25 Februari 2010

Capability-Based Planning Dan Kawasan Pelibatan

All hands,
Satu hal penting dalam memahami tentang capability-based planning adalah menghubungkan antara konsep perencanaan tersebut dengan tataran empiris alias dunia nyata. Sebab konsep itu harus dipraktekkan di lapangan, bukan sekedar konsep akademis. Ketika menghubungkan keduanya, terdapat isu krusial yang harus senantiasa diperhatikan oleh para staf perencana militer.
Saat membahas tentang perencanaan kekuatan, dua pertanyaan pokok yang sering diajukan adalah how much is enough dan what capabilities do we need. Kaitan dengan capability-based planning, pertanyaan how much is enough dan what capabilities do we need baru bisa dijawab apabila perencanaan tersebut dicocokkan dengan ruang dan waktu di mana kekuatan yang akan dibangun akan digunakan nantinya. Dengan kata lain, ruang berupa kawasan geografis dan dalam kerangka waktu tertentu harus didefinisikan dengan jelas dalam capability-based planning.
Masalah ruang dan waktu itu akan terkait dengan skenario rencana perang yang akan disusun. Skenario rencana perang di antaranya akan memberikan perhatian pada masalah strategis dan operasional apa saja yang akan dihadapi oleh kekuatan kita menghadapi kekuatan (calon) lawan. Apabila dalam skenario rencana perang menyatakan atau menuntut x, maka capability-based planning harus bisa memenuhi atau mencapai x tersebut.
Bertolak dari pemahaman ini, capability-based planning mengenal ruang dan waktu dalam implementasinya di lapangan. Dengan kondisi geografis yang berbeda, maka capability yang dibutuhkan oleh kekuatan militer, termasuk Angkatan Laut juga berbeda. Kalau kita merancang dua kawasan pelibatan, maka capability-based planning untuk dua kawasan tersebut sangat mungkin tidak sama.

Tidak ada komentar: