All hands,
Memiliki dan mengoperasikan kapal selam merupakan dua hal yang berbeda. Mengoperasikan kapal selam jauh lebih sulit daripada sekedar memiliki kapal selam. Pengalaman itu sudah dialami oleh Australia dan kini tengah dijalani pula oleh Negeri Tukang Klaim. Mengapa demikian?
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pengoperasian kapal selam adalah aspek sumber daya manusia. Tidak mudah untuk membentuk dan mendidik sumber daya manusia yang akan mengawaki kapal selam, sebab selain masalah ketahanan jasmani, keteguhan mental dan juga keterampilan khusus perlu diperhatikan pula. Sebab kapal selam memerlukan pengawak dengan spesialisasi yang berbeda-beda.
Dengan kata lain, mencetak pengawak kapal selam jauh lebih sulit dan lebih mahal investasinya dibandingkan dengan mencetak pengawak kapal atas air. Itulah alasan mengapa dari enam kapal selam kelas Collins milik RAN, hanya dua kapal selam yang siap diawaki.
Indonesia sesuai dengan rencana akan kembali memperkuat armada kapal selamnya melalui pengadaan kapal selam jenis tertentu. Menambah armada kapal selam merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari lagi oleh Angkatan Laut negeri ini, namun tentu saja harus didukung oleh kesiapan pengawak. Kalau selama ini Indonesia hanya mengoperasikan dua kapal selam, maka dalam beberapa tahun ke depan kekuatan laut negeri ini harus bisa mengoperasikan empat kapal selam sekaligus.
Di situlah muncul tantangan yaitu menyiapkan para pengawak baru sekaligus sebagai regenerasi awak kapal selam. Penyiapan itu hendaknya dilakukan secara matang, sebab tidak semua personel Angkatan Laut bisa memenuhi syarat untuk menjadi awak kapal selam. Sebagai sistem senjata dengan daya pukul yang luar biasa, merupakan hal yang wajar bila pengawak kapal selam dipandang sebagai “kelompok elit” dibandingkan jenis kapal perang lainnya.
Memiliki dan mengoperasikan kapal selam merupakan dua hal yang berbeda. Mengoperasikan kapal selam jauh lebih sulit daripada sekedar memiliki kapal selam. Pengalaman itu sudah dialami oleh Australia dan kini tengah dijalani pula oleh Negeri Tukang Klaim. Mengapa demikian?
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam pengoperasian kapal selam adalah aspek sumber daya manusia. Tidak mudah untuk membentuk dan mendidik sumber daya manusia yang akan mengawaki kapal selam, sebab selain masalah ketahanan jasmani, keteguhan mental dan juga keterampilan khusus perlu diperhatikan pula. Sebab kapal selam memerlukan pengawak dengan spesialisasi yang berbeda-beda.
Dengan kata lain, mencetak pengawak kapal selam jauh lebih sulit dan lebih mahal investasinya dibandingkan dengan mencetak pengawak kapal atas air. Itulah alasan mengapa dari enam kapal selam kelas Collins milik RAN, hanya dua kapal selam yang siap diawaki.
Indonesia sesuai dengan rencana akan kembali memperkuat armada kapal selamnya melalui pengadaan kapal selam jenis tertentu. Menambah armada kapal selam merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari lagi oleh Angkatan Laut negeri ini, namun tentu saja harus didukung oleh kesiapan pengawak. Kalau selama ini Indonesia hanya mengoperasikan dua kapal selam, maka dalam beberapa tahun ke depan kekuatan laut negeri ini harus bisa mengoperasikan empat kapal selam sekaligus.
Di situlah muncul tantangan yaitu menyiapkan para pengawak baru sekaligus sebagai regenerasi awak kapal selam. Penyiapan itu hendaknya dilakukan secara matang, sebab tidak semua personel Angkatan Laut bisa memenuhi syarat untuk menjadi awak kapal selam. Sebagai sistem senjata dengan daya pukul yang luar biasa, merupakan hal yang wajar bila pengawak kapal selam dipandang sebagai “kelompok elit” dibandingkan jenis kapal perang lainnya.
1 komentar:
Setuju pak,..
The most important thing is "the crew", trus bukannya kita dah ngirim calon awak kasel ke st petersburg beberapa waktu lalu...
Posting Komentar