01 Maret 2010

Butuh Pengalaman Operasional

All hands,
Mengacu pada pengalaman negara-negara lain, seringkali konsep dan doktrin operasi militer senantiasa berubah seiring dengan perubahan ancaman dan tantangan. Bertolak dari ancaman dan tantangan itu beserta lesson learned yang ada, maka terjadilah perubahan konsep dan doktrin operasi militer. Di situlah terjadi transformasi pertahanan yang sebenarnya.
Masalahnya di Indonesia adalah militer negeri ini amat sangat miskin pengalaman operasional. Akibatnya konsep dan doktrin operasi militer sebatas mengadopsi konsep yang telah lama ditinggalkan oleh militer negara-negara lain. Seringkali pula konsep dan doktrin itu belum teruji di Indonesia.
Militer Australia, Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya mengubah konsep dan doktrin operasi mereka karena adanya lesson learned dari operasi-operasi yang mereka jalankan. Lepas dari pandangan dari kacamata politik bahwa operasi-operasi itu seringkali dipandang sebagai petualangan militer belaka.
Pertanyaannya, bagaimana agar pengalaman operasional militer negeri ini bertambah sehingga bisa melakukan evaluasi terhadap konsep dan doktrin yang dianut? Karena tidak ada operasi militer perang yang digelar, hal itu hanya bisa dilaksanakan melalui latihan serta eksperimen. Dengan catatan bahwa latihan dan eksperimen dilaksanakan mendekati kondisi nyata, bukan mengecilkan kekuatan lawan sehingga dengan mudah ditaklukkan secara militer.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Masalahnya dalam latihan selalu diset merebut kembali wilayah yang direbut dan TNI selalu diplot menang.

Ada baiknya dibentuk semacam Blue Force ataupun Red Force/ sebagai OPFOR bagi TNI.

Blue force adalah pasukan (AL, AU dan AD)yg mengadopsi alutsista beserta taktik dan strategi Barat dan sebaliknya Red Force dari Timur. Red/Blue force ini harus sering mengikuti latihan2 militer dari negara2 asing yang menjadi kiblatnya.

Pasukan ini dibentuk dengan tujuan sebagai sparring partner dalam latihan2 perang yang digelar TNI.

Tujuannya diharapkan nantinya TNI mendapatkan pengalaman operasional yg up to date dari latihan2 tsb shg siap menghadapi lawan2 potensial baik yang militernya cenderung memakai taktik dan alutsista Barat ataupun Timur bahkan mungkin kombinasi keduanya.

Cara lain adalah mengikutsertakan TNI dalam operasi militer perang di bawah bendera PBB. Tentunya payung hukum perlu disiapkan dgn baik dan memperhatikan reaksi dari rakyat.

Bila untuk misi di daerah konflik (LN) yang bisa menjadi isu SARA di tanah air, pola dgn melibatkan pasukan kita sebagai kontraktor swasta bisa dipertimbangkan. Tentunya dalam level ini keterlibatan AU dan AL tidak maksimal terutama dalam soal penggelaran kekuatan alutsista, palingan unsur dari pasukan khususnya saja.

salam,
rafaleyyy

Mitra mengatakan...

Sepertinya sih TNI sangat berpengalaman di bidang ops kamdagri, lesson learned-nya juga ada tapi tidak merubah konsep dan doktrin sampai Polri berpisah. Konsep "sparing partner" versi Barat vs versi Timur dari Anonim bagus, namun untuk angkatan laut sulit juga karena selama era perang dingin yang menonjol di versi Timur adalah pertahanan rakyat semesta yang sudah kita adopsi bersumber dari doktrin Mao dan Uncle Ho, terbukti efektif mengusir super power. Latihan operasi pendaratan (amphibi) dan latihan operasi laut lainnya yang didesain mendekati kenyataan apa mungkin ya dengan kondisi ekonomi kita sekarang? Untuk latihan menembak sasaran asli seperti pada gambar muka blog ini saja mungkin cuma jadi angan-angan perwira artileri AL kita. Salam