All hands,
Pemimpin negeri ini boleh-boleh saja mempunyai mimpi besar yang berjudul standby force untuk kepentingan operasi perdamaian. Akan tetapi hal itu harus berada dalam bingkai kepentingan nasional Indonesia. Artinya, standby force harus memberikan keuntungan politik, ekonomi dan militer bagi kekuatan pertahanan Indonesia. Tidak tepat bila standby force diadakan hanya untuk menaikkan citra Indonesia tanpa berkontribusi pada meningkatkan profesionalisme militer negeri ini.
Terkait dengan masalah itu, langkah pertama dan mutlak harus dilaksanakan oleh Indonesia adalah melaksanakan transformasi pertahanan. Isu transformasi pertahanan ini bersifat mutlak, sehingga harus terus digemakan. Tanpa transformasi pertahanan, kekuatan pertahanan Indonesia hari ini akan tetap sama dengan 10 tahun mendatang, bahkan 20 tahun mendatang.
Soal transformasi pertahanan sudah beberapa kali dibahas dalam tulisan-tulisan lain di sini. Oleh sebab itu, kali ini tidak akan diulas lebih dalam lagi mengenai apa itu transformasi pertahanan. Sekarang tinggal memilih, apakah kita mau berubah menuju kondisi yang lebih baik atau begini-begini saja.
India adalah salah satu negara yang sukses dengan transformasi pertahanan. Melalui kegiatan itu, militer India kini telah menjadi kekuatan kawasan yang diperhitungkan. Terlebih lagi industri pertahanan negeri itu mendukung transformasi itu, karena kuatnya keinginan politik dari pemerintah India soal swasembada sistem senjata.
India juga merupakan satu dari tiga negara terbesar dalam troop contributor countries (TCC) operasi perdamaian. Militer India mampu melaksanakan interoperability dengan militer negara-negara maju. Semua itu di antaranya karena India melaksanakan transformasi pertahanan untuk mengejar ketertinggalannya dari negara-negara maju di bidang militer.
Indonesia sesuai dengan kapasitasnya sebenarnya dapat menjadi kekuatan regional dalam arti sebenarnya, bukan kekuatan regional dalam tanda kutip yang modalnya cuma soft power. Jalan yang harus ditempuh ke arah sana sama dengan jalan yang telah ditempuh oleh India, yaitu transformasi pertahanan. Transformasi pertahanan suka atau tidak suka akan mengubah semua hal yang selama ini sudah mapan, seperti doktrin, operasi dan organisasi.
Perubahan ketiga aspek itu berbuntut pula pada perubahan sistem senjata. Maksudnya, sistem senjata yang digunakan harus mengacu pada doktrin yang dianut. Strategi pun juga berubah seiring dengan transformasi pertahanan, sebab strategi akan dipengaruhi pula oleh aplikasi teknologi dalam sistem senjata.
Dengan kata lain, mimpi besar berjudul standby force harus didahului oleh transformasi pertahanan. Bila tidak, mimpi besar itu sebenarnya tidak memberikan keuntungan strategis apapun bagi kepentingan nasional Indonesia. Artinya, sebelum bermimpi bahwa Indonesia akan mendapat banyak dana reimbursement dari PBB, Indonesia harus mengeluarkan anggaran yang besar dan terukur terlebih dahulu untuk membenahi kekuatan militer lewat transformasi pertahanan.
Pemimpin negeri ini boleh-boleh saja mempunyai mimpi besar yang berjudul standby force untuk kepentingan operasi perdamaian. Akan tetapi hal itu harus berada dalam bingkai kepentingan nasional Indonesia. Artinya, standby force harus memberikan keuntungan politik, ekonomi dan militer bagi kekuatan pertahanan Indonesia. Tidak tepat bila standby force diadakan hanya untuk menaikkan citra Indonesia tanpa berkontribusi pada meningkatkan profesionalisme militer negeri ini.
Terkait dengan masalah itu, langkah pertama dan mutlak harus dilaksanakan oleh Indonesia adalah melaksanakan transformasi pertahanan. Isu transformasi pertahanan ini bersifat mutlak, sehingga harus terus digemakan. Tanpa transformasi pertahanan, kekuatan pertahanan Indonesia hari ini akan tetap sama dengan 10 tahun mendatang, bahkan 20 tahun mendatang.
Soal transformasi pertahanan sudah beberapa kali dibahas dalam tulisan-tulisan lain di sini. Oleh sebab itu, kali ini tidak akan diulas lebih dalam lagi mengenai apa itu transformasi pertahanan. Sekarang tinggal memilih, apakah kita mau berubah menuju kondisi yang lebih baik atau begini-begini saja.
India adalah salah satu negara yang sukses dengan transformasi pertahanan. Melalui kegiatan itu, militer India kini telah menjadi kekuatan kawasan yang diperhitungkan. Terlebih lagi industri pertahanan negeri itu mendukung transformasi itu, karena kuatnya keinginan politik dari pemerintah India soal swasembada sistem senjata.
India juga merupakan satu dari tiga negara terbesar dalam troop contributor countries (TCC) operasi perdamaian. Militer India mampu melaksanakan interoperability dengan militer negara-negara maju. Semua itu di antaranya karena India melaksanakan transformasi pertahanan untuk mengejar ketertinggalannya dari negara-negara maju di bidang militer.
Indonesia sesuai dengan kapasitasnya sebenarnya dapat menjadi kekuatan regional dalam arti sebenarnya, bukan kekuatan regional dalam tanda kutip yang modalnya cuma soft power. Jalan yang harus ditempuh ke arah sana sama dengan jalan yang telah ditempuh oleh India, yaitu transformasi pertahanan. Transformasi pertahanan suka atau tidak suka akan mengubah semua hal yang selama ini sudah mapan, seperti doktrin, operasi dan organisasi.
Perubahan ketiga aspek itu berbuntut pula pada perubahan sistem senjata. Maksudnya, sistem senjata yang digunakan harus mengacu pada doktrin yang dianut. Strategi pun juga berubah seiring dengan transformasi pertahanan, sebab strategi akan dipengaruhi pula oleh aplikasi teknologi dalam sistem senjata.
Dengan kata lain, mimpi besar berjudul standby force harus didahului oleh transformasi pertahanan. Bila tidak, mimpi besar itu sebenarnya tidak memberikan keuntungan strategis apapun bagi kepentingan nasional Indonesia. Artinya, sebelum bermimpi bahwa Indonesia akan mendapat banyak dana reimbursement dari PBB, Indonesia harus mengeluarkan anggaran yang besar dan terukur terlebih dahulu untuk membenahi kekuatan militer lewat transformasi pertahanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar