All hands,
Korea Selatan merupakan salah negara berkembang di dunia yang mengembangkan industri pertahanan dan industri strategis secara konsisten dan berkesinambungan. Hasilnya kini bisa dilihat, negeri ini meskipun tidak mencapai kemandirian absolut akan tetapi sebagian besar sistem senjata bagi militernya sudah bisa dibuat di dalam negeri. Dalam pengembangan industri itu, Seoul tidak ragu-ragu untuk bekerjasama dengan negara-negara lain, karena sadar bahwa kemandirian absolut itu tidak ada.
Keberhasilan menghasilkan sistem senjata bagi kepentingan militernya bukan tanpa konsekuensi bagi Korea Selatan. Negeri ini harus mencari pasar internasional untuk mencapai skala keekonomian industri pertahanan dan industri strategisnya. Sebab meskipun negeri itu masih berstatus perang dengan Korea Utara, namun daya serap militer Negeri Ginseng tetap belum bisa mencapai skala keekonomian industri pertahanan dan industri strategis yang mereka kembangkan.
Oleh karena itu, menjadi wajar bila sejak 2004 Seoul menggadang-gadang kapal selam yang difotokopi dari Jerman untuk dijual kepada Angkatan Laut Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia diharapkan mampu memenuhi skala keekonomian produksi kapal selam tersebut. Sebab selama ini belum ada negeri lain yang memakai kapal selam fotokopi itu.
Hal serupa akan dialami pula industri pertahanan dan industri strategis Indonesia tahun-tahun ke depan. Bahkan ada yang sudah mengalaminya sejak dahulu, misalnya industri dirgantara. Pertanyaannya adalah strategi pemasaran apa yang telah dirancang untuk memenuhi skala keekonomian tersebut. Apakah cukup dipasarkan oleh para direktur perusahaan ataukah harus dipasarkan pula oleh pemimpin negeri ini?
Korea Selatan merupakan salah negara berkembang di dunia yang mengembangkan industri pertahanan dan industri strategis secara konsisten dan berkesinambungan. Hasilnya kini bisa dilihat, negeri ini meskipun tidak mencapai kemandirian absolut akan tetapi sebagian besar sistem senjata bagi militernya sudah bisa dibuat di dalam negeri. Dalam pengembangan industri itu, Seoul tidak ragu-ragu untuk bekerjasama dengan negara-negara lain, karena sadar bahwa kemandirian absolut itu tidak ada.
Keberhasilan menghasilkan sistem senjata bagi kepentingan militernya bukan tanpa konsekuensi bagi Korea Selatan. Negeri ini harus mencari pasar internasional untuk mencapai skala keekonomian industri pertahanan dan industri strategisnya. Sebab meskipun negeri itu masih berstatus perang dengan Korea Utara, namun daya serap militer Negeri Ginseng tetap belum bisa mencapai skala keekonomian industri pertahanan dan industri strategis yang mereka kembangkan.
Oleh karena itu, menjadi wajar bila sejak 2004 Seoul menggadang-gadang kapal selam yang difotokopi dari Jerman untuk dijual kepada Angkatan Laut Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia diharapkan mampu memenuhi skala keekonomian produksi kapal selam tersebut. Sebab selama ini belum ada negeri lain yang memakai kapal selam fotokopi itu.
Hal serupa akan dialami pula industri pertahanan dan industri strategis Indonesia tahun-tahun ke depan. Bahkan ada yang sudah mengalaminya sejak dahulu, misalnya industri dirgantara. Pertanyaannya adalah strategi pemasaran apa yang telah dirancang untuk memenuhi skala keekonomian tersebut. Apakah cukup dipasarkan oleh para direktur perusahaan ataukah harus dipasarkan pula oleh pemimpin negeri ini?
1 komentar:
Setuju sekali dengan ilustrasi tentang Korsel ini. Mungkin perlu ditambahkan ilustrasi tentang bagaimana "produk India minded" begitu melekat di pejabat-pejabat India, mereka sangat bangga dengan mobil dinas Mahindra dan Ambassador yang bentuk dan modelnya "jadul" tapi jadi kebanggaan karena purely made by India's people, belum lagi rudal, warhead dan kapal induknya... Wow, prinsip hebat tentang swadaya, bersahaja dan mengedepankan fungsi bukan gengsi. (Apresiasi yang sangat mendalam untuk Mahatma Gandhi yang telah menyebarkan konsep luar biasa ini). Salam.
Posting Komentar