All hands,
Ketika Pentagon dipimpin oleh Donald Rumsfeld untuk kedua kalinya, organisasi pertahanan Amerika Serikat mengalami transformasi besar-besaran. Transformasi itu dicantumkan dalam 2001 QDR dan 2006 QDR. Kini ketika Pentagon dipimpin oleh Robert M. Gates yang merupakan holdover dari administrasi G.W. Bush, Jr, menurut rencana pada 2010 ini QDR akan diterbitkan kembali. Dapat dipastikan bahwa QDR 2010 sesuai dengan nafas administrasi Barack Obama, Jr.
Kalau mengacu pada perkembangan yang terjadi selama 2009, salah satu fokus dalam QDR 2010 adalah hybrid war. Mengapa kebijakan pertahanan Amerika Serikat kini mengacu ke sana? Tidak lain karena dilatarbelakangi oleh lesson learned Perang Hizbullah-Israel Juli-Agustus 2006. Dalam perang itu, bisa dilihat bagaimana suatu aktor non negara mampu bertahan dan melawan kekuatan militer konvensional terkuat di Timur Tengah dengan mengandalkan pada serangan roket, pertempuran darat dan juga peperangan informasi.
Selain itu, QDR 2010 sepertinya akan mulai meninggalkan konsep kemampuan berperang di dua teater utama perang sekaligus. Konsep ini sudah dianut sejak Perang Dingin sampai saat ini. Apabila konsep ini ditinggalkan karena dianggap bahwa musuh yang dihadapi bukan lagi aktor negara, tentu menjadi pertanyaan apakah Strategi 1-4-2-1 juga akan ditinggalkan dalam kebijakan pertahanan Obama? Ataukah strategi ini hanya sekedar mengalami penyesuaian saja?
Selama administrasi G.W. Bush, Jr, Strategi 1-4-2-1 selalu menjadi perhatian negara-negara lain. Sebab strategi itu selain memperlihatkan kemampuan militer Negeri Abang Sam, juga akan terkait dengan stabilitas kawasan dan dunia. Sebagai contoh, petualang militer Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak memberikan dampak pada stabilitas wilayah lainnya, semisal maraknya serangan terorisme.
Kalau memang Strategi 1-4-2-1 berubah, lalu apa strategi penggantinya? Bagaimana dampak dari penerapan strategi itu terhadap stabilitas kawasan dan dunia? Apakah strategi itu akan berpotensi negatif terhadap negara-negara lain yang selama ini menjaga jarak dengan Washington ---termasuk Indonesia di dalamnya---?
Bagaimana pula dengan kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik? Apakah ada perubahan signifikan dalam kerjasama militer dan pertahanan antara Amerika Serikat dengan negara-negara yang selama ini dikenal sebagai sekutu dan kawannya di kawasan Asia Pasifik? Lalu apakah Pentagon masih melanjutkan kebijakan era Rumsfeld yaitu meningkatkan kehadiran Marinir dan pasukan khusus di kawasan Asia Tenggara?
Semua pertanyaan itu akan bisa dijawab apabila 2010 QDR sudah dipublikasikan kepada khalayak ramai. Satu hal yang harus ditarik oleh Indonesia dari penyusunan 2010 QDR adalah Amerika Serikat mampu menyusun perencanaan pertahanannya secara detail sesuai kepentingan nasionalnya. Kemampuan menyusun tersebut sebenarnya tidak terkait langsung dengan anggaran, tetapi terkait dengan kemauan dan juga knowledge tentang pertahanan dan bagaimana mengelolanya.
Ketika Pentagon dipimpin oleh Donald Rumsfeld untuk kedua kalinya, organisasi pertahanan Amerika Serikat mengalami transformasi besar-besaran. Transformasi itu dicantumkan dalam 2001 QDR dan 2006 QDR. Kini ketika Pentagon dipimpin oleh Robert M. Gates yang merupakan holdover dari administrasi G.W. Bush, Jr, menurut rencana pada 2010 ini QDR akan diterbitkan kembali. Dapat dipastikan bahwa QDR 2010 sesuai dengan nafas administrasi Barack Obama, Jr.
Kalau mengacu pada perkembangan yang terjadi selama 2009, salah satu fokus dalam QDR 2010 adalah hybrid war. Mengapa kebijakan pertahanan Amerika Serikat kini mengacu ke sana? Tidak lain karena dilatarbelakangi oleh lesson learned Perang Hizbullah-Israel Juli-Agustus 2006. Dalam perang itu, bisa dilihat bagaimana suatu aktor non negara mampu bertahan dan melawan kekuatan militer konvensional terkuat di Timur Tengah dengan mengandalkan pada serangan roket, pertempuran darat dan juga peperangan informasi.
Selain itu, QDR 2010 sepertinya akan mulai meninggalkan konsep kemampuan berperang di dua teater utama perang sekaligus. Konsep ini sudah dianut sejak Perang Dingin sampai saat ini. Apabila konsep ini ditinggalkan karena dianggap bahwa musuh yang dihadapi bukan lagi aktor negara, tentu menjadi pertanyaan apakah Strategi 1-4-2-1 juga akan ditinggalkan dalam kebijakan pertahanan Obama? Ataukah strategi ini hanya sekedar mengalami penyesuaian saja?
Selama administrasi G.W. Bush, Jr, Strategi 1-4-2-1 selalu menjadi perhatian negara-negara lain. Sebab strategi itu selain memperlihatkan kemampuan militer Negeri Abang Sam, juga akan terkait dengan stabilitas kawasan dan dunia. Sebagai contoh, petualang militer Amerika Serikat di Afghanistan dan Irak memberikan dampak pada stabilitas wilayah lainnya, semisal maraknya serangan terorisme.
Kalau memang Strategi 1-4-2-1 berubah, lalu apa strategi penggantinya? Bagaimana dampak dari penerapan strategi itu terhadap stabilitas kawasan dan dunia? Apakah strategi itu akan berpotensi negatif terhadap negara-negara lain yang selama ini menjaga jarak dengan Washington ---termasuk Indonesia di dalamnya---?
Bagaimana pula dengan kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik? Apakah ada perubahan signifikan dalam kerjasama militer dan pertahanan antara Amerika Serikat dengan negara-negara yang selama ini dikenal sebagai sekutu dan kawannya di kawasan Asia Pasifik? Lalu apakah Pentagon masih melanjutkan kebijakan era Rumsfeld yaitu meningkatkan kehadiran Marinir dan pasukan khusus di kawasan Asia Tenggara?
Semua pertanyaan itu akan bisa dijawab apabila 2010 QDR sudah dipublikasikan kepada khalayak ramai. Satu hal yang harus ditarik oleh Indonesia dari penyusunan 2010 QDR adalah Amerika Serikat mampu menyusun perencanaan pertahanannya secara detail sesuai kepentingan nasionalnya. Kemampuan menyusun tersebut sebenarnya tidak terkait langsung dengan anggaran, tetapi terkait dengan kemauan dan juga knowledge tentang pertahanan dan bagaimana mengelolanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar