All hands,
Apabila pemerintah tidak bisa menyiapkan anggaran modernisasi kekuatan pertahanan sesuai dengan pengajuan dari Departemen Pertahanan berdasarkan masukan dari ketiga matra militer Indonesia, ada resiko besar yang harus diperhitungkan dengan seksama. Resiko itu adalah makin meningkatnya ancaman dan tantangan terhadap kepentingan nasional Indonesia sebagai akibatnya dari lumpuhnya kekuatan pertahanan Indonesia. Kekuatan pertahanan negeri ini dalam 15 tahun dari sekarang bisa jadi akan mengalami kondisi serupa ketika pasca 1965 negeri ini mengalami pergantian rezim yang berkonsekuensi besar terhadap kesiapsiagaan militer, khususnya Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
Harus diinsyafi bahwa dalam 15 tahun ke depan kekuatan pertahanan negeri-negeri di sekitar Indonesia seperti negeri tukang klaim, negeri penampung koruptor, negeri penindas Aborigin, negeri Inspektur Vijay maupun negeri jagoan hukum mati koruptor justru akan semakin kuat daripada kondisi saat ini. Apabila dalam waktu yang sama kekuatan pertahanan Indonesia justru lumpuh, di situlah kebenaran prediksi bahwa ancaman dan tantangan terhadap kepentingan nasional Indonesia akan semakin meningkat.
Resiko demikian harus diperhitungkan dengan seksama oleh pemerintah. Kurang tepat apabila ada pihak yang mengernyitkan dahi melihat besaran kebutuhan anggaran bagi pemenuhan MEF, sebab itulah harga yang harus dibayar untuk membuat negeri ini bisa mempertahankan diri dengan kekuatan minimum. Toh jumlah itu sebenarnya sangat sedikit dibandingkan dengan akumulasi anggaran pendidikan selama 15 tahun ke depan. Kalau rata-rata dalam satu tahun anggaran pendidikan berkisar Rp.200 trilyun, bisa dihitung berapa kebutuhan anggaran pendidikan hingga 15 tahun nanti. Sementara kebutuhan anggaran pemenuhan MEF hanya sekitar Rp.300 trilyun selama sekitar 15 tahun. Jauh lebih murah bukan?
Apabila pemerintah tidak bisa menyiapkan anggaran modernisasi kekuatan pertahanan sesuai dengan pengajuan dari Departemen Pertahanan berdasarkan masukan dari ketiga matra militer Indonesia, ada resiko besar yang harus diperhitungkan dengan seksama. Resiko itu adalah makin meningkatnya ancaman dan tantangan terhadap kepentingan nasional Indonesia sebagai akibatnya dari lumpuhnya kekuatan pertahanan Indonesia. Kekuatan pertahanan negeri ini dalam 15 tahun dari sekarang bisa jadi akan mengalami kondisi serupa ketika pasca 1965 negeri ini mengalami pergantian rezim yang berkonsekuensi besar terhadap kesiapsiagaan militer, khususnya Angkatan Laut dan Angkatan Udara.
Harus diinsyafi bahwa dalam 15 tahun ke depan kekuatan pertahanan negeri-negeri di sekitar Indonesia seperti negeri tukang klaim, negeri penampung koruptor, negeri penindas Aborigin, negeri Inspektur Vijay maupun negeri jagoan hukum mati koruptor justru akan semakin kuat daripada kondisi saat ini. Apabila dalam waktu yang sama kekuatan pertahanan Indonesia justru lumpuh, di situlah kebenaran prediksi bahwa ancaman dan tantangan terhadap kepentingan nasional Indonesia akan semakin meningkat.
Resiko demikian harus diperhitungkan dengan seksama oleh pemerintah. Kurang tepat apabila ada pihak yang mengernyitkan dahi melihat besaran kebutuhan anggaran bagi pemenuhan MEF, sebab itulah harga yang harus dibayar untuk membuat negeri ini bisa mempertahankan diri dengan kekuatan minimum. Toh jumlah itu sebenarnya sangat sedikit dibandingkan dengan akumulasi anggaran pendidikan selama 15 tahun ke depan. Kalau rata-rata dalam satu tahun anggaran pendidikan berkisar Rp.200 trilyun, bisa dihitung berapa kebutuhan anggaran pendidikan hingga 15 tahun nanti. Sementara kebutuhan anggaran pemenuhan MEF hanya sekitar Rp.300 trilyun selama sekitar 15 tahun. Jauh lebih murah bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar