All hands,
Muhibah Gugus Tugas kapal perang Rusia RFS Admiral Vinogradov dan RFS Boris Butoma ke Jakarta pada 24-28 Maret 2009 mempunyai banyak makna. Muhibah kapal perang yang tergabung dalam Armada Pasifik Rusia dilakukan sambil dalam perjalanan pulang ke pangkalan mereka di Vladivostok setelah melaksanakan misi anti pembajakan dan perompakan di Teluk Aden. Muhibah kapal perang Rusia ke Indonesia merupakan yang kedua kalinya dalam beberapa tahun terakhir. Muhibah terakhir adalah saat lima kapal perang Armada Pasifik berkunjung pada 28 Oktober-2 November 2005.
Makna pertama dari muhibah kali ini adalah untuk menegaskan kembali kebijakan pemerintah Rusia untuk kembali berpatroli di perairan dunia. Kebijakan itu mulai dilaksanakan pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Vladimir Putin. Alasannya, untuk menunjukkan kembali kehebatan militer Rusia yang kini tengah bangkit setelah terpuruk pasca keruntuhan Uni Soviet.
Muhibah ke Indonesia juga bermakna memperkuat pengaruh Rusia di Asia Tenggara, yang mana Indonesia adalah pemain penting di kawasan ini. Pengaruh Rusia di kawasan Asia Tenggara bisa dilihat dari sepak terjang di bidang ekonomi maupun politik keamanan. Dalam bidang politik keamanan, Indonesia kembali menjadi konsumen senjata buatan Rusia dan saat ini AL Indonesia tengah berencana membeli kapal selam Rusia guna memperkuat armadanya. AL Indonesia juga dipastikan akan mengoperasikan belasan tank BMP-3 dalam satu atau dua tahun ke depan, dalam hal ini Korps Marinir sebagai penggunanya.
Selama ini kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah pengaruh Amerika Serikat. Dengan memilih Indonesia sebagai tempat persinggahan ---dan bukan Singapura---, merupakan suatu tindakan yang mempunyai makna politik besar. Sebab Singapura berada di dalam pengaruh Amerika Serikat, sedangkan Indonesia tergolong bandel di mata Washington. Pemilihan Indonesia sebagai tempat muhibah kapal perang Rusia bukanlah suatu kebetulan, tetapi sudah diperhitungkan dengan matang.
Pertanyaannya, bagaimana sikap Indonesia atas muhibah tersebut? Seharusnya muhibah itu makin memperkuat sikap Indonesia dalam pengadaan alutsista dari Rusia, khususnya kapal selam. Secara tidak langsung, muhibah itu juga merupakan “tekanan” halus Rusia agar Indonesia firm soal pengadaan kapal selam kelas Kilo. Sekarang kembali kepada Indonesia, apakah akan memanfaatkan muhibah Gugus Tugas Rusia demi keuntungannya atau tidak?
Muhibah Gugus Tugas kapal perang Rusia RFS Admiral Vinogradov dan RFS Boris Butoma ke Jakarta pada 24-28 Maret 2009 mempunyai banyak makna. Muhibah kapal perang yang tergabung dalam Armada Pasifik Rusia dilakukan sambil dalam perjalanan pulang ke pangkalan mereka di Vladivostok setelah melaksanakan misi anti pembajakan dan perompakan di Teluk Aden. Muhibah kapal perang Rusia ke Indonesia merupakan yang kedua kalinya dalam beberapa tahun terakhir. Muhibah terakhir adalah saat lima kapal perang Armada Pasifik berkunjung pada 28 Oktober-2 November 2005.
Makna pertama dari muhibah kali ini adalah untuk menegaskan kembali kebijakan pemerintah Rusia untuk kembali berpatroli di perairan dunia. Kebijakan itu mulai dilaksanakan pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Vladimir Putin. Alasannya, untuk menunjukkan kembali kehebatan militer Rusia yang kini tengah bangkit setelah terpuruk pasca keruntuhan Uni Soviet.
Muhibah ke Indonesia juga bermakna memperkuat pengaruh Rusia di Asia Tenggara, yang mana Indonesia adalah pemain penting di kawasan ini. Pengaruh Rusia di kawasan Asia Tenggara bisa dilihat dari sepak terjang di bidang ekonomi maupun politik keamanan. Dalam bidang politik keamanan, Indonesia kembali menjadi konsumen senjata buatan Rusia dan saat ini AL Indonesia tengah berencana membeli kapal selam Rusia guna memperkuat armadanya. AL Indonesia juga dipastikan akan mengoperasikan belasan tank BMP-3 dalam satu atau dua tahun ke depan, dalam hal ini Korps Marinir sebagai penggunanya.
Selama ini kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah pengaruh Amerika Serikat. Dengan memilih Indonesia sebagai tempat persinggahan ---dan bukan Singapura---, merupakan suatu tindakan yang mempunyai makna politik besar. Sebab Singapura berada di dalam pengaruh Amerika Serikat, sedangkan Indonesia tergolong bandel di mata Washington. Pemilihan Indonesia sebagai tempat muhibah kapal perang Rusia bukanlah suatu kebetulan, tetapi sudah diperhitungkan dengan matang.
Pertanyaannya, bagaimana sikap Indonesia atas muhibah tersebut? Seharusnya muhibah itu makin memperkuat sikap Indonesia dalam pengadaan alutsista dari Rusia, khususnya kapal selam. Secara tidak langsung, muhibah itu juga merupakan “tekanan” halus Rusia agar Indonesia firm soal pengadaan kapal selam kelas Kilo. Sekarang kembali kepada Indonesia, apakah akan memanfaatkan muhibah Gugus Tugas Rusia demi keuntungannya atau tidak?
1 komentar:
Hanyalah impian saja jika para pemimpin negeri ini bisa mengambil keuntungan dari kesempatan yang diberikan negara besar.. karena pimimpin kita sibuk dengan perut dan partainya ? kita belum punya negarawan sejati Om Allhand, mungkin anda Om dengan visi kelautannya
Posting Komentar