All hands,
Untuk mengukur kemampuan Angkatan Laut suatu negara apakah mampu melaksanakan proyeksi kekuatan sebenarnya tidak sulit. Terdapat beberapa indikator untuk mengukurnya, salah satu di antaranya adalah kemampuan melaksanakan underway replenishment alias replenishment at sea. Kemampuan underway replenishment suatu Angkatan Laut bisa dilihat dari kekuatan armada kapal bantunya. Armada kapal bantu bisa berupa salah satu satuan dalam armada negara tersebut, bisa pula berdiri sendiri di luar armada seperti halnya U.S. Military Sealift Command.
Dalam armada kapal bantu, bisa dilihat dimensi, tonase, jumlah dan kemampuan kapal-kapal yang dipunyai oleh suatu Angkatan Laut. Bisa dimensinya besar, tonasenya juga besar, berarti kapal itu secara teknis mampu untuk berlayar jauh. Apalagi bila jumlahnya banyak, dari situ bisa dibaca bahwa Angkatan Laut tersebut secara teknis mempunyai (potensi) kemampuan proyeksi kekuatan.
Sedangkan bila kapal bantu yang dimiliki dimensinya sedang atau kecil, tonasenya juga sedang atau kecil, menandakan bahwa Angkatan Laut yang mempunyai armada kapal bantu tersebut kemampuan proyeksi kekuatannya terbatas. Hal ini lepas dari berapa banyak jumlah kapal bantu berkemampuan underway replenishment yang dipunyai.
Indikator ini sangat bisa digunakan untuk mengukur kemampuan proyeksi kekuatan Angkatan Laut di dunia, termasuk di kawasan Asia Pasifik. Dengan batasan bahwa yang diukur adalah Angkatan Laut suatu negara, bukan Angkatan Laut koalisi negara. Sebab kalau sudah menyentuh pada koalisi, bisa saja suatu negara yang sebenarnya kemampuan proyeksinya terbatas menjadi besar karena dalam hal underway replenishment mengandalkan pada kapal bantu dari Angkatan Laut negara mitra koalisinya.
Untuk mengukur kemampuan Angkatan Laut suatu negara apakah mampu melaksanakan proyeksi kekuatan sebenarnya tidak sulit. Terdapat beberapa indikator untuk mengukurnya, salah satu di antaranya adalah kemampuan melaksanakan underway replenishment alias replenishment at sea. Kemampuan underway replenishment suatu Angkatan Laut bisa dilihat dari kekuatan armada kapal bantunya. Armada kapal bantu bisa berupa salah satu satuan dalam armada negara tersebut, bisa pula berdiri sendiri di luar armada seperti halnya U.S. Military Sealift Command.
Dalam armada kapal bantu, bisa dilihat dimensi, tonase, jumlah dan kemampuan kapal-kapal yang dipunyai oleh suatu Angkatan Laut. Bisa dimensinya besar, tonasenya juga besar, berarti kapal itu secara teknis mampu untuk berlayar jauh. Apalagi bila jumlahnya banyak, dari situ bisa dibaca bahwa Angkatan Laut tersebut secara teknis mempunyai (potensi) kemampuan proyeksi kekuatan.
Sedangkan bila kapal bantu yang dimiliki dimensinya sedang atau kecil, tonasenya juga sedang atau kecil, menandakan bahwa Angkatan Laut yang mempunyai armada kapal bantu tersebut kemampuan proyeksi kekuatannya terbatas. Hal ini lepas dari berapa banyak jumlah kapal bantu berkemampuan underway replenishment yang dipunyai.
Indikator ini sangat bisa digunakan untuk mengukur kemampuan proyeksi kekuatan Angkatan Laut di dunia, termasuk di kawasan Asia Pasifik. Dengan batasan bahwa yang diukur adalah Angkatan Laut suatu negara, bukan Angkatan Laut koalisi negara. Sebab kalau sudah menyentuh pada koalisi, bisa saja suatu negara yang sebenarnya kemampuan proyeksinya terbatas menjadi besar karena dalam hal underway replenishment mengandalkan pada kapal bantu dari Angkatan Laut negara mitra koalisinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar