All hands,
Guna menghadapi ancaman terhadap perompakan dan pembajakan di Selat Malaka, dua negara pantai perairan itu dan Singapura sebagai pihak lain yang berkepentingan menggelar Eyes In The Sky untuk mendukung Malsindo Coorpat. Kegiatan itu telah berlansung selama beberapa tahun terakhir. Seiring dengan terus berjalannya waktu, terdapat indikasi bahwa ada pihak tertentu yang terlibat kegiatan patroli pengamatan maritim semangat partisipasinya mulai menurun. Indikatornya bisa dilihat dari partisipasi pihak tertentu yang dimaksud dalam Eyes In The Sky.
Bertolak dari kondisi itu, sebaiknya Eyes In The Sky dievaluasi secara menyeluruh. Yang dievaluasi bukan semata soal pengaruh operasi ini terhadap tingkat perompakan dan pembajakan di Selat Malaka, tetapi meliputi pula mengapa semangat partisipasi pihak tertentu menurun dibandingkan sebelumnya. Hal yang terakhir ini penting untuk dievaluasi, sebab tidak adil bila operasi ini digelar demi kepentingan hidup mati negara tertentu saja.
Dalam konteks Indonesia, perlu diatur pula rotasi antara Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk jadwal onboard di pesawat patroli maritim dua negara lainnya. Sangat tidak tepat bila kegiatan onboard di pesawat patroli maritim dua negara lainnya dalam Eyes In The Sky didominasi oleh pihak tertentu, sementara ketika pihak lain onboard di pesawat udara milik militer Indonesia, pesawat yang digunakan senantiasa adalah pesawat udara milik kekuatan laut.
Eyes In The Sky digelar demi keamanan bersama, sebab Indonesia dan dua negara lainnya mempunyai ketergantungan keamanan satu sama lain. Ketergantungan itu hendaknya saling menguntungkan satu sama lain, bukan satu pihak terkesan bekerja keras sementara yang menikmati hasilnya pihak lain. Ketika pihak lain itu kini terkesan kurang bersemangat lagi mengikuti Eyes In The Sky, maka perlu dipertanyakan apa alasannya? Dua negara lainnya yang aktif dalam Eyes In The Sky bukanlah bawahan negara yang tidak antusias lagi itu.
Guna menghadapi ancaman terhadap perompakan dan pembajakan di Selat Malaka, dua negara pantai perairan itu dan Singapura sebagai pihak lain yang berkepentingan menggelar Eyes In The Sky untuk mendukung Malsindo Coorpat. Kegiatan itu telah berlansung selama beberapa tahun terakhir. Seiring dengan terus berjalannya waktu, terdapat indikasi bahwa ada pihak tertentu yang terlibat kegiatan patroli pengamatan maritim semangat partisipasinya mulai menurun. Indikatornya bisa dilihat dari partisipasi pihak tertentu yang dimaksud dalam Eyes In The Sky.
Bertolak dari kondisi itu, sebaiknya Eyes In The Sky dievaluasi secara menyeluruh. Yang dievaluasi bukan semata soal pengaruh operasi ini terhadap tingkat perompakan dan pembajakan di Selat Malaka, tetapi meliputi pula mengapa semangat partisipasi pihak tertentu menurun dibandingkan sebelumnya. Hal yang terakhir ini penting untuk dievaluasi, sebab tidak adil bila operasi ini digelar demi kepentingan hidup mati negara tertentu saja.
Dalam konteks Indonesia, perlu diatur pula rotasi antara Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk jadwal onboard di pesawat patroli maritim dua negara lainnya. Sangat tidak tepat bila kegiatan onboard di pesawat patroli maritim dua negara lainnya dalam Eyes In The Sky didominasi oleh pihak tertentu, sementara ketika pihak lain onboard di pesawat udara milik militer Indonesia, pesawat yang digunakan senantiasa adalah pesawat udara milik kekuatan laut.
Eyes In The Sky digelar demi keamanan bersama, sebab Indonesia dan dua negara lainnya mempunyai ketergantungan keamanan satu sama lain. Ketergantungan itu hendaknya saling menguntungkan satu sama lain, bukan satu pihak terkesan bekerja keras sementara yang menikmati hasilnya pihak lain. Ketika pihak lain itu kini terkesan kurang bersemangat lagi mengikuti Eyes In The Sky, maka perlu dipertanyakan apa alasannya? Dua negara lainnya yang aktif dalam Eyes In The Sky bukanlah bawahan negara yang tidak antusias lagi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar