All hands,
Carl von Clausewitz dalam On War mengemukakan teori trinitas pemerintah-rakyat-militer dalam bangunan segitiga. Puncak dari segitiga tersebut diduduki oleh pemerintah, sementara dua bagian sisi bawah diduduki oleh rakyat dan militer. Sang ahli strategi ini meyakini bahwa kekuatan suatu bangsa terletak pada hubungan segitiga tersebut. Apabila salah satu lemah, akan mempengaruhi dua komponen lainnya.
Mari kita uji trinitas tersebut dalam konteks Indonesia. Kuat atau tidaknya militer ditentukan oleh dukungan dari pemerintah dan rakyat. Kuat atau tidaknya pemerintah ditentukan oleh dukungan rakyat dan militer. Dalam konteks ini, yang hendak ditinjau adalah kuat atau tidaknya militer.
Ada dua pertanyaan utama yang wajib untuk diajukan. Pertama, kuatkah dukungan pemerintah terhadap militer? Kedua, kuatkah dukungan rakyat terhadap militer?
Untuk menjawab pertanyaan pertama, bisa dilihat dari aspek kebijakan pertahanan. Dari situ akan tergambar seberapa jauh keberpihakan pemerintah terhadap militer. Rasanya tidak sulit untuk menjawab pertanyaan ini, sebab contoh-contoh kasus hubungan antara pemerintah dengan militer sudah terlalu banyak.
Selanjutnya menuju ke pertanyaan kedua. Berdasarkan tinjauan secara umum, maksudnya tidak melalui suatu proses penelitian yang mendalam dan seksama, dapat disimpulkan bahwa dukungan rakyat terhadap militer relatif tinggi. Hal ini bisa dilihat dari reaksi publik apabila terjadi kasus kecelakaan sistem senjata, begitu pula ketika masalah klaim Laut Sulawesi dengan Negeri Tukang Klaim memanas beberapa saat lalu.
Kesimpulan dari dua pertanyaan itu mempunyai benang merah terhadap kondisi militer Indonesia saat ini. Kondisi militer Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan berat adalah cermin dari benang merah atas dua pertanyaan tersebut. Benang merahnya adalah terjadi ketidaksesuaian aspirasi antara rakyat dengan pemerintah menyangkut apa yang harus dilakukan terhadap militer. Rakyat menghendaki militer negeri ini dimodernisasi, sementara pemerintah kurang berpihak kepada aspirasi rakyat tersebut.
Kalau suatu ketika terjadi konflik dengan negara lain dan kondisi militer Indonesia masih tetap seperti sekarang, kemudian Indonesia menjadi pecundang dalam konflik itu, hasil demikian adalah sangat wajar. Sebab segitiga antara pemerintah-rakyat-militer saat ini di Indonesia memang rapuh.
Carl von Clausewitz dalam On War mengemukakan teori trinitas pemerintah-rakyat-militer dalam bangunan segitiga. Puncak dari segitiga tersebut diduduki oleh pemerintah, sementara dua bagian sisi bawah diduduki oleh rakyat dan militer. Sang ahli strategi ini meyakini bahwa kekuatan suatu bangsa terletak pada hubungan segitiga tersebut. Apabila salah satu lemah, akan mempengaruhi dua komponen lainnya.
Mari kita uji trinitas tersebut dalam konteks Indonesia. Kuat atau tidaknya militer ditentukan oleh dukungan dari pemerintah dan rakyat. Kuat atau tidaknya pemerintah ditentukan oleh dukungan rakyat dan militer. Dalam konteks ini, yang hendak ditinjau adalah kuat atau tidaknya militer.
Ada dua pertanyaan utama yang wajib untuk diajukan. Pertama, kuatkah dukungan pemerintah terhadap militer? Kedua, kuatkah dukungan rakyat terhadap militer?
Untuk menjawab pertanyaan pertama, bisa dilihat dari aspek kebijakan pertahanan. Dari situ akan tergambar seberapa jauh keberpihakan pemerintah terhadap militer. Rasanya tidak sulit untuk menjawab pertanyaan ini, sebab contoh-contoh kasus hubungan antara pemerintah dengan militer sudah terlalu banyak.
Selanjutnya menuju ke pertanyaan kedua. Berdasarkan tinjauan secara umum, maksudnya tidak melalui suatu proses penelitian yang mendalam dan seksama, dapat disimpulkan bahwa dukungan rakyat terhadap militer relatif tinggi. Hal ini bisa dilihat dari reaksi publik apabila terjadi kasus kecelakaan sistem senjata, begitu pula ketika masalah klaim Laut Sulawesi dengan Negeri Tukang Klaim memanas beberapa saat lalu.
Kesimpulan dari dua pertanyaan itu mempunyai benang merah terhadap kondisi militer Indonesia saat ini. Kondisi militer Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan berat adalah cermin dari benang merah atas dua pertanyaan tersebut. Benang merahnya adalah terjadi ketidaksesuaian aspirasi antara rakyat dengan pemerintah menyangkut apa yang harus dilakukan terhadap militer. Rakyat menghendaki militer negeri ini dimodernisasi, sementara pemerintah kurang berpihak kepada aspirasi rakyat tersebut.
Kalau suatu ketika terjadi konflik dengan negara lain dan kondisi militer Indonesia masih tetap seperti sekarang, kemudian Indonesia menjadi pecundang dalam konflik itu, hasil demikian adalah sangat wajar. Sebab segitiga antara pemerintah-rakyat-militer saat ini di Indonesia memang rapuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar