merupakan kesempatan emas untuk belajar tentang proyeksi kekuatan, termasuk aspek logistiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar