All hands,
Angkatan Laut dengan sistem senjatanya yaitu kapal perang mempunyai karakteristik unik yang tidak dipunyai oleh kekuatan militer lainnya dalam rangka mendukung kebijakan luar negeri. Bentuk dukungan tersebut berupa penyebaran kapal perang ke wilayah perairan yang dinilai strategis dan terkait dengan kebijakan luar negeri, baik melalui operasi rutin maupun kontinjensi. Sebagai contoh adalah masalah perompakan dan pembajakan di Laut di perairan Somalia dan sekitarnya, banyak negara yang kebijakan luar negerinya menghendaki ada stabilitas perdamaian di perairan tersebut. Sebagai penerjemahan dari kehendak itu, maka disebarkan gugus tugas Angkatan Laut ke perairan Somalia untuk memerangi para perompak dan pembajak.
Contoh berikutnya adalah saat Perang Lebanon/Hizbullah-Israel Juli-Agustus 2006, beberapa Angkatan Laut menyebarkan kapal perangnya ke Lebanon untuk mengevakuasi warga negara mereka dan warga negara lainnya. Sebab kebijakan luar negeri negara-negara itu mengharamkan adanya warga mereka yang menjadi korban perang antara Hizbullah dan Israel.
Untuk contoh yang lebih ekstrim adalah penyebaran kapal perang untuk menangkal suatu negara lain atau mendukung suatu pihak dalam suatu konflik. Hal ini antara lain pernah dipraktekkan oleh Indonesia dengan menyebarkan gugus tugas Angkatan Lautnya ke Teluk Benggala merespon Perang India-Pakistan 1965. Kalau Indonesia dalam sejarah Angkatan Lautnya baru satu kali melaksanakan hal tersebut, Amerika Serikat sudah melakukannya secara rutin dalam berbagai kontinjensi di dunia.
Beberapa contoh itu menunjukkan bahwa Angkatan Laut mempunyai peran untuk mendukung kebijakan luar negeri dan dikenal sebagai peran diplomasi. Ditarik dalam konteks Indonesia, pertanyaannya adalah mengapa kemampuan Angkatan Laut dalam mendukung kebijakan luar negeri selama ini tidak dioptimalkan, bahkan ekstrimnya tidak dilirik sama sekali. Apakah karena kebijakan Indonesia yang cinta damai dan mengutamakan soft power?
Angkatan Laut dengan sistem senjatanya yaitu kapal perang mempunyai karakteristik unik yang tidak dipunyai oleh kekuatan militer lainnya dalam rangka mendukung kebijakan luar negeri. Bentuk dukungan tersebut berupa penyebaran kapal perang ke wilayah perairan yang dinilai strategis dan terkait dengan kebijakan luar negeri, baik melalui operasi rutin maupun kontinjensi. Sebagai contoh adalah masalah perompakan dan pembajakan di Laut di perairan Somalia dan sekitarnya, banyak negara yang kebijakan luar negerinya menghendaki ada stabilitas perdamaian di perairan tersebut. Sebagai penerjemahan dari kehendak itu, maka disebarkan gugus tugas Angkatan Laut ke perairan Somalia untuk memerangi para perompak dan pembajak.
Contoh berikutnya adalah saat Perang Lebanon/Hizbullah-Israel Juli-Agustus 2006, beberapa Angkatan Laut menyebarkan kapal perangnya ke Lebanon untuk mengevakuasi warga negara mereka dan warga negara lainnya. Sebab kebijakan luar negeri negara-negara itu mengharamkan adanya warga mereka yang menjadi korban perang antara Hizbullah dan Israel.
Untuk contoh yang lebih ekstrim adalah penyebaran kapal perang untuk menangkal suatu negara lain atau mendukung suatu pihak dalam suatu konflik. Hal ini antara lain pernah dipraktekkan oleh Indonesia dengan menyebarkan gugus tugas Angkatan Lautnya ke Teluk Benggala merespon Perang India-Pakistan 1965. Kalau Indonesia dalam sejarah Angkatan Lautnya baru satu kali melaksanakan hal tersebut, Amerika Serikat sudah melakukannya secara rutin dalam berbagai kontinjensi di dunia.
Beberapa contoh itu menunjukkan bahwa Angkatan Laut mempunyai peran untuk mendukung kebijakan luar negeri dan dikenal sebagai peran diplomasi. Ditarik dalam konteks Indonesia, pertanyaannya adalah mengapa kemampuan Angkatan Laut dalam mendukung kebijakan luar negeri selama ini tidak dioptimalkan, bahkan ekstrimnya tidak dilirik sama sekali. Apakah karena kebijakan Indonesia yang cinta damai dan mengutamakan soft power?
1 komentar:
ya kalau mau soft power angkatan perangnya harus kuat, AL sebagai alat diplomasi dan AU melindungi AL & AD dari udara serta AD dipersiapkan sebagai alat pukul utama semua itu harus didukung dengan alutsista yang mumpuni bukan yang ecek-ecek,....
berdayakan industri pertahanan dalam negeri, tempat2 riset serta industri pendukungnya untuk memajukan dan membuat alutsista yang mumpuni .
Posting Komentar