All hands,
Selama ini perhatian lebih banyak diberikan terhadap pembangunan Angkatan Laut Cina yang disinyalir berambisi menjadi blue water navy. Namun tidak banyak pihak memberikan perhatian yang proporsional terhadap industri maritim Cina sebagai tulang punggung dari pembangunan kekuatan laut negeri itu. Sebenarnya seberapa maju kemajuan industri tersebut dalam mendukung Angkatan Lautnya serta sejauh mana sistem senjata yang dihasilkan diekspor ke pasar internasional?
Peran industri maritim Cina dalam rangka mendukung pembangunan kekuatan laut Cina tidak diragukan lagi. Meskipun untuk kapal kombatan jenis tertentu masih mengandalkan pada pasokan dari Rusia seperti kapal perusak kelas Sovremenny, namun untuk kapal selam dan sejumlah kapal atas air sudah dipasok dari galangan kapal Cina sendiri. Bahkan galangan kapal negeri itu tengah berambisi membangun kapal induk dengan menerapkan reverse engineering dari dua kapal induk eks Rusia.
Selama ini kapal perang hasil industri maritim Cina digunakan sendiri oleh Angkatan Laut Cina. Hanya sedikit saja yang diekspor, seperti kepada Angkatan Laut Thailand yakni fregat berpeluru kendali kelas Jianghu IV. Selain Thailand, Bangladesh yang di masa lalu dikenal sebagai Pakistan Timur juga merupakan konsumen kapal perang buatan Cina.
Dalam terkini seiring dengan pencapaian kemajuan teknologi dalam industri maritim Cina, Negeri Tirai Bambu mulai berupaya meluaskan pasarannya kepada negara-negara lain yang selama ini Angkatan Lautnya menggunakan kapal perang buatan Barat. Misalnya penjualan empat fregat F-22P kepada Angkatan Laut Pakistan. Fregat ini sebenarnya termasuk dalam kelas Jianghu seperti yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Thailand dan Bangladesh, namun telah dilakukan sejumlah modernisasi.
Kalau dilihat dari sejarahnya, kapal fregat kelas Jianghu beserta varian ekspornya merupakan reverse engineering dari fregat kelas Riga buatan Uni Soviet. Fregat kelas Riga di masa lalu pernah memperkuat kekuatan laut Indonesia. Pertanyaannya sekarang, seberapa jauh keandalan dan kualitas kapal perang buatan Cina sehingga negeri itu kini makin berani menjualnya ke pasar internasional?
Kalau melihat pengalaman sejumlah kecil negara yang telah mengoperasikan kapal perang buatan Negeri Tirai Bambu, kapal perang tersebut dari segi harga memang jauh lebih murah daripada buatan Barat yang sejenis. Namun kualitas produksi masih harus dipertanyakan, begitu pula dengan layanan purna jual. Masih membutuhkan waktu bagi Cina untuk menghasilkan kapal perang yang kualitasnya setara dengan Barat.
Satu hal yang harus diperhatikan yaitu kapal perang itu dibangun untuk mampu melaksanakan filosofi dan doktrin perang yang dianut oleh Angkatan Laut Cina. Sementara negara-negara lain mayoritas menganut filosofi dan doktrin perang yang diadopsi dari Barat. Memadukan dua filosofi dan doktrin yang berbeda bukan pekerjaan mudah bagi setiap Angkatan Laut.
Selama ini perhatian lebih banyak diberikan terhadap pembangunan Angkatan Laut Cina yang disinyalir berambisi menjadi blue water navy. Namun tidak banyak pihak memberikan perhatian yang proporsional terhadap industri maritim Cina sebagai tulang punggung dari pembangunan kekuatan laut negeri itu. Sebenarnya seberapa maju kemajuan industri tersebut dalam mendukung Angkatan Lautnya serta sejauh mana sistem senjata yang dihasilkan diekspor ke pasar internasional?
Peran industri maritim Cina dalam rangka mendukung pembangunan kekuatan laut Cina tidak diragukan lagi. Meskipun untuk kapal kombatan jenis tertentu masih mengandalkan pada pasokan dari Rusia seperti kapal perusak kelas Sovremenny, namun untuk kapal selam dan sejumlah kapal atas air sudah dipasok dari galangan kapal Cina sendiri. Bahkan galangan kapal negeri itu tengah berambisi membangun kapal induk dengan menerapkan reverse engineering dari dua kapal induk eks Rusia.
Selama ini kapal perang hasil industri maritim Cina digunakan sendiri oleh Angkatan Laut Cina. Hanya sedikit saja yang diekspor, seperti kepada Angkatan Laut Thailand yakni fregat berpeluru kendali kelas Jianghu IV. Selain Thailand, Bangladesh yang di masa lalu dikenal sebagai Pakistan Timur juga merupakan konsumen kapal perang buatan Cina.
Dalam terkini seiring dengan pencapaian kemajuan teknologi dalam industri maritim Cina, Negeri Tirai Bambu mulai berupaya meluaskan pasarannya kepada negara-negara lain yang selama ini Angkatan Lautnya menggunakan kapal perang buatan Barat. Misalnya penjualan empat fregat F-22P kepada Angkatan Laut Pakistan. Fregat ini sebenarnya termasuk dalam kelas Jianghu seperti yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Thailand dan Bangladesh, namun telah dilakukan sejumlah modernisasi.
Kalau dilihat dari sejarahnya, kapal fregat kelas Jianghu beserta varian ekspornya merupakan reverse engineering dari fregat kelas Riga buatan Uni Soviet. Fregat kelas Riga di masa lalu pernah memperkuat kekuatan laut Indonesia. Pertanyaannya sekarang, seberapa jauh keandalan dan kualitas kapal perang buatan Cina sehingga negeri itu kini makin berani menjualnya ke pasar internasional?
Kalau melihat pengalaman sejumlah kecil negara yang telah mengoperasikan kapal perang buatan Negeri Tirai Bambu, kapal perang tersebut dari segi harga memang jauh lebih murah daripada buatan Barat yang sejenis. Namun kualitas produksi masih harus dipertanyakan, begitu pula dengan layanan purna jual. Masih membutuhkan waktu bagi Cina untuk menghasilkan kapal perang yang kualitasnya setara dengan Barat.
Satu hal yang harus diperhatikan yaitu kapal perang itu dibangun untuk mampu melaksanakan filosofi dan doktrin perang yang dianut oleh Angkatan Laut Cina. Sementara negara-negara lain mayoritas menganut filosofi dan doktrin perang yang diadopsi dari Barat. Memadukan dua filosofi dan doktrin yang berbeda bukan pekerjaan mudah bagi setiap Angkatan Laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar