All hands,
Dalam pengadaan sistem senjata, termasuk kapal perang, masalah biaya dan kemampuan merupakan salah satu perhatian. Terkadang tidak sedikit negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang, yang harus dihadapkan pada pilihan apakah mensinergikan antara dan kemampuan ataukah mengorbankan alias mengkompromikan salah satu untuk kepentingan lainnya. Maksudnya, biaya mengikuti kemampuan yang dipersyaratkan atau kemampuan dikompromikan agar sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh, apabila kita ingin membeli sebuah fregat baru dengan opsreq yang telah ditetapkan, menjadi pertanyaan apakah pagu anggaran yang tersedia dapat memenuhi opsreq tersebut. Ataukah sebagian dari opsreq dikompromikan agar terpenuhi dari pagu anggaran yang tersedia?
Misalnya, opsreq mengharuskan fregat tersebut selain mumpuni dalam peperangan anti kapal selam, juga harus mampu melaksanakan peperangan anti kapal permukaan dan peperangan anti udara. Secara ideal pagu anggaran harus memenuhi semua opsreq tersebut. Namun kadangkala dari persepsi pengambil keputusan soal anggaran, pagunya dinilai terlalu besar sehingga meminta agar ada penyesuaian pada opsreq. Penyesuaian misalnya untuk kemampuan peperangan udara, opsreq-nya diturunkan dari mampu menggelar area defense menjadi point defense.
Persoalan-persoalan seperti ini selalu dihadapi oleh banyak Angkatan Laut di dunia. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Menurut hemat saya, pendekatan spesialisasi kapal merupakan cara ekonomis tanpa merugikan baik biaya maupun kemampuan. Dengan pendekatan spesialisasi kapal, maka satu kelas kapal permukaan mempunyai spesialisasi kemampuan peperangan tersendiri. Adapun kemampuan peperangan lainnya dapat diemban kepada kelas kapal lainnya.
Atau bisa pula dalam satu kelas kapal, terbagi dalam dua atau tiga kemampuan sekaligus. Misalnya ada enam kapal sekelas, maka ada dua yang spesialisasinya untuk peperangan anti kapal selam, peperangan anti udara dan peperangan anti kapal permukaan.
Melengkapi sebuah kapal perang dengan semua kemampuan yang diinginkan berkonsekuensi pada mahalnya biaya pengembangan. Akan lebih baik bila menggunakan pendekatan spesialisasi kemampuan, sehingga tidak ada pengorbanan atau kompromi dari aspek biaya maupun kemampuan itu sendiri.
Beberapa Angkatan Laut di dunia tengah menghadapi masalah krusial menyangkut soal biaya dan kemampuan. Pangkal dari masalah tersebut adalah keinginan mencangkokkan semua kemampuan peperangan yang ada pada platform yang sama. Masalahnya adalah mereka lupa bahwa dalam pembangunan kekuatan, sumber daya yang tersedia selalu terbatas. Asumsi keterbatasan sumber daya harus dipahami betul.
Dalam pengadaan sistem senjata, termasuk kapal perang, masalah biaya dan kemampuan merupakan salah satu perhatian. Terkadang tidak sedikit negara di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang, yang harus dihadapkan pada pilihan apakah mensinergikan antara dan kemampuan ataukah mengorbankan alias mengkompromikan salah satu untuk kepentingan lainnya. Maksudnya, biaya mengikuti kemampuan yang dipersyaratkan atau kemampuan dikompromikan agar sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh, apabila kita ingin membeli sebuah fregat baru dengan opsreq yang telah ditetapkan, menjadi pertanyaan apakah pagu anggaran yang tersedia dapat memenuhi opsreq tersebut. Ataukah sebagian dari opsreq dikompromikan agar terpenuhi dari pagu anggaran yang tersedia?
Misalnya, opsreq mengharuskan fregat tersebut selain mumpuni dalam peperangan anti kapal selam, juga harus mampu melaksanakan peperangan anti kapal permukaan dan peperangan anti udara. Secara ideal pagu anggaran harus memenuhi semua opsreq tersebut. Namun kadangkala dari persepsi pengambil keputusan soal anggaran, pagunya dinilai terlalu besar sehingga meminta agar ada penyesuaian pada opsreq. Penyesuaian misalnya untuk kemampuan peperangan udara, opsreq-nya diturunkan dari mampu menggelar area defense menjadi point defense.
Persoalan-persoalan seperti ini selalu dihadapi oleh banyak Angkatan Laut di dunia. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Menurut hemat saya, pendekatan spesialisasi kapal merupakan cara ekonomis tanpa merugikan baik biaya maupun kemampuan. Dengan pendekatan spesialisasi kapal, maka satu kelas kapal permukaan mempunyai spesialisasi kemampuan peperangan tersendiri. Adapun kemampuan peperangan lainnya dapat diemban kepada kelas kapal lainnya.
Atau bisa pula dalam satu kelas kapal, terbagi dalam dua atau tiga kemampuan sekaligus. Misalnya ada enam kapal sekelas, maka ada dua yang spesialisasinya untuk peperangan anti kapal selam, peperangan anti udara dan peperangan anti kapal permukaan.
Melengkapi sebuah kapal perang dengan semua kemampuan yang diinginkan berkonsekuensi pada mahalnya biaya pengembangan. Akan lebih baik bila menggunakan pendekatan spesialisasi kemampuan, sehingga tidak ada pengorbanan atau kompromi dari aspek biaya maupun kemampuan itu sendiri.
Beberapa Angkatan Laut di dunia tengah menghadapi masalah krusial menyangkut soal biaya dan kemampuan. Pangkal dari masalah tersebut adalah keinginan mencangkokkan semua kemampuan peperangan yang ada pada platform yang sama. Masalahnya adalah mereka lupa bahwa dalam pembangunan kekuatan, sumber daya yang tersedia selalu terbatas. Asumsi keterbatasan sumber daya harus dipahami betul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar