All hands,
Kemampuan peperangan kapal selam merupakan suatu kemampuan yang harus dipunyai dan dipelihara oleh setiap Angkatan Laut. Salah satu tantangan terkini yang dihadapi oleh kekuatan laut Indonesia adalah memelihara kemampuan peperangan kapal selam yang telah dimilikinya sejak 1959. Menjadi tantangan sebab kebijakan pemerintah sekarang kurang berpihak kepada unsur kapal selam, khususnya menyangkut pengadaan kapal selam baru.
Meskipun pengadaan kapal selam baru sudah masuk dalam kebijakan minimum essential force, akan tetapi belum jelas pada renstra kapan hal itu akan direalisasikan. Melihat kondisi 2004-2009 dan empat tahun ke depan, skenario paling optimis untuk pengadaan kapal selam baru adalah setelah 2014. Artinya pada Renstra 2015-2019.
Bertolak dari situ, kini menjadi tantangan besar bagi Angkatan Laut guna memelihara kemampuan peperangan kapal selamnya. Sebab kemampuan itu harus dipelihara di tengah kondisi sistem senjata yang sudah tidak muda lagi meskipun telah dimodernisasi. Sebab modernisasi yang dilakukan pun didukung dengan anggaran setengah hati oleh pemerintah. Andaikan modernisasi kapal selam pertama didukung dengan anggaran sepenuh hati, tentu dapat dipastikan kemampuannya akan lebih bagus daripada kondisi saat ini.
Memelihara kemampuan peperangan kapal selam tidak lain adalah dengan latihan dan latihan. Kita tidak bisa mengandalkan pertukaran ilmu taktik peperangan kapal selam kepada negara-negara lain melalui wadah kursus dan sebagainya, karena ilmu ini penyebarannya dibatasi. Untuk bisa melaksanakan latihan secara optimal dan berkelanjutan agar semua pengawak kapal selam senantiasa terasah keterampilan dan kemampuannya, dibutuhkan kesiapan kapal selam yang tinggi. Hal inilah yang menjadi tantangan, sebab kesiapan itu berarti kesiapan semua sistem yang terdapat dalam kapal selam.
Sementara pada sisi lain, kapal selam harus selalu menjalani pemeliharaan rutin secara terjadwal. Dengan keterbatasan ketersediaan kapal selam, dituntut adanya penyeimbangan antara fase operasi, latihan dan pemeliharaan. Sungguh suatu tantangan yang tidak mudah dihadapi oleh Satuan Kapal Selam.
Hal-hal seperti ini dapat dipastikan tidak masuk dalam pemikiran pengambil keputusan di tingkat atas, sehingga pengambilan keputusan dilaksanakan tidak mengacu pada kondisi nyata di lapangan. Namun apabila suatu saat muncul kontinjensi, yang dituntut adalah kesiapan armada kapal selam. Sungguh suatu ironi.
Kemampuan peperangan kapal selam merupakan suatu kemampuan yang harus dipunyai dan dipelihara oleh setiap Angkatan Laut. Salah satu tantangan terkini yang dihadapi oleh kekuatan laut Indonesia adalah memelihara kemampuan peperangan kapal selam yang telah dimilikinya sejak 1959. Menjadi tantangan sebab kebijakan pemerintah sekarang kurang berpihak kepada unsur kapal selam, khususnya menyangkut pengadaan kapal selam baru.
Meskipun pengadaan kapal selam baru sudah masuk dalam kebijakan minimum essential force, akan tetapi belum jelas pada renstra kapan hal itu akan direalisasikan. Melihat kondisi 2004-2009 dan empat tahun ke depan, skenario paling optimis untuk pengadaan kapal selam baru adalah setelah 2014. Artinya pada Renstra 2015-2019.
Bertolak dari situ, kini menjadi tantangan besar bagi Angkatan Laut guna memelihara kemampuan peperangan kapal selamnya. Sebab kemampuan itu harus dipelihara di tengah kondisi sistem senjata yang sudah tidak muda lagi meskipun telah dimodernisasi. Sebab modernisasi yang dilakukan pun didukung dengan anggaran setengah hati oleh pemerintah. Andaikan modernisasi kapal selam pertama didukung dengan anggaran sepenuh hati, tentu dapat dipastikan kemampuannya akan lebih bagus daripada kondisi saat ini.
Memelihara kemampuan peperangan kapal selam tidak lain adalah dengan latihan dan latihan. Kita tidak bisa mengandalkan pertukaran ilmu taktik peperangan kapal selam kepada negara-negara lain melalui wadah kursus dan sebagainya, karena ilmu ini penyebarannya dibatasi. Untuk bisa melaksanakan latihan secara optimal dan berkelanjutan agar semua pengawak kapal selam senantiasa terasah keterampilan dan kemampuannya, dibutuhkan kesiapan kapal selam yang tinggi. Hal inilah yang menjadi tantangan, sebab kesiapan itu berarti kesiapan semua sistem yang terdapat dalam kapal selam.
Sementara pada sisi lain, kapal selam harus selalu menjalani pemeliharaan rutin secara terjadwal. Dengan keterbatasan ketersediaan kapal selam, dituntut adanya penyeimbangan antara fase operasi, latihan dan pemeliharaan. Sungguh suatu tantangan yang tidak mudah dihadapi oleh Satuan Kapal Selam.
Hal-hal seperti ini dapat dipastikan tidak masuk dalam pemikiran pengambil keputusan di tingkat atas, sehingga pengambilan keputusan dilaksanakan tidak mengacu pada kondisi nyata di lapangan. Namun apabila suatu saat muncul kontinjensi, yang dituntut adalah kesiapan armada kapal selam. Sungguh suatu ironi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar