All hands,
Ketika ekonomi dunia dilanda krisis sejak menjelang akhir 2008, ekonomi negara-negara maju dan sebagian negara berkembang langsung terguncang. Untuk mengobati krisis yang menyebabkan jutaan orang di berbagai negara tiba-tiba beralih status menjadi orang miskin, tiap-tiap negara mengambil kebijakan yang berbeda. Salah satu kebijakan yang banyak diambil adalah pemberian stimulus ekonomi, yang mana Indonesia adalah satu satu negara di antaranya.
Terdapat contoh menarik mengenai pemberian stimulus di negara-negara maju untuk mengurangi dampak krisis ekonomi. Paket stimulus bukan saja diberikan pada industri-industri “biasa”, tetapi mencakup pula industri pertahanan. Tentu sebagian pihak ada yang bertanya kenapa industri pertahanan turut kecipratan dana stimulus ekonomi? Jawabannya sederhana, yaitu industri pertahanan mempunyai keterkaitan dengan industri-industri lainnya dalam menggerakkan ekonomi nasional.
Adanya pesanan sistem senjata dari konsumen lokal yaitu Departemen Pertahanan maupun konsumen asing akan menggerakkan sebagian roda industri negara itu. Pesanan dari konsumen lokal di negara-negara maju selain terkait dengan program modernisasi kekuatan mereka yang berjalan secara konsisten, juga didorong oleh kebutuhan operasional mendesak yang dikenal sebagai Urgent Operational Requirements (UOR). UOR muncul karena sejumlah kampanye militer yang digelar oleh militer beberapa maju di berbagai kawasan dunia.
Dengan mengalirkan paket stimulus kepada industri pertahanan, diharapkan industri tersebut dapat turut berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional. Sebab stimulus itu selain mencegah PHK, menciptakan pula sejumlah lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja baru. Hidupnya mesin-mesin industri pertahanan beserta vendor-nya berarti berjalannya pula sebagian dari roda industri nasional secara keseluruhan.
Kondisi demikian bisa tercipta karena industri pertahanan sudah terintegrasi dengan industri nasional lainnya. Ada keterkaitan erat antara industri pertahanan dengan industri nasional lainnya, yang mana industri yang terakhir mendukung kebutuhan industri pertahanan. Situasi seperti itu belum tercipta di Indonesia, sehingga industri pertahanan di negeri ini belum menjadi kontributor ekonomi nasional yang signifikan.
Ketika ekonomi dunia dilanda krisis sejak menjelang akhir 2008, ekonomi negara-negara maju dan sebagian negara berkembang langsung terguncang. Untuk mengobati krisis yang menyebabkan jutaan orang di berbagai negara tiba-tiba beralih status menjadi orang miskin, tiap-tiap negara mengambil kebijakan yang berbeda. Salah satu kebijakan yang banyak diambil adalah pemberian stimulus ekonomi, yang mana Indonesia adalah satu satu negara di antaranya.
Terdapat contoh menarik mengenai pemberian stimulus di negara-negara maju untuk mengurangi dampak krisis ekonomi. Paket stimulus bukan saja diberikan pada industri-industri “biasa”, tetapi mencakup pula industri pertahanan. Tentu sebagian pihak ada yang bertanya kenapa industri pertahanan turut kecipratan dana stimulus ekonomi? Jawabannya sederhana, yaitu industri pertahanan mempunyai keterkaitan dengan industri-industri lainnya dalam menggerakkan ekonomi nasional.
Adanya pesanan sistem senjata dari konsumen lokal yaitu Departemen Pertahanan maupun konsumen asing akan menggerakkan sebagian roda industri negara itu. Pesanan dari konsumen lokal di negara-negara maju selain terkait dengan program modernisasi kekuatan mereka yang berjalan secara konsisten, juga didorong oleh kebutuhan operasional mendesak yang dikenal sebagai Urgent Operational Requirements (UOR). UOR muncul karena sejumlah kampanye militer yang digelar oleh militer beberapa maju di berbagai kawasan dunia.
Dengan mengalirkan paket stimulus kepada industri pertahanan, diharapkan industri tersebut dapat turut berkontribusi pada pemulihan ekonomi nasional. Sebab stimulus itu selain mencegah PHK, menciptakan pula sejumlah lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja baru. Hidupnya mesin-mesin industri pertahanan beserta vendor-nya berarti berjalannya pula sebagian dari roda industri nasional secara keseluruhan.
Kondisi demikian bisa tercipta karena industri pertahanan sudah terintegrasi dengan industri nasional lainnya. Ada keterkaitan erat antara industri pertahanan dengan industri nasional lainnya, yang mana industri yang terakhir mendukung kebutuhan industri pertahanan. Situasi seperti itu belum tercipta di Indonesia, sehingga industri pertahanan di negeri ini belum menjadi kontributor ekonomi nasional yang signifikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar