All hands,
Untuk menghadapi ancaman kapal selam lawan, senjata paling ampuh yang harus dimiliki oleh setiap Angkatan Laut adalah kapal selam itu sendiri. Namun demikian, harus diinsyafi bahwa dalam peperangan anti kapal selam, peran dari kapal atas air dan heli anti kapal selam tidak dapat diabaikan begitu saja. Apabila kapal selam-kapal atas air-heli anti kapal selam dapat dieksploitasi secara optimal, maka keluarannya akan sangat positif dalam peningkatan kemampuan peperangan anti kapal selam Angkatan Laut.
Kekuatan laut Indonesia berencana dalam tahun-tahun ke depan untuk melaksanakan akuisisi heli AKS. Akuisisi itu sangat wajar, karena praktis Angkatan Laut negeri ini praktis tidak lagi mempunyai heli AKS dalam susunan tempurnya sejak heli Wasp asal Inggris dipensiunkan pada dekade 1990-an. Terkait dengan hal itu, dibutuhkan kecermatan dalam memilih heli AKS yang nantinya akan memperkuat Angkatan Laut Negeri Nusantara.
Secara garis besar, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan soal akuisisi heli AKS. Pertama, populasi di dunia. Heli AKS yang akan dibeli hendaknya merupakan jenis heli yang populasinya banyak di dunia dan masa produksinya masih akan lama. Masalah populasi dan masa produksi akan terkait dengan dukungan logistik di masa depan, sebab heli itu minimal akan memperkuat Angkatan Laut hingga 25 tahun terhitung sejak diserahkan dari produsen kepada konsumen.
Kedua, combat proven. Akan lebih baik bila menjatuhkan pilihan pada heli AKS yang sudah combat proven. Alasannya tidak lain dan tak bukan yaitu keandalan heli itu dalam medan yang sesungguhnya sudah teruji. Tak sulit untuk mencari heli AKS yang sudah combat proven di pasaran walaupun jumlahnya sedikit, dengan sekaligus tetap memperhatikan soal populasi dan masa produksi.
Ketiga, sistem senjatanya lengkap. Sistem senjata yang melengkapi heli AKS bukan sebatas torpedo seperti pada heli Wasp, tetapi harus dilengkapi pula dengan instrumen seperti MAD dan dipping sonar. Dua instrumen itu sangat penting dalam peperangan kapal selam, sebab tanpa itu pengoperasian torpedo akan sepenuhnya bergantung pada masukan data dari unsur lainnya. Dengan adanya MAD dan dipping sonar, awak heli AKS dapat beroperasi secara mandiri tanpa harus tergantung pada data yang ditransmisikan dari kapal atas air.
Masih ada beberapa hal yang tidak dibahas di sini. Namun setidaknya tiga hal yang telah diungkapkan di sini dapat menjadi modal dasar untuk mengembangkan kemampuan peperangan anti kapal selam secara paripurna. Perlu diingat bahwa Singapura telah membeli heli S-70B Seahawk yang onboard kapal fregat kelas Formidable. Tidak sulit dipahami bahwa pengadaan itu antara lain untuk menetralisasi kemampuan peperangan kapal selam Indonesia yang menurut pandangan mereka akan lebih membahayakan apabila pemerintahan di Jakarta memenuhi aspirasi Angkatan Lautnya untuk pengadaan kapal selam baru.
Untuk menghadapi ancaman kapal selam lawan, senjata paling ampuh yang harus dimiliki oleh setiap Angkatan Laut adalah kapal selam itu sendiri. Namun demikian, harus diinsyafi bahwa dalam peperangan anti kapal selam, peran dari kapal atas air dan heli anti kapal selam tidak dapat diabaikan begitu saja. Apabila kapal selam-kapal atas air-heli anti kapal selam dapat dieksploitasi secara optimal, maka keluarannya akan sangat positif dalam peningkatan kemampuan peperangan anti kapal selam Angkatan Laut.
Kekuatan laut Indonesia berencana dalam tahun-tahun ke depan untuk melaksanakan akuisisi heli AKS. Akuisisi itu sangat wajar, karena praktis Angkatan Laut negeri ini praktis tidak lagi mempunyai heli AKS dalam susunan tempurnya sejak heli Wasp asal Inggris dipensiunkan pada dekade 1990-an. Terkait dengan hal itu, dibutuhkan kecermatan dalam memilih heli AKS yang nantinya akan memperkuat Angkatan Laut Negeri Nusantara.
Secara garis besar, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan soal akuisisi heli AKS. Pertama, populasi di dunia. Heli AKS yang akan dibeli hendaknya merupakan jenis heli yang populasinya banyak di dunia dan masa produksinya masih akan lama. Masalah populasi dan masa produksi akan terkait dengan dukungan logistik di masa depan, sebab heli itu minimal akan memperkuat Angkatan Laut hingga 25 tahun terhitung sejak diserahkan dari produsen kepada konsumen.
Kedua, combat proven. Akan lebih baik bila menjatuhkan pilihan pada heli AKS yang sudah combat proven. Alasannya tidak lain dan tak bukan yaitu keandalan heli itu dalam medan yang sesungguhnya sudah teruji. Tak sulit untuk mencari heli AKS yang sudah combat proven di pasaran walaupun jumlahnya sedikit, dengan sekaligus tetap memperhatikan soal populasi dan masa produksi.
Ketiga, sistem senjatanya lengkap. Sistem senjata yang melengkapi heli AKS bukan sebatas torpedo seperti pada heli Wasp, tetapi harus dilengkapi pula dengan instrumen seperti MAD dan dipping sonar. Dua instrumen itu sangat penting dalam peperangan kapal selam, sebab tanpa itu pengoperasian torpedo akan sepenuhnya bergantung pada masukan data dari unsur lainnya. Dengan adanya MAD dan dipping sonar, awak heli AKS dapat beroperasi secara mandiri tanpa harus tergantung pada data yang ditransmisikan dari kapal atas air.
Masih ada beberapa hal yang tidak dibahas di sini. Namun setidaknya tiga hal yang telah diungkapkan di sini dapat menjadi modal dasar untuk mengembangkan kemampuan peperangan anti kapal selam secara paripurna. Perlu diingat bahwa Singapura telah membeli heli S-70B Seahawk yang onboard kapal fregat kelas Formidable. Tidak sulit dipahami bahwa pengadaan itu antara lain untuk menetralisasi kemampuan peperangan kapal selam Indonesia yang menurut pandangan mereka akan lebih membahayakan apabila pemerintahan di Jakarta memenuhi aspirasi Angkatan Lautnya untuk pengadaan kapal selam baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar