30 April 2009

Tantangan Keamanan Kontemporer Versus Balance Of Power

All hands,
Sebelumnya pernah dibahas mengenai dilema yang dihadapi oleh banyak Angkatan Laut di dunia. Mereka dihadapkan pada operational challenges seperti isu keamanan maritim di satu sisi, dengan militer Angkatan Laut di sisi lain. Atau dengan istilah lain, sebagian besar Angkatan Laut di dunia tengah mencari ekuilibrium baru dalam melaksanakan peran universalnya.
Isu keamanan maritim merupakan isu keamanan kontemporer. Sedangkan peran militer Angkatan Laut terkait dengan balance of power. Mungkin ada pihak yang menilai bahwa balance of power sudah kurang sesuai dengan kondisi dunia saat ini. Pendapat demikian ada benarnya, tetapi harus dilihat dahulu di mana ruang dan waktunya.
Kalau ruang dan waktunya di kawasan Eropa, sangat mungkin pendapat tersebut akan menemukan pembenaran. Namun bila kawasan Asia Pasifik dipilih sebagai ruang dan waktunya, kebenaran pendapat itu akan tergradasi alias dipertanyakan. Mengapa demikian?
Sebab arsitektur keamanan di kawasan ini sangat kompleks. Konflik antar negara masih merupakan potensi nyata, misalnya di Semenanjung Korea, Selat Taiwan maupun di Asia Tenggara. Potensi konflik di Asia Tenggara bukan sekedar masalah perbatasan, tetapi juga perebutan sumber energi maupun jaminan keamanan SLOC.
Indonesia dengan posisi strategisnya berpotensi melakukan blokade SLOC negara lain, Amerika Serikat pun dapat melakukan blokade SLOC di perairan Indonesia untuk menghadapi negara lain. Dalam strategi maritim, hal itu dikenal sebagai distant blockade.
Dari situ jelas bahwa Angkatan Laut di kawasan Asia Pasifik masih tetap harus memperhatikan balance of power dalam perencanaan dan pembangunan kekuatannya. Angkatan Laut di wilayah ini, termasuk AL kita, boleh disibukkan dengan isu keamanan kontemporer, tetapi jangah sampai melupakan balance of power.
Karena harus dicamkan bahwa Angkatan Laut adalah salah satu bagian dari instrumen kekuatan nasional guna mengamankan kepentingan nasional. Ketika berbicara tentang kepentingan nasional, masa bodoh terhadap negara lain. Realitanya demikian.
Miring

Tidak ada komentar: