All hands,
Dalam beberapa tahun terakhir dan hingga tahun-tahun mendatang, daya pukul Angkatan Laut Indonesia sebagian akan mulai bertumpu pada sejumlah senjata buatan Rusia dan Cina. Jenis senjata berupa rudal jenis Yakhont, C-802 dan C-705 mulai mengisi geladak kapal atas air Indonesia menggantikan rudal-rudal buatan Amerika Serikat dan Eropa seperti Harpoon dan Exocet. Namun bukan berarti rudal buatan Eropa tidak akan dipakai lagi sebagai senjata pada kapal kombatan, sebab rudal Exocet MM-40 dipilih untuk memperkuat kapal korvet buatan Belanda.
Adanya keragaman rudal anti kapal pada kapal perang Indonesia pada satu sisi mengurangi ketergantungan teknologi rudal pada satu blok tertentu. Akan tetapi pada sisi lain, keragaman tersebut melahirkan implikasi pula pada aspek operasional. Satu di antaranya adalah dituntutnya interoperability pada beragam subsistem yang mendukung rudal tersebut. Sebab sebagian dari subsistem itu menggunakan standar NATO yang tentu saja berbeda dengan standar Rusia maupun Cina.
Misalnya, bagaimana menata interoperability antara perangkat penginderaan yang buatan Barat dengan perangkat radar kendali penembakan yang berbasiskan teknologi Rusia dan Cina. Masih terdapat sejumlah pertanyaan lain yang bersifat teknis yang menyangkut interoperability sistem yang berbeda tersebut yang harus bisa dijawab dan dikuasai. Sehingga rudal-rudal dengan daya rusak yang tidak kalah dari senjata sejenis keluaran Barat benar-benar dapat dieksploitasi semaksimal mungkin dalam operasionalnya.
Untuk menguji interoperability tersebut, dapat dilaksanakan pada latihan-latihan rutin yang digelar. Memang biaya latihan itu tidak murah, terlebih lagi ketika harus menembakkan rudal secara live. Namun semua itu tidak dapat dihindari, karena tanpa uji coba penembakan rudal secara live, ada pengetahuan yang belum terisi mengenai sistem senjata yang diawaki.
Meskipun kita sudah dibekali dengan data-data dari pabrikan tentang karakteristik rudal yang dioperasikan, akan lebih baik bila tidak sebatas percaya pada data itu. Perlu dilaksanakan uji coba penembakan rudal secara live untuk melihat langsung karakteristik senjata itu. Hasil uji coba itu dapat menjadi bekal dalam meningkatkan daya pukul kapal perang Angkatan Laut negeri ini.
Dalam beberapa tahun terakhir dan hingga tahun-tahun mendatang, daya pukul Angkatan Laut Indonesia sebagian akan mulai bertumpu pada sejumlah senjata buatan Rusia dan Cina. Jenis senjata berupa rudal jenis Yakhont, C-802 dan C-705 mulai mengisi geladak kapal atas air Indonesia menggantikan rudal-rudal buatan Amerika Serikat dan Eropa seperti Harpoon dan Exocet. Namun bukan berarti rudal buatan Eropa tidak akan dipakai lagi sebagai senjata pada kapal kombatan, sebab rudal Exocet MM-40 dipilih untuk memperkuat kapal korvet buatan Belanda.
Adanya keragaman rudal anti kapal pada kapal perang Indonesia pada satu sisi mengurangi ketergantungan teknologi rudal pada satu blok tertentu. Akan tetapi pada sisi lain, keragaman tersebut melahirkan implikasi pula pada aspek operasional. Satu di antaranya adalah dituntutnya interoperability pada beragam subsistem yang mendukung rudal tersebut. Sebab sebagian dari subsistem itu menggunakan standar NATO yang tentu saja berbeda dengan standar Rusia maupun Cina.
Misalnya, bagaimana menata interoperability antara perangkat penginderaan yang buatan Barat dengan perangkat radar kendali penembakan yang berbasiskan teknologi Rusia dan Cina. Masih terdapat sejumlah pertanyaan lain yang bersifat teknis yang menyangkut interoperability sistem yang berbeda tersebut yang harus bisa dijawab dan dikuasai. Sehingga rudal-rudal dengan daya rusak yang tidak kalah dari senjata sejenis keluaran Barat benar-benar dapat dieksploitasi semaksimal mungkin dalam operasionalnya.
Untuk menguji interoperability tersebut, dapat dilaksanakan pada latihan-latihan rutin yang digelar. Memang biaya latihan itu tidak murah, terlebih lagi ketika harus menembakkan rudal secara live. Namun semua itu tidak dapat dihindari, karena tanpa uji coba penembakan rudal secara live, ada pengetahuan yang belum terisi mengenai sistem senjata yang diawaki.
Meskipun kita sudah dibekali dengan data-data dari pabrikan tentang karakteristik rudal yang dioperasikan, akan lebih baik bila tidak sebatas percaya pada data itu. Perlu dilaksanakan uji coba penembakan rudal secara live untuk melihat langsung karakteristik senjata itu. Hasil uji coba itu dapat menjadi bekal dalam meningkatkan daya pukul kapal perang Angkatan Laut negeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar