All hands,
Pemikiran strategsi di Indonesia masih didominasi oleh pemikiran kontinental, walaupun Indonesia secara bangga memproklamasikan diri sebagai negara kepulauan. Pemikiran yang berbau atau bahkan pro Angkatan Laut dalam pemikiran strategis di Indonesia belum diminati, apalagi dominan. Banyak pihak yang terlibat dalam pemikiran strategis di Indonesia ---khususnya kalangan sipil--- yang baru sekedar tahu Angkatan Laut, tetapi tidak paham esensi pemikiran ke-Angkatan Laut-an. Meskipun demikian, ada saja pihak yang digolongkan sebagai selebritas pertahanan merasa paling tahu soal pemikiran ke-Angkatan Laut-an, walaupun kalau dicecar debat lebih lanjut para selebritas ini cuma bisa membenarkan dan pada akhirnya lebih banyak menjadi pendengar.
Lalu bagaimana memasyarakatkan pemikiran ke-Angkatan Laut-an di Indonesia dalam kondisi ini? Sejauh ini mungkin satu-satunya cara adalah dengan “fleet in being” dalam memasyarakatkan pemikiran ini lewat berbagai cara dan tidak tergantung pada ketokohan siapapun. Sebab pemikiran ke-Angkatan Laut-an di Indonesia sebaiknya tidak melekat pada tokoh tertentu, sebab hal itu akan berkomplikasi negatif dalam jangka panjang.
Metode “fleet in being” bisa diterapkan lewat jalur-jalur formal dan informal dengan sasaran adalah masyarakat umum, khususnya kalangan terpelajar. Caranya bisa lewat sarana kampus perguruan tinggi, komunikasi informal dengan pihak-pihak yang peduli dengan Angkatan Laut ---termasuk media cetak dan elektronika dan penggunaan media internet, misalnya forum diskusi.
Untuk mengubah pemikiran strategis ke Indonesia agar pro kepada pemikiran ke-Angkatan Laut-an, selain butuh waktu panjang juga butuh kerja keras tanpa pamrih. Tanpa pamrih maksudnya antara lain tidak mencari popularitas. Terkait dengan butir tidak mencari popularitas inilah pentingnya pemikiran ke-Angkatan Laut-an sebaiknya tidak diusung oleh para selebritas yang secara kejiwaan tidak mempunyai ikatan persaudaraan dan senasib dengan institusi Angkatan Laut di negeri ini.
Perjuangan mensosialisasikan pemikiran ke-Angkatan Laut-an di negeri ini agar nantinya pemikiran itu bisa menjadi dominan dan menggeser pemikiran kontinental memerlukan waktu yang tidak panjang. Di sini butuhkan stamina yang kuat, di samping regenerasi pemikir secara berkesinambungan ---khususnya para perwira--- di lingkungan kekuatan laut Indonesia sendiri.
Pemikiran strategsi di Indonesia masih didominasi oleh pemikiran kontinental, walaupun Indonesia secara bangga memproklamasikan diri sebagai negara kepulauan. Pemikiran yang berbau atau bahkan pro Angkatan Laut dalam pemikiran strategis di Indonesia belum diminati, apalagi dominan. Banyak pihak yang terlibat dalam pemikiran strategis di Indonesia ---khususnya kalangan sipil--- yang baru sekedar tahu Angkatan Laut, tetapi tidak paham esensi pemikiran ke-Angkatan Laut-an. Meskipun demikian, ada saja pihak yang digolongkan sebagai selebritas pertahanan merasa paling tahu soal pemikiran ke-Angkatan Laut-an, walaupun kalau dicecar debat lebih lanjut para selebritas ini cuma bisa membenarkan dan pada akhirnya lebih banyak menjadi pendengar.
Lalu bagaimana memasyarakatkan pemikiran ke-Angkatan Laut-an di Indonesia dalam kondisi ini? Sejauh ini mungkin satu-satunya cara adalah dengan “fleet in being” dalam memasyarakatkan pemikiran ini lewat berbagai cara dan tidak tergantung pada ketokohan siapapun. Sebab pemikiran ke-Angkatan Laut-an di Indonesia sebaiknya tidak melekat pada tokoh tertentu, sebab hal itu akan berkomplikasi negatif dalam jangka panjang.
Metode “fleet in being” bisa diterapkan lewat jalur-jalur formal dan informal dengan sasaran adalah masyarakat umum, khususnya kalangan terpelajar. Caranya bisa lewat sarana kampus perguruan tinggi, komunikasi informal dengan pihak-pihak yang peduli dengan Angkatan Laut ---termasuk media cetak dan elektronika dan penggunaan media internet, misalnya forum diskusi.
Untuk mengubah pemikiran strategis ke Indonesia agar pro kepada pemikiran ke-Angkatan Laut-an, selain butuh waktu panjang juga butuh kerja keras tanpa pamrih. Tanpa pamrih maksudnya antara lain tidak mencari popularitas. Terkait dengan butir tidak mencari popularitas inilah pentingnya pemikiran ke-Angkatan Laut-an sebaiknya tidak diusung oleh para selebritas yang secara kejiwaan tidak mempunyai ikatan persaudaraan dan senasib dengan institusi Angkatan Laut di negeri ini.
Perjuangan mensosialisasikan pemikiran ke-Angkatan Laut-an di negeri ini agar nantinya pemikiran itu bisa menjadi dominan dan menggeser pemikiran kontinental memerlukan waktu yang tidak panjang. Di sini butuhkan stamina yang kuat, di samping regenerasi pemikir secara berkesinambungan ---khususnya para perwira--- di lingkungan kekuatan laut Indonesia sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar