All hands,
John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat yang dikenal flamboyan terhadap lawan jenis namun berani, tegas, teguh dan tidak pernah ragu serta bimbang menghadapi Uni Soviet, termasuk dalam Krisis Rudal Kuba, pernah mengabdi pada U.S. Navy sebagai perwira, walaupun tidak pernah mencapai pangkat Laksamana. Karena itu, tidak heran kakak dari Jaksa Agung dan Senator Robert Kennedy sangat paham akan nilai penting seapower bagi kepentingan nasional negaranya. Kennedy pernah berucap:
”Control of the seas means security. Control of the seas means peace. Control of the seas mean victory. The United States must control the sea if it is to protect our security”.
Mari kita tarik ucapan Kennedy dalam konteks Indonesia. Artinya kalimat The United States diganti dengan Indonesia, sementara kalimat lainnya tetap sama. Pertanyaannya, bagian mana dari ucapan tersebut yang tidak relevan dengan Indonesia? Jawabannya adalah tidak ada, semuanya relevan dengan kondisi Indonesia.
Stabilitas keamanan Indonesia ditentukan oleh pengendalian laut. Tanpa pengendalian laut, keutuhan Indonesia sebagai negara bangsa dipertaruhkan. Tanpa pengendalian laut, perdamaian di Indonesia tidak akan terjamin. Perdamaian di Indonesia identik dengan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, sebab luas perairan Indonesia adalah dua pertiga kawasan ini.
Pengendalian laut juga berarti kemenangan bagi Indonesia, sebab mustahil Indonesia dapat mempertahankan keutuhan wilayah negaranya tanpa memperoleh kemenangan di laut. Ruang dan waktu sekarang berbeda dengan ruang dan waktu pada 1945, sehingga apabila ada perang maka Indonesia tak punya pilihan kecuali menang di laut juga.
Selanjutnya, tidak ada yang bisa membantah bahwa keamanan nasional Indonesia tidak dapat dicapai tanpa pengendalian laut. Pertanyaannya, siapa yang bisa mengendalikan laut di Indonesia? Tentu jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah Angkatan Laut.
Tidak ada pihak lain yang di Indonesia yang bisa melaksanakan pengendalian laut kecuali Angkatan Laut.
Dari situ tergambar bahwa seapower sifatnya mutlaknya bagi Indonesia. Namun masalahnya adalah masih banyak pihak di negeri ini yang tidak paham dengan seapower, sebagian lagi tidak berpihak kepada Angkatan Laut. Bahkan ada pihak yang sangat yakin bahwa Indonesia akan disegani di kawasan dan dunia apabila mengedepankan soft power. Suatu keyakinan yang sesat dan menyesatkan, sebab sejarah membuktikan bahwa kejayaan Indonesia di abad ke-20 antara lain justru karena seapower.
Sayang, sejarah kejayaan seapower di abad ke-20 dicoba untuk dihapus dari catatan dari lembaran sejarah negeri ini. Sebaliknya kegagalan soft power Indonesia di awal abad ke-21 berusaha ditutup-tutupi dengan tinta emas. Kalau Indonesia memang tidak perlu dengan seapower, seharusnya negeri ini mengajukan diri kepada PBB untuk mengubah statusnya dari negara kepulauan menjadi negara kontinental saja. Dengan menjadi kekuatan kontinental, seapower bukan hal yang mutlak, meskipun tidak sedikit kekuatan kontinental yang kini menjadi seapower.
John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat yang dikenal flamboyan terhadap lawan jenis namun berani, tegas, teguh dan tidak pernah ragu serta bimbang menghadapi Uni Soviet, termasuk dalam Krisis Rudal Kuba, pernah mengabdi pada U.S. Navy sebagai perwira, walaupun tidak pernah mencapai pangkat Laksamana. Karena itu, tidak heran kakak dari Jaksa Agung dan Senator Robert Kennedy sangat paham akan nilai penting seapower bagi kepentingan nasional negaranya. Kennedy pernah berucap:
”Control of the seas means security. Control of the seas means peace. Control of the seas mean victory. The United States must control the sea if it is to protect our security”.
Mari kita tarik ucapan Kennedy dalam konteks Indonesia. Artinya kalimat The United States diganti dengan Indonesia, sementara kalimat lainnya tetap sama. Pertanyaannya, bagian mana dari ucapan tersebut yang tidak relevan dengan Indonesia? Jawabannya adalah tidak ada, semuanya relevan dengan kondisi Indonesia.
Stabilitas keamanan Indonesia ditentukan oleh pengendalian laut. Tanpa pengendalian laut, keutuhan Indonesia sebagai negara bangsa dipertaruhkan. Tanpa pengendalian laut, perdamaian di Indonesia tidak akan terjamin. Perdamaian di Indonesia identik dengan perdamaian di kawasan Asia Tenggara, sebab luas perairan Indonesia adalah dua pertiga kawasan ini.
Pengendalian laut juga berarti kemenangan bagi Indonesia, sebab mustahil Indonesia dapat mempertahankan keutuhan wilayah negaranya tanpa memperoleh kemenangan di laut. Ruang dan waktu sekarang berbeda dengan ruang dan waktu pada 1945, sehingga apabila ada perang maka Indonesia tak punya pilihan kecuali menang di laut juga.
Selanjutnya, tidak ada yang bisa membantah bahwa keamanan nasional Indonesia tidak dapat dicapai tanpa pengendalian laut. Pertanyaannya, siapa yang bisa mengendalikan laut di Indonesia? Tentu jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah Angkatan Laut.
Tidak ada pihak lain yang di Indonesia yang bisa melaksanakan pengendalian laut kecuali Angkatan Laut.
Dari situ tergambar bahwa seapower sifatnya mutlaknya bagi Indonesia. Namun masalahnya adalah masih banyak pihak di negeri ini yang tidak paham dengan seapower, sebagian lagi tidak berpihak kepada Angkatan Laut. Bahkan ada pihak yang sangat yakin bahwa Indonesia akan disegani di kawasan dan dunia apabila mengedepankan soft power. Suatu keyakinan yang sesat dan menyesatkan, sebab sejarah membuktikan bahwa kejayaan Indonesia di abad ke-20 antara lain justru karena seapower.
Sayang, sejarah kejayaan seapower di abad ke-20 dicoba untuk dihapus dari catatan dari lembaran sejarah negeri ini. Sebaliknya kegagalan soft power Indonesia di awal abad ke-21 berusaha ditutup-tutupi dengan tinta emas. Kalau Indonesia memang tidak perlu dengan seapower, seharusnya negeri ini mengajukan diri kepada PBB untuk mengubah statusnya dari negara kepulauan menjadi negara kontinental saja. Dengan menjadi kekuatan kontinental, seapower bukan hal yang mutlak, meskipun tidak sedikit kekuatan kontinental yang kini menjadi seapower.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar