All hands,
Pertanyaan mengenai bagaimana nasib Strategi 1-4-2-1 yang hampir 10 tahun terakhir dianut oleh Amerika Serikat terjawab sudah dengan terbitnya 2010 QDR. Masalahnya bukan di angka 1 yaitu defending the homeland, tetapi di angka 4-2-1. Kenapa di tiga angka sekaligus? Sebab ketiganya saling berantai bagaikan reaksi kimia.
Menurut 2010 QDR, yaitu dalam Bab II bertajuk Rebalancing The Force, dinyatakan bahwa “it is no longer appropriate to speak of “major regional conflicts” as the sole or even the primary template for sizing, shaping, and evaluating U.S. forces. Rather, U.S. forces must be prepared to conduct a wide variety of missions under a range of different circumstances. Ensuring flexibility of the whole force does not require each part of the force to do everything equally well. Not all challenges pose the same degree of threat to national interests, rely on U.S. military capabilities equally, or have the same chance of occurence”.
Bertolak dari pandangan tersebut, 2010 QDR menilai tiga kombinasi skenario yang terkait dengan pelibatan militer Amerika Serikat di berbagai kawasan dunia. Skenario itu pertama adalah a major stabilization operation, deterring and defeating a highly capable regional aggressor, and extending support to civil authorities in response to a catastrophic event in the United States. Skenario kedua yaitu deterring and defeating two regional aggressor while maintaining a heightened alert posture for U.S. forces in and around the United States. Skenario ketiga ialah a major stabilization operation, a long-duration deterrence in a separate theater, a medium-sized counterinsurgency mission, and extended support to civil authorities in the United States.
Lalu apa arti dari semua itu? Jawabannya tak lain adalah Amerika Serikat tetap mempertahankan kemampuan militernya untuk beroperasi dalam waktu yang sama secara simultan di luar CONUS maupun di CONUS. Hanya saja, Strategi 1-4-2-1 mengalami penyesuaian, sebab kini para perencana pertahanan di Pentagon tidak lagi menempatkan major regional conflict sebagai takaran dalam membangun postur kekuatan militer. Hal itu disebabkan konflik di masa kini dan masa depan akan semakin cair bentuknya dan tidak dapat didekati dengan pendekatan lama yang masih dipengaruhi oleh situasi era Perang Dingin.
Pertanyaan mengenai bagaimana nasib Strategi 1-4-2-1 yang hampir 10 tahun terakhir dianut oleh Amerika Serikat terjawab sudah dengan terbitnya 2010 QDR. Masalahnya bukan di angka 1 yaitu defending the homeland, tetapi di angka 4-2-1. Kenapa di tiga angka sekaligus? Sebab ketiganya saling berantai bagaikan reaksi kimia.
Menurut 2010 QDR, yaitu dalam Bab II bertajuk Rebalancing The Force, dinyatakan bahwa “it is no longer appropriate to speak of “major regional conflicts” as the sole or even the primary template for sizing, shaping, and evaluating U.S. forces. Rather, U.S. forces must be prepared to conduct a wide variety of missions under a range of different circumstances. Ensuring flexibility of the whole force does not require each part of the force to do everything equally well. Not all challenges pose the same degree of threat to national interests, rely on U.S. military capabilities equally, or have the same chance of occurence”.
Bertolak dari pandangan tersebut, 2010 QDR menilai tiga kombinasi skenario yang terkait dengan pelibatan militer Amerika Serikat di berbagai kawasan dunia. Skenario itu pertama adalah a major stabilization operation, deterring and defeating a highly capable regional aggressor, and extending support to civil authorities in response to a catastrophic event in the United States. Skenario kedua yaitu deterring and defeating two regional aggressor while maintaining a heightened alert posture for U.S. forces in and around the United States. Skenario ketiga ialah a major stabilization operation, a long-duration deterrence in a separate theater, a medium-sized counterinsurgency mission, and extended support to civil authorities in the United States.
Lalu apa arti dari semua itu? Jawabannya tak lain adalah Amerika Serikat tetap mempertahankan kemampuan militernya untuk beroperasi dalam waktu yang sama secara simultan di luar CONUS maupun di CONUS. Hanya saja, Strategi 1-4-2-1 mengalami penyesuaian, sebab kini para perencana pertahanan di Pentagon tidak lagi menempatkan major regional conflict sebagai takaran dalam membangun postur kekuatan militer. Hal itu disebabkan konflik di masa kini dan masa depan akan semakin cair bentuknya dan tidak dapat didekati dengan pendekatan lama yang masih dipengaruhi oleh situasi era Perang Dingin.
2 komentar:
Kita tetap perlu memperhitungkan "threat of national interests" US di wilayah kita, karena mereka tetap memandang wilayah kedaulatan kita sebagai "ladang mineral" yang potensial untk dieksploitasi terus menerus terutama ladang besarnya di Timika Papua. Usaha mereka untuk merubah ALKI utara-selatan yang tercantum dalam UNCLOS 82 menjadi ALKI barat-timur perlu kita cermati terus menerus, terutama dikaitkan dengan skenario "major regional conflict" yang bisa saja terjadi di kawasan timur kita dan menjadi pembenaran untuk menghadirkan kekuatan US di laut yurisdiksi kita. Salam.
Dari QDR ini disimpulkan: skenario pertama menunjukan kategori highly capable regional aggressor yg akan dihadapi dg melakukan stabilisasi. Skenario ke2 melakukan deteren n mengalahkan 2 agresor regional. Skenario ke3 melakukan deteren dlm jangka panjang dan misi skala menengah utk anti penyusupan.
Jika indonesia, dimasa datang, masuk dlm salah satu kategori skenario krn pengembangan strategi n kemampuan pertahanannya shg mjd negara yg, paling tidak, dianggap 'capable' n berbahaya bagi US national interests, maka salah satu yg hrs dihadapi n diantisipasi ialah konsep QDR ini.
Salam,
topmrk
Posting Komentar