All hands,
Beberapa waktu lalu Mahkamah Internasional menetapkan bahwa kawasan Pedra yang terdiri dari bebatuan dan luasnya hanya beberapa meter persegi, terletak di sebelah timur Singapura dan tenggara Johor merupakan wilayah kedaulatan Singapura. Perkembangan tersebut perlu diwaspadai oleh Indonesia, sebab sangat mungkin digunakan dasar oleh Singapura untuk menetapkan laut teritorial dan ZEE-nya berdasarkan median line. Padahal prinsip median line, sepanjang pengetahuan saya, tidak bisa diterapkan bila garis pangkalnya dihitung dari sebuah pulau kecil bebatuan yang luasnya cuma beberapa meter persegi seperti halnya Pedra Branca.
Patut diwaspadai dengan menggunakan Pedra Branca sebagai garis pangkalnya, berbasis pada median line, negeri kecil, kaya, licik dan rakus itu akan berupaya secara sistematis dari saat ini hingga ke depan untuk mengklaim Laut Natuna sebagai wilayah teritorialnya dan Laut Cina Selatan sebagai ZEE-nya. Klaim itu bukan sesuatu yang tidak mungkin, walau terasa janggal bagi kita yang memahami bagaimana penarikan garis pangkal suatu wilayah berdasarkan karakteristik-karakteristik yang berbeda.
Mengapa Singapura akan mengklaim kedua perairan tersebut? Sebab negeri kecil, kayak, licik dan rakus itu membutuhkan ruang laut bagi latihan tempur Angkatan Lautnya. Selama ini RSN merasa tidak nyaman dengan tindakan AL kita yang secara konsisten mengusir latihan mereka di Laut Natuna maupun ZEE Indonesia di Laut Cina Selatan. Tanpa publikasi di media massa, AL kita secara konsisten selalu mengusir kegiatan latihan mereka di kedua perairan.
Hal yang tidak sama terjadi pada ruang udara. Kadangkala menjadi pertanyaan mengapa AU negeri Nusantara tidak berani bersikap tegas seperti AL kita? Bahkan terkesan membiarkan, karena sepengetahuan saya belum pernah sekalipun AU Indonesia mengusir latihan RSAF di atas Laut Natuna.
Pertanyaannya, mengapa demikian? Ada dugaan alias sinyalemen tindakan tegas AU Indonesia akan berdampak terhadap dukungan logistik alutsista mereka, khususnya pesawat udara. Sebab Singapura adalah sumber dari beragam suku cadang yang dapat diperoleh lewat black market. Inilah yang membedakannya dengan AL kita, yang walaupun di tengah keterbatasan masih mampu melaksanakan fungsinya sebagai instrumen kekuatan nasional di bidang pertahanan di laut.
Beberapa waktu lalu Mahkamah Internasional menetapkan bahwa kawasan Pedra yang terdiri dari bebatuan dan luasnya hanya beberapa meter persegi, terletak di sebelah timur Singapura dan tenggara Johor merupakan wilayah kedaulatan Singapura. Perkembangan tersebut perlu diwaspadai oleh Indonesia, sebab sangat mungkin digunakan dasar oleh Singapura untuk menetapkan laut teritorial dan ZEE-nya berdasarkan median line. Padahal prinsip median line, sepanjang pengetahuan saya, tidak bisa diterapkan bila garis pangkalnya dihitung dari sebuah pulau kecil bebatuan yang luasnya cuma beberapa meter persegi seperti halnya Pedra Branca.
Patut diwaspadai dengan menggunakan Pedra Branca sebagai garis pangkalnya, berbasis pada median line, negeri kecil, kaya, licik dan rakus itu akan berupaya secara sistematis dari saat ini hingga ke depan untuk mengklaim Laut Natuna sebagai wilayah teritorialnya dan Laut Cina Selatan sebagai ZEE-nya. Klaim itu bukan sesuatu yang tidak mungkin, walau terasa janggal bagi kita yang memahami bagaimana penarikan garis pangkal suatu wilayah berdasarkan karakteristik-karakteristik yang berbeda.
Mengapa Singapura akan mengklaim kedua perairan tersebut? Sebab negeri kecil, kayak, licik dan rakus itu membutuhkan ruang laut bagi latihan tempur Angkatan Lautnya. Selama ini RSN merasa tidak nyaman dengan tindakan AL kita yang secara konsisten mengusir latihan mereka di Laut Natuna maupun ZEE Indonesia di Laut Cina Selatan. Tanpa publikasi di media massa, AL kita secara konsisten selalu mengusir kegiatan latihan mereka di kedua perairan.
Hal yang tidak sama terjadi pada ruang udara. Kadangkala menjadi pertanyaan mengapa AU negeri Nusantara tidak berani bersikap tegas seperti AL kita? Bahkan terkesan membiarkan, karena sepengetahuan saya belum pernah sekalipun AU Indonesia mengusir latihan RSAF di atas Laut Natuna.
Pertanyaannya, mengapa demikian? Ada dugaan alias sinyalemen tindakan tegas AU Indonesia akan berdampak terhadap dukungan logistik alutsista mereka, khususnya pesawat udara. Sebab Singapura adalah sumber dari beragam suku cadang yang dapat diperoleh lewat black market. Inilah yang membedakannya dengan AL kita, yang walaupun di tengah keterbatasan masih mampu melaksanakan fungsinya sebagai instrumen kekuatan nasional di bidang pertahanan di laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar