All hands,
Strategi militer di masa lalu dirancang untuk menghadapi situasi perang. Seiring dengan berjalannya waktu, eksistensi strategi militer kini bukan saja untuk menghadapi situasi perang, tetapi eksis pula pada masa damai. Sebab dalam masa damai kekuatan militer tetap melaksanakan berbagai macam operasi.
Dengan adanya berbagai perubahan di dunia, sekarang penyusunan strategi militer tidak lagi didominasi oleh para perwira militer itu sendiri. Mengapa demikian? Karena setiap aksi militer masa kini dipastikan akan berimplikasi luas dan menyentuh aspek-aspek di luar militer seperti politik, ekonomi, lingkungan dan lain sebagainya. Itulah alasan mengapa sekarang penyusunan strategi militer melibatkan unsur-unsur sipil terkait.
Di negara-negara maju, para perwira militer duduk bersama di ruangan yang sama dengan para pejabat sipil dari Dewan Keamanan Nasional atau sejenisnya, Departemen Pertahanan, Departemen Luar Negeri dan lain sebagainya untuk menyusun strategi militer. Mereka yang duduk di ruang tersebut ---lepas dari dikotomi militer atau sipil--- mempunyai pemahaman yang sama tentang bagaimana penggunaan kekuatan militer untuk mengamankan kepentingan nasional. Tidak jarang pula, para pejabat sipil tersebut paham dengan seluk beluk pemikiran militer, bahkan mungkin beberapa di antara mereka dulunya adalah perwira militer.
Di Indonesia, kekuatan militer negeri ini melaksanakan operasi setiap hari. Lihat saja kapal perang Angkatan Laut yang tiap hari hadir di beberapa kawasan perairan yang dinilai strategis, hal itu menunjukkan bahwa mereka tengah menggelar operasi. Namun aneh bin ajaib, sampai sekarang militer Indonesia belum mempunyai strategi militer. Tentu menjadi pertanyaan menggelitik yakni apa acuan yang dijadikan dasar dari operasi yang dilaksanakan sehari-hari tersebut.
Tak dapat dibantah ada beberapa acuan yang bisa dijadikan alasan, tetapi tanpa didukung pula oleh acuan yang bernama strategi militer maka segalanya menjadi aneh. Laksana konser musik klasik, tidak kehadiran dirijen akan menyebabkan suara yang dihasilkan oleh berbagai alat musik menjadi tidak enak didengar di telinga. Strategi militer adalah dirijen dalam menggelar operasi, baik di masa damai, krisis maupun konflik/perang.
Konon sejak beberapa tahun lalu sudah ada wacana untuk menyusun strategi militer Indonesia. Yang sangat disayangkan, nampaknya wacana itu masih menganut paradigma lama yaitu penyusunan strategi militer merupakan domain militer. Paradigma seperti itu sudah seharusnya ditinggalkan karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Nanti kasus-kasus di masa lalu di mana seorang Duta Besar Indonesia di suatu negara akreditasi dipanggil ke Departemen Luar Negeri negara akreditasi karena suatu aksi militer Indonesia ---misalnya kapal ikannya ditembak oleh kapal perang Indonesia--- dan sang Duta Besar tidak tahu kronologis kejadian beserta informasi lengkapnya, akan kembali terus terulang.
Strategi militer di masa lalu dirancang untuk menghadapi situasi perang. Seiring dengan berjalannya waktu, eksistensi strategi militer kini bukan saja untuk menghadapi situasi perang, tetapi eksis pula pada masa damai. Sebab dalam masa damai kekuatan militer tetap melaksanakan berbagai macam operasi.
Dengan adanya berbagai perubahan di dunia, sekarang penyusunan strategi militer tidak lagi didominasi oleh para perwira militer itu sendiri. Mengapa demikian? Karena setiap aksi militer masa kini dipastikan akan berimplikasi luas dan menyentuh aspek-aspek di luar militer seperti politik, ekonomi, lingkungan dan lain sebagainya. Itulah alasan mengapa sekarang penyusunan strategi militer melibatkan unsur-unsur sipil terkait.
Di negara-negara maju, para perwira militer duduk bersama di ruangan yang sama dengan para pejabat sipil dari Dewan Keamanan Nasional atau sejenisnya, Departemen Pertahanan, Departemen Luar Negeri dan lain sebagainya untuk menyusun strategi militer. Mereka yang duduk di ruang tersebut ---lepas dari dikotomi militer atau sipil--- mempunyai pemahaman yang sama tentang bagaimana penggunaan kekuatan militer untuk mengamankan kepentingan nasional. Tidak jarang pula, para pejabat sipil tersebut paham dengan seluk beluk pemikiran militer, bahkan mungkin beberapa di antara mereka dulunya adalah perwira militer.
Di Indonesia, kekuatan militer negeri ini melaksanakan operasi setiap hari. Lihat saja kapal perang Angkatan Laut yang tiap hari hadir di beberapa kawasan perairan yang dinilai strategis, hal itu menunjukkan bahwa mereka tengah menggelar operasi. Namun aneh bin ajaib, sampai sekarang militer Indonesia belum mempunyai strategi militer. Tentu menjadi pertanyaan menggelitik yakni apa acuan yang dijadikan dasar dari operasi yang dilaksanakan sehari-hari tersebut.
Tak dapat dibantah ada beberapa acuan yang bisa dijadikan alasan, tetapi tanpa didukung pula oleh acuan yang bernama strategi militer maka segalanya menjadi aneh. Laksana konser musik klasik, tidak kehadiran dirijen akan menyebabkan suara yang dihasilkan oleh berbagai alat musik menjadi tidak enak didengar di telinga. Strategi militer adalah dirijen dalam menggelar operasi, baik di masa damai, krisis maupun konflik/perang.
Konon sejak beberapa tahun lalu sudah ada wacana untuk menyusun strategi militer Indonesia. Yang sangat disayangkan, nampaknya wacana itu masih menganut paradigma lama yaitu penyusunan strategi militer merupakan domain militer. Paradigma seperti itu sudah seharusnya ditinggalkan karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Nanti kasus-kasus di masa lalu di mana seorang Duta Besar Indonesia di suatu negara akreditasi dipanggil ke Departemen Luar Negeri negara akreditasi karena suatu aksi militer Indonesia ---misalnya kapal ikannya ditembak oleh kapal perang Indonesia--- dan sang Duta Besar tidak tahu kronologis kejadian beserta informasi lengkapnya, akan kembali terus terulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar