All hands,
Intelijen maritim tugasnya adalah melakukan perencanaan, pelaksanaan, kemudian menganalisisnya dan selanjutnya melaksanakan diseminasi kepada pengguna yang terkait dengan Angkatan Laut dan domain maritim. Data yang dikumpulkan tak bukan dan tidak lain yaitu kekuatan Angkatan Laut lawan secara lengkap. Termasuk berapa kekuatan kapal yang tengah berada di pangkalan, berapa kapal yang tengah berada di laut, bagaimana mata rantai logistiknya, sistem komunikasi dan sandi, siapa saja para komandan kapal dan bagaimana kepribadiannya dan lain sebagainya.
Salah satu sistem senjata Angkatan Laut yang paling ditakuti adalah kapal selam. Dalam konflik, perhatian utama selalu diberikan kepada eksistensi kapal selam lawan. Di mana posisi mereka, apakah sedang beroperasi di laut atau tengah berada di pangkalan dalam rangka pemeliharaan. Kalau sedang beroperasi, di mana posisi kapal selam tersebut beberapa minggu atau bahkan hari terakhir.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu menghantui Panglima Armada dan juga Komandan Gugus Tugas suatu Angkatan Laut yang kekuatannya harus menghadapi Angkatan Laut lawan yang dilengkapi dengan kapal selam. Untuk menjawab pertanyaan itu, salah satu pihak yang wajib dan harus menjawabnya adalah intelijen maritim.
Indonesia kini dikelilingi oleh setidaknya tiga negara yang mengoperasikan kapal selam. Kondisi itu dengan sendirinya menggambarkan bahwa ada kebutuhan mendesak mengenai informasi tentang operasi kapal selam negara-negara itu. Misalnya saat ini kapal selam Singapura berapa yang di pangkalan, berapa yang beroperasi di laut. Begitu juga dengan Malaysia.
Tentu menjadi tantangan untuk mengetahui hal tersebut. Namun demikian, tantangan itu sebenarnya bisa ditaklukkan kalau unsur intelijen maritim cerdas. Bukan hal sulit untuk mengetahui kondisi kapal selam lawan. Ada cara-cara konvensional yang bisa dieksploitasi untuk mengetahui hal tersebut.
Masalahnya adalah apakah cari itu terpikirkan atau tidak? Kalau terpikirkan, apakah dilaksanakan di lapangan?
Ketika satuan intelijen maritim mampu memberikan informasi kepada pengguna bahwa jumlah kapal selam lawan yang berada di pangkalan karena pemeliharaan berjumlah x dan dipastikan tidak dapat dioperasikan dalam waktu singkat, hal itu sudah membantu mengurangi beban seorang Panglima Armada dan Komandan Gugus Tugas. Sebab tugas mereka kini tinggal mencari posisi kapal selam lawan yang tengah beroperasi.
Intelijen maritim tugasnya adalah melakukan perencanaan, pelaksanaan, kemudian menganalisisnya dan selanjutnya melaksanakan diseminasi kepada pengguna yang terkait dengan Angkatan Laut dan domain maritim. Data yang dikumpulkan tak bukan dan tidak lain yaitu kekuatan Angkatan Laut lawan secara lengkap. Termasuk berapa kekuatan kapal yang tengah berada di pangkalan, berapa kapal yang tengah berada di laut, bagaimana mata rantai logistiknya, sistem komunikasi dan sandi, siapa saja para komandan kapal dan bagaimana kepribadiannya dan lain sebagainya.
Salah satu sistem senjata Angkatan Laut yang paling ditakuti adalah kapal selam. Dalam konflik, perhatian utama selalu diberikan kepada eksistensi kapal selam lawan. Di mana posisi mereka, apakah sedang beroperasi di laut atau tengah berada di pangkalan dalam rangka pemeliharaan. Kalau sedang beroperasi, di mana posisi kapal selam tersebut beberapa minggu atau bahkan hari terakhir.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu menghantui Panglima Armada dan juga Komandan Gugus Tugas suatu Angkatan Laut yang kekuatannya harus menghadapi Angkatan Laut lawan yang dilengkapi dengan kapal selam. Untuk menjawab pertanyaan itu, salah satu pihak yang wajib dan harus menjawabnya adalah intelijen maritim.
Indonesia kini dikelilingi oleh setidaknya tiga negara yang mengoperasikan kapal selam. Kondisi itu dengan sendirinya menggambarkan bahwa ada kebutuhan mendesak mengenai informasi tentang operasi kapal selam negara-negara itu. Misalnya saat ini kapal selam Singapura berapa yang di pangkalan, berapa yang beroperasi di laut. Begitu juga dengan Malaysia.
Tentu menjadi tantangan untuk mengetahui hal tersebut. Namun demikian, tantangan itu sebenarnya bisa ditaklukkan kalau unsur intelijen maritim cerdas. Bukan hal sulit untuk mengetahui kondisi kapal selam lawan. Ada cara-cara konvensional yang bisa dieksploitasi untuk mengetahui hal tersebut.
Masalahnya adalah apakah cari itu terpikirkan atau tidak? Kalau terpikirkan, apakah dilaksanakan di lapangan?
Ketika satuan intelijen maritim mampu memberikan informasi kepada pengguna bahwa jumlah kapal selam lawan yang berada di pangkalan karena pemeliharaan berjumlah x dan dipastikan tidak dapat dioperasikan dalam waktu singkat, hal itu sudah membantu mengurangi beban seorang Panglima Armada dan Komandan Gugus Tugas. Sebab tugas mereka kini tinggal mencari posisi kapal selam lawan yang tengah beroperasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar