All hands,
Dalam operasi militer masa kini, pendekatan yang dilakukan adalah effect-based approach. Dengan pendekatan itu, diharapkan pihak lawan berpikir kembali terhadap tekadnya untuk meneruskan perang. Effect-based approach merupakan suatu pendekatan yang rumit sehingga butuh waktu yang tidak sedikit untuk bisa memahaminya secara tuntas.
Memang kalau ditinjau dari sejarah ilmu militer, sejak dari dulu sudah ada upaya agar bagaimana pihak lawan segera berpikir ulang soal perang digelar setelah mengetahui besarnya kekuatan laut. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan itu pada dasarnya masih digunakan. Hanya saja kini penerapannya jauh lebih maju, karena menggabungkan antara kemajuan teknologi militer, pendekatan psikologis, pendekatan politik/diplomasi dan tak lupa pula menggunakan media massa sebagai ajang pertunjukan kekuatan.
Dengan demikian, effect-based approach mempunyai elemen yang tidak sedikit dan mayoritas elemen itu didominasi oleh unsur non militer. Terkait dengan unsur militer sendiri, salah satu elemen yang harus diperhatikan adalah kesiapan sistem senjata. Sebab hal itu selain soal kemampuan menghancurkan kekuatan lawan, juga terkait dengan aspek psikologis yang nantinya akan digarap lewat bentuk psy war menggunakan media massa. Sasarannya bukan semata kekuatan militer lawan dan masyarakat sipil lawan, tetapi termasuk pula para pengambil keputusan lawan ---baik di eksekutif maupun parlemen---.
Effect-based approach digelar dengan nyaris sempurna dalam Perang Irak. Namun pada kasus Afghanistan, masih diragukan apakah pendekatan itu mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak. Sebab meskipun militer Om Sam telah meruntuhkan rezim Taliban hampir sembilan tahun silam, tetapi kelompok itu plus Al Qaida masih terus melawan keperkasaan tentara Amerika Serikat. Sehingga kemudian muncul surge berupa pengiriman secara bertahap pasukan tambahan sebesar 30.000 personel ke negeri tandus dan berbatu tersebut.
Pertanyaannya, bagaimana menerapkan effect-based approach di Indonesia, khususnya dalam konteks Angkatan Laut? Jalan untuk itu masih panjang dan terdapat banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan. Salah satunya adalah modernisasi kekuatan Angkatan Laut. Sebab mustahil bisa mengadopsi pendekatan itu bila sistem persenjataannya saja tidak “menakutkan”.
Dalam operasi militer masa kini, pendekatan yang dilakukan adalah effect-based approach. Dengan pendekatan itu, diharapkan pihak lawan berpikir kembali terhadap tekadnya untuk meneruskan perang. Effect-based approach merupakan suatu pendekatan yang rumit sehingga butuh waktu yang tidak sedikit untuk bisa memahaminya secara tuntas.
Memang kalau ditinjau dari sejarah ilmu militer, sejak dari dulu sudah ada upaya agar bagaimana pihak lawan segera berpikir ulang soal perang digelar setelah mengetahui besarnya kekuatan laut. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan itu pada dasarnya masih digunakan. Hanya saja kini penerapannya jauh lebih maju, karena menggabungkan antara kemajuan teknologi militer, pendekatan psikologis, pendekatan politik/diplomasi dan tak lupa pula menggunakan media massa sebagai ajang pertunjukan kekuatan.
Dengan demikian, effect-based approach mempunyai elemen yang tidak sedikit dan mayoritas elemen itu didominasi oleh unsur non militer. Terkait dengan unsur militer sendiri, salah satu elemen yang harus diperhatikan adalah kesiapan sistem senjata. Sebab hal itu selain soal kemampuan menghancurkan kekuatan lawan, juga terkait dengan aspek psikologis yang nantinya akan digarap lewat bentuk psy war menggunakan media massa. Sasarannya bukan semata kekuatan militer lawan dan masyarakat sipil lawan, tetapi termasuk pula para pengambil keputusan lawan ---baik di eksekutif maupun parlemen---.
Effect-based approach digelar dengan nyaris sempurna dalam Perang Irak. Namun pada kasus Afghanistan, masih diragukan apakah pendekatan itu mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak. Sebab meskipun militer Om Sam telah meruntuhkan rezim Taliban hampir sembilan tahun silam, tetapi kelompok itu plus Al Qaida masih terus melawan keperkasaan tentara Amerika Serikat. Sehingga kemudian muncul surge berupa pengiriman secara bertahap pasukan tambahan sebesar 30.000 personel ke negeri tandus dan berbatu tersebut.
Pertanyaannya, bagaimana menerapkan effect-based approach di Indonesia, khususnya dalam konteks Angkatan Laut? Jalan untuk itu masih panjang dan terdapat banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan. Salah satunya adalah modernisasi kekuatan Angkatan Laut. Sebab mustahil bisa mengadopsi pendekatan itu bila sistem persenjataannya saja tidak “menakutkan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar