All hands,
Militer merupakan suatu profesi yang penuh dengan bahaya. Oleh karena itu, setiap kekuatan militer berupaya sebisa mungkin melindungi personelnya dari kemungkinan kerugian, baik cacat fisik maupun kehilangan nyawa. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai macam upaya perlindungan terhadap personel diberikan, khususnya pada personel yang bertugas di wilayah operasi.
Misalnya penyediaan rompi anti peluru untuk digunakan oleh setiap personel, penyediaan kendaraan angkut lapis baja, penyediaan senjata tanpa pengawak (dikendalikan dari jarak jauh), seragam anti api dan lain sebagainya. Investasi untuk itu semua tentu tidak murah, akan tetapi hal demikian dilakukan untuk menekan kemungkinan kerugian personel seoptimal mungkin.
Kerugian personel akan memberikan kerugian kepada militer, sebab tidak mudah untuk membentuk personel sesuai dengan kebutuhan. Investasi buat personel bukan suatu yang murah. Sehingga wajar bila mereka dilindungi secara maksimal dari berbagai ancaman kerugian.
Perlindungan personel bukan cuma isu bagi kekuatan darat, tetapi juga isu bagi Angkatan Laut di berbagai negara. Lihatlah bagaimana para awak kapal perang Inggris dan Australia yang menggunakan penutup muka ketika mereka tengah bertugas di kapal perang, baik di ruang PIT maupun mengawaki senapan mesin berat. Lihat pula personel Angkatan Laut negara-negara maju yang melaksanakan VBSS di perairan Laut Arab dan Teluk Persia, rompi anti peluru melekat pada tubuh mereka ---bukan life jacket---.
Masalah perlindungan terhadap kemungkinan kerugian terhadap personel di Indonesia belum menjadi isu pokok. Sebab di sini resiko kematian terhadap personel dianggap suatu hal yang biasa, sehingga tidak ada upaya khusus untuk meminimalkan resiko tersebut. Menjadi personel militer di Indonesia identik dengan berani mati, padahal kehilangan personel merupakan kerugian besar bagi organisasi militer secara keseluruhan.
Militer merupakan suatu profesi yang penuh dengan bahaya. Oleh karena itu, setiap kekuatan militer berupaya sebisa mungkin melindungi personelnya dari kemungkinan kerugian, baik cacat fisik maupun kehilangan nyawa. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai macam upaya perlindungan terhadap personel diberikan, khususnya pada personel yang bertugas di wilayah operasi.
Misalnya penyediaan rompi anti peluru untuk digunakan oleh setiap personel, penyediaan kendaraan angkut lapis baja, penyediaan senjata tanpa pengawak (dikendalikan dari jarak jauh), seragam anti api dan lain sebagainya. Investasi untuk itu semua tentu tidak murah, akan tetapi hal demikian dilakukan untuk menekan kemungkinan kerugian personel seoptimal mungkin.
Kerugian personel akan memberikan kerugian kepada militer, sebab tidak mudah untuk membentuk personel sesuai dengan kebutuhan. Investasi buat personel bukan suatu yang murah. Sehingga wajar bila mereka dilindungi secara maksimal dari berbagai ancaman kerugian.
Perlindungan personel bukan cuma isu bagi kekuatan darat, tetapi juga isu bagi Angkatan Laut di berbagai negara. Lihatlah bagaimana para awak kapal perang Inggris dan Australia yang menggunakan penutup muka ketika mereka tengah bertugas di kapal perang, baik di ruang PIT maupun mengawaki senapan mesin berat. Lihat pula personel Angkatan Laut negara-negara maju yang melaksanakan VBSS di perairan Laut Arab dan Teluk Persia, rompi anti peluru melekat pada tubuh mereka ---bukan life jacket---.
Masalah perlindungan terhadap kemungkinan kerugian terhadap personel di Indonesia belum menjadi isu pokok. Sebab di sini resiko kematian terhadap personel dianggap suatu hal yang biasa, sehingga tidak ada upaya khusus untuk meminimalkan resiko tersebut. Menjadi personel militer di Indonesia identik dengan berani mati, padahal kehilangan personel merupakan kerugian besar bagi organisasi militer secara keseluruhan.
1 komentar:
Selama ini yang sangat akrab pada pikiran masyarakat adalah suasana perang di darat melalui film-film produksi holywood. Kalau dibicarakan tentang personel yang berperang maka yang diingat adalah Rambo, dengan gagah perkasanya seorang diri menghancurkan 1 batalyon musuh tanpa menggunakan kelengkapan maca-macam, cukup bertelanjang dada dan memamerkan otot sambil menenteng senapan mesin dan mengalungkan satu renteng peluru yang cukup untuk berperang seorang diri. Kalaupun ada tentang perang di laut, yang ditonjolkan Steven Seagal mantan Navy Seal yang cukup dengan jurus aikido bertangan kosong mengalahkan musuh bersenjata lengkap. Jadi masyarakat membayangkan tentara itu sakti mandraguna tidak perlu diperlengkapi macam-macam alat proteksi, malahan heran kalau tentara menggunakan body armour dan helm tempur waktu berperang. Kasian ya tentara...?
Posting Komentar