All hands,
Hanya sedikit negara di dunia yang Angkatan Laut-nya mengoperasikan kapal induk. Hal itu tentu saja tidak lepas dari faktor ekonomi, sebab cost operasionalnya sangat besar. Dari sekian negara yang mengoperasikan kapal induk, bisa dilihat berapa negara yang kapal induknya aktif beroperasi menjelajah kawasan dan dunia dan berapa negara yang kapal induknya lebih banyak beroperasi di sekitar wilayah negaranya saja.
Sebagai contoh adalah Thailand. Negara ini sejak pertengahan 1990-an telah mempunyai kapal induk HMTS Chakri Naurebet buatan Spanyol. Namun kiprah kapal induk itu di kawasan Asia Tenggara tidak dirasakan, walaupun secara teknis kapal tersebut mampu beroperasi ribuan mil dari Thailand.
Dari situ terlihat jelas bahwa pengoperasian kapal induk memiliki keterkaitan langsung dengan kemampuan ekonomi negara pemilik kapal induk. Amerika Serikat mampu menyebarkan hampir semua kapal induknya secara simultan ke seluruh dunia karena ditopang oleh ekonominya yang kuat. Bisa dibayangkan berapa biaya operasional satu kapal induk seperti USS Abraham Lincoln yang bertonase sekitar seratus ribu ton, diawaki oleh sekitar lima ribu personel, puluhan pesawat udara dan lain sebagainya. Satu kali deployment kapal induk U.S. Navy berjangka waktu minimal enam bulan.
India yang mempunyai dua kapal induk mempunyai masalah dalam pengoperasiannya. Selain usia kapal induknya yang sudah lanjut, juga biaya operasionalnya. Makanya manuver kapal induk negeri itu belum bisa jauh dari India. Pada saat yang sama, India juga dihadapkan pada masalah biaya overhaul INS Vikramaditya eks RFS Gorshkov di galangan Rusia yang terus mengalami pembengkakan.
Akibatnya rencana penyerahan kapal induk itu pada 2010 mengalami kemunduran menjadi paling cepat 2012. India juga tengah membuat kapal induk lokal di galangan nasionalnya. Diharapkan kapal induk lokal itu akan selesai pada dekade mendatang untuk mendukung aspirasi geopolitik India.
Cina yang ekonominya mulai berjaya kini mulai berani bermain dengan kapal induk, dengan rencana membuat dua kapal induk lokal. Berambisi mampu melaksanakan proyeksi kekuatan, Cina membangun kapal induk dengan basis pengetahuan hasil membongkar dua eks kapal induk Australia dan Rusia yang dibelinya.
Apa yang bisa ditarik dari situ? Mampu membuat kapal induk atau minimal membeli kapal induk adalah suatu soal. Mampu mengoperasikan kapal induk adalah persoalan lain. Tidak ada perbandingan lurus antara keduanya.
Hal inilah yang harus didalami oleh Indonesia bila suatu saat ingin mengoperasikan kapal induk. Masalah utama yang harus diperhatikan adalah operational cost.
Hanya sedikit negara di dunia yang Angkatan Laut-nya mengoperasikan kapal induk. Hal itu tentu saja tidak lepas dari faktor ekonomi, sebab cost operasionalnya sangat besar. Dari sekian negara yang mengoperasikan kapal induk, bisa dilihat berapa negara yang kapal induknya aktif beroperasi menjelajah kawasan dan dunia dan berapa negara yang kapal induknya lebih banyak beroperasi di sekitar wilayah negaranya saja.
Sebagai contoh adalah Thailand. Negara ini sejak pertengahan 1990-an telah mempunyai kapal induk HMTS Chakri Naurebet buatan Spanyol. Namun kiprah kapal induk itu di kawasan Asia Tenggara tidak dirasakan, walaupun secara teknis kapal tersebut mampu beroperasi ribuan mil dari Thailand.
Dari situ terlihat jelas bahwa pengoperasian kapal induk memiliki keterkaitan langsung dengan kemampuan ekonomi negara pemilik kapal induk. Amerika Serikat mampu menyebarkan hampir semua kapal induknya secara simultan ke seluruh dunia karena ditopang oleh ekonominya yang kuat. Bisa dibayangkan berapa biaya operasional satu kapal induk seperti USS Abraham Lincoln yang bertonase sekitar seratus ribu ton, diawaki oleh sekitar lima ribu personel, puluhan pesawat udara dan lain sebagainya. Satu kali deployment kapal induk U.S. Navy berjangka waktu minimal enam bulan.
India yang mempunyai dua kapal induk mempunyai masalah dalam pengoperasiannya. Selain usia kapal induknya yang sudah lanjut, juga biaya operasionalnya. Makanya manuver kapal induk negeri itu belum bisa jauh dari India. Pada saat yang sama, India juga dihadapkan pada masalah biaya overhaul INS Vikramaditya eks RFS Gorshkov di galangan Rusia yang terus mengalami pembengkakan.
Akibatnya rencana penyerahan kapal induk itu pada 2010 mengalami kemunduran menjadi paling cepat 2012. India juga tengah membuat kapal induk lokal di galangan nasionalnya. Diharapkan kapal induk lokal itu akan selesai pada dekade mendatang untuk mendukung aspirasi geopolitik India.
Cina yang ekonominya mulai berjaya kini mulai berani bermain dengan kapal induk, dengan rencana membuat dua kapal induk lokal. Berambisi mampu melaksanakan proyeksi kekuatan, Cina membangun kapal induk dengan basis pengetahuan hasil membongkar dua eks kapal induk Australia dan Rusia yang dibelinya.
Apa yang bisa ditarik dari situ? Mampu membuat kapal induk atau minimal membeli kapal induk adalah suatu soal. Mampu mengoperasikan kapal induk adalah persoalan lain. Tidak ada perbandingan lurus antara keduanya.
Hal inilah yang harus didalami oleh Indonesia bila suatu saat ingin mengoperasikan kapal induk. Masalah utama yang harus diperhatikan adalah operational cost.
1 komentar:
Memiliki Kapal Induk...tergantung nanti dengan faktor interest politik dan ekonomi.
Seperti yang diketahui, semua rakyat Indonesia berharap negri ini jadi kaya dan makmur. Semua potensi ke arah itu sudah dimiliki dan tinggal bagaimana managementnya (plus mentalitas pemimpinnya).
Tapi jika aspirasi untuk mampu mengelola sendiri semua SDA bisa tercapai dan diikuti oleh pengembangan SDM, saya kira otomatis AL kita akan butuh kapal induk. Karena jika itu terjadi, bargaining politik dan ekonomi kita jelas naik. Perlu instrument untuk significant power projection, pengamanan jalur laut, memelihara pengaruh, yang penting untuk kelangsungan interest ekonomi kita di dunia (yang berarti menjaga aliran profit negara).
Posting Komentar