29 Juli 2009

Apa Setelah Minimum Essential Force?

All hands,
Susunan kekuatan dalam minimum essential force AL kita yang dirancang harus diakui sebagian besar bertumpu pada sistem senjata yang posisinya satu atau dua generasi di bawah teknologi generasi termutakhir. Tumpuan pada sistem senjata demikian merupakan sebuah keterpaksaan karena tidak ada lagi pilihan lain. Sebab tidak ada perbandingan lurus antara pengadaan sistem senjata termutakhir dengan makin bertambahnya usia sistem senjata lama.
Pilihan yang terpaksa bertumpu pada sistem senjata dengan teknologi generasi lama tentu saja mempunyai konsekuensi. Semisal biaya pemeliharaan dan operasional yang mahal, sulit untuk mampu menandingi perkembangan sistem senjata Angkatan Laut negara-negara lain di kawasan dan berpengaruh pula pada pembinaan personel, khususnya personel pada bidang operasi. Dan tentu saja kemampuan penangkalannya jauh dari situasi yang diharapkan.
Lepas dari semua itu, pertanyaannya kini apa langkah selanjutnya setelah minimum essential force ditetapkan? Sepertinya diketahui, pada susunan kekuatan dalam minimum essential force terdapat jumlah kekuatan yang dibutuhkan. Singkatnya, jumlah KRI, pesawat udara dan berbagai peralatan tempur Korps Marinir.
Jumlah itu bisa tetap di atas kertas, akan tetapi realita di lapangan dapat dipastikan bahwa jumlah itu akan menyusut seiring berjalannya waktu. Sebab ada sistem senjata yang suka atau tidak suka harus dihapus, kecuali bila kita masih ingin dibebani dengan biaya pemeliharaan yang sudah tidak ekonomis.
Kembali ke pertanyaan tadi, intinya yaitu langkah apa yang dilakukan untuk mempertahankan jumlah kekuatan dalam minimum essential force? Pihak yang paling berkompeten menjawab pertanyaan ini adalah Departemen Pertahanan, bukan AL kita. Sebab kebijakan pertahanan, termasuk masalah anggaran dan pengadaan sistem senjata merupakan wewenang dan tanggung jawab departemen itu.
Secara logika, untuk mempertahankan susunan kekuatan dalam minimum essential force harus ada pengadaan sistem senjata baru guna menggantikan sistem senjata yang saat ini memperkuat konsep tersebut. Namun pertimbangan berdasarkan logika ini seringkali tidak sejalan dengan logika yang berkembang pada pengambil keputusan di bidang pertahanan.

Tidak ada komentar: