All hands,
Dalam melaksanakan operasi, Angkatan Laut harus senantiasa didukung oleh data geografis yang mutakhir. Misalnya data hidrografi dan oseanograsi seperti peta laut yang senantiasa diperbarui. Dengan adanya pembaruan suatu peta laut, hal itu meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti kapal kandas dan lain sebagainya. Masalah pemutakhiran data hidrografi dan oseanografi inilah yang kini dihadapi oleh kekuatan laut Indonesia.
Pemutakhiran data hidrografi dan oseanografi perairan Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang sangat besar. Tidak sedikit peta laut belum dimutakhirkan dalam waktu yang lama, terlebih lagi di perairan Indonesia timur. Dahulu Belanda butuh waktu puluhan tahun untuk bisa memetakan seluruh perairan Indonesia.
Dengan demikian, pihak yang bertanggungjawab atas masalah survei dan pemetaan laut di Indonesia (dan Angkatan Laut) memerlukan waktu puluhan tahun pula untuk bisa memutakhirkan seluruh peta laut yang ada. Di samping itu, dibutuhkan pula dukungan dana yang tidak sedikit pula bagi pemutakhiran tersebut. Pertanyaannya, apakah kini pekerjaan rumah tersebut sudah menjadi prioritas?
Tantangan lain dalam pemutakhiran peta laut adalah kemampuan unsur pelaksana. Seperti peralatan survei yang memadai dan modern dan dukungan kapal survei yang cukup. Dua isu itu masih menjadi pekerjaan rumah bagi pihak yang bertanggungjawab atas masalah survei dan pemetaan laut di Indonesia. Kapal survei yang benar-benar kapal survei tinggal satu, itu pun peralatannya sudah ketinggalan. Sementara rencana pengadaan kapal survei baru hingga kini belum ada kata akhir.
Keandalan Indonesia dalam memutakhirkan peta lautnya merupakan pertaruhan di dunia internasional. Bila dinilai tidak andal, tidak heran bila pihak asing lebih suka membeli peta laut yang diterbitkan oleh UKHO, walaupun peta itu tentang perairan Indonesia.
Dalam melaksanakan operasi, Angkatan Laut harus senantiasa didukung oleh data geografis yang mutakhir. Misalnya data hidrografi dan oseanograsi seperti peta laut yang senantiasa diperbarui. Dengan adanya pembaruan suatu peta laut, hal itu meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti kapal kandas dan lain sebagainya. Masalah pemutakhiran data hidrografi dan oseanografi inilah yang kini dihadapi oleh kekuatan laut Indonesia.
Pemutakhiran data hidrografi dan oseanografi perairan Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang sangat besar. Tidak sedikit peta laut belum dimutakhirkan dalam waktu yang lama, terlebih lagi di perairan Indonesia timur. Dahulu Belanda butuh waktu puluhan tahun untuk bisa memetakan seluruh perairan Indonesia.
Dengan demikian, pihak yang bertanggungjawab atas masalah survei dan pemetaan laut di Indonesia (dan Angkatan Laut) memerlukan waktu puluhan tahun pula untuk bisa memutakhirkan seluruh peta laut yang ada. Di samping itu, dibutuhkan pula dukungan dana yang tidak sedikit pula bagi pemutakhiran tersebut. Pertanyaannya, apakah kini pekerjaan rumah tersebut sudah menjadi prioritas?
Tantangan lain dalam pemutakhiran peta laut adalah kemampuan unsur pelaksana. Seperti peralatan survei yang memadai dan modern dan dukungan kapal survei yang cukup. Dua isu itu masih menjadi pekerjaan rumah bagi pihak yang bertanggungjawab atas masalah survei dan pemetaan laut di Indonesia. Kapal survei yang benar-benar kapal survei tinggal satu, itu pun peralatannya sudah ketinggalan. Sementara rencana pengadaan kapal survei baru hingga kini belum ada kata akhir.
Keandalan Indonesia dalam memutakhirkan peta lautnya merupakan pertaruhan di dunia internasional. Bila dinilai tidak andal, tidak heran bila pihak asing lebih suka membeli peta laut yang diterbitkan oleh UKHO, walaupun peta itu tentang perairan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar