All hands,
Selama sudah menjadi rahasia umum bahwa industri dan jasa maritim Indonesia berada di bawah kendali Singapura. Lihat saja sebagian kapal yang berlayar menghubungkan antar pulau di Indonesia menggunakan bendera negeri The Red Dot itu, khususnya kapal yang memuat barang-barang terkait dengan berbagai macam industri. Yang lebih memprihatinkan lagi, ada sinyalemen kuat bahwa industri perkapalan pun Indonesia sepertinya di bawah kendali negeri penampung para koruptor dan uang haram asal Indonesia.
Sebagai contoh silakan tengok industri perkapalan yang bertebaran di beberapa tempat di Kepulauan Riau. Khususnya di Pulau Batam dan beberapa pulau sekitarnya, termasuk Pulau Karimun. Di sana ada investasi bidang perkapalan dan mayoritas pelakunya berasal dari negeri yang sangat takut sama KKO/Marinir Indonesia hingga kini.
Pertanyaannya, mengapa hal demikian bisa terjadi? Tidak sulit untuk menjawabnya, yaitu bisa jadi karena ada pembiaran dari pembuat kebijakan di bidang investasi, bisa pula karena memang para pembuat kebijakan di negeri ini tidak paham akan strategisnya dunia maritim bagi Indonesia. Asal tahu saja, konon ada agen-agen negeri pelindung para koruptor asal Indonesia di beberapa tempat strategis yang siap memotong bila ada kebijakan maritim yang menguntungkan Indonesia dan sebaliknya merugikan negeri itu.
Selain itu, sulit untuk dihindari bahwa sebagian industri perkapalan di dalam negeri masih harus berurusan lewat Singapura ketika berbicara tentang pembangunan kapal. Misalnya soal propeler, sistem pendorong, radar dan lain sebagainya. Sebab pabrikan subsistem tersebut terkadang tidak mau galangan Indonesia berhubungan langsung dengan kantor pusat mereka di Eropa atau Amerika, tetapi harus lewat perwakilan regional mereka yang berada di negeri pencuri pasir Indonesia tersebut.
Pertanyaan besarnya adalah kapan bangsa Indonesia sadar akan hal ini dan kemudian bertindak untuk memutus pengendalian oleh negeri The Red Dot itu?
Selama sudah menjadi rahasia umum bahwa industri dan jasa maritim Indonesia berada di bawah kendali Singapura. Lihat saja sebagian kapal yang berlayar menghubungkan antar pulau di Indonesia menggunakan bendera negeri The Red Dot itu, khususnya kapal yang memuat barang-barang terkait dengan berbagai macam industri. Yang lebih memprihatinkan lagi, ada sinyalemen kuat bahwa industri perkapalan pun Indonesia sepertinya di bawah kendali negeri penampung para koruptor dan uang haram asal Indonesia.
Sebagai contoh silakan tengok industri perkapalan yang bertebaran di beberapa tempat di Kepulauan Riau. Khususnya di Pulau Batam dan beberapa pulau sekitarnya, termasuk Pulau Karimun. Di sana ada investasi bidang perkapalan dan mayoritas pelakunya berasal dari negeri yang sangat takut sama KKO/Marinir Indonesia hingga kini.
Pertanyaannya, mengapa hal demikian bisa terjadi? Tidak sulit untuk menjawabnya, yaitu bisa jadi karena ada pembiaran dari pembuat kebijakan di bidang investasi, bisa pula karena memang para pembuat kebijakan di negeri ini tidak paham akan strategisnya dunia maritim bagi Indonesia. Asal tahu saja, konon ada agen-agen negeri pelindung para koruptor asal Indonesia di beberapa tempat strategis yang siap memotong bila ada kebijakan maritim yang menguntungkan Indonesia dan sebaliknya merugikan negeri itu.
Selain itu, sulit untuk dihindari bahwa sebagian industri perkapalan di dalam negeri masih harus berurusan lewat Singapura ketika berbicara tentang pembangunan kapal. Misalnya soal propeler, sistem pendorong, radar dan lain sebagainya. Sebab pabrikan subsistem tersebut terkadang tidak mau galangan Indonesia berhubungan langsung dengan kantor pusat mereka di Eropa atau Amerika, tetapi harus lewat perwakilan regional mereka yang berada di negeri pencuri pasir Indonesia tersebut.
Pertanyaan besarnya adalah kapan bangsa Indonesia sadar akan hal ini dan kemudian bertindak untuk memutus pengendalian oleh negeri The Red Dot itu?
2 komentar:
Seharusnya kita jangan terlalu tergantung amerika atau erofa, cari sumber lain.
kalau negeri ini masih di pimpin dgn orang2 bermental Inlander(" mengutip sebutan dari Ir. Soekarno") maka jangan berharap negeri ini mampu mandiri......
Posting Komentar