All hands,
Menurut Geoffrey Till, anatomi kekuatan maritim terdiri dari sources dan element. Sumber dari kekuatan laut yaitu (i) a maritime community, (ii) resources, (iii) styles of government dan (iv) geography. Adapun elemennya mencakup (i) merchant shipping, (ii) bases dan (iii) the fighting instrument. Yang dimaksud dengan the fighting instrument adalah Angkatan Laut.
Kalau kita bandingkan dengan kondisi Indonesia kini, yang tidak dipunyai oleh negeri kepulauan ini ada dua, yaitu style of government dan maritime community. Harus kita akui bahwa karakter pemerintahan di Indonesia pasca 1965 boleh dikatakan sangat kurang perhatiannya terhadap domain maritim. Begitu pula karakter masyarakat Indonesia yang memandang laut sebagai halaman belakang.
Akibat style of government yang demikian, Indonesia belum menjadi pemain maritim yang diperhitungkan dunia internasional. Armada pelayaran niaga Indonesia belum berjaya bahkan di negeri sendiri. Malah pelayaran di Indonesia dikendalikan oleh Singapura melalui kaki tangan mereka di sini.
Begitu pula dengan AL kita. Kita punya keinginan menjayakan AL, tetapi style of government tidak mendukung ke arah itu. Alasan klasik yang dipakai adalah keterbatasan anggaran. Dalih itu tidak masuk akal, karena semua negara menghadapi keterbatasan anggaran. Di balik semua itu, yang pasti tidak ada guts untuk menjayakan Indonesia di bidang maritim.
Sampai kapal style of government negeri ini akan terus begitu?
Menurut Geoffrey Till, anatomi kekuatan maritim terdiri dari sources dan element. Sumber dari kekuatan laut yaitu (i) a maritime community, (ii) resources, (iii) styles of government dan (iv) geography. Adapun elemennya mencakup (i) merchant shipping, (ii) bases dan (iii) the fighting instrument. Yang dimaksud dengan the fighting instrument adalah Angkatan Laut.
Kalau kita bandingkan dengan kondisi Indonesia kini, yang tidak dipunyai oleh negeri kepulauan ini ada dua, yaitu style of government dan maritime community. Harus kita akui bahwa karakter pemerintahan di Indonesia pasca 1965 boleh dikatakan sangat kurang perhatiannya terhadap domain maritim. Begitu pula karakter masyarakat Indonesia yang memandang laut sebagai halaman belakang.
Akibat style of government yang demikian, Indonesia belum menjadi pemain maritim yang diperhitungkan dunia internasional. Armada pelayaran niaga Indonesia belum berjaya bahkan di negeri sendiri. Malah pelayaran di Indonesia dikendalikan oleh Singapura melalui kaki tangan mereka di sini.
Begitu pula dengan AL kita. Kita punya keinginan menjayakan AL, tetapi style of government tidak mendukung ke arah itu. Alasan klasik yang dipakai adalah keterbatasan anggaran. Dalih itu tidak masuk akal, karena semua negara menghadapi keterbatasan anggaran. Di balik semua itu, yang pasti tidak ada guts untuk menjayakan Indonesia di bidang maritim.
Sampai kapal style of government negeri ini akan terus begitu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar