All hands,
Dalam percaturan keamanan di Asia Tenggara, Indonesia harus diakui merupakan salah satu negara yang banyak melahirkan inisiatif keamanan. Contohnya adalah ASEAN Security Community yang konsep awalnya digagas oleh Indonesia. Namun harus diakui pula meskipun Indonesia kaya akan inisiatif, namun di sisi lain miskin dukungan politik untuk mewujudkan inisiatif tersebut agar senantiasa berada dalam bingkai kepentingan nasionalnya.
Dukungan politik dimaksud di antaranya adalah soal ketersediaan anggaran guna merealisasikan inisiatif tersebut. Sebagai contoh, dalam ASEAN Security Community terdapat bidang kerjasama di bidang keamanan maritim, khususnya yang melibatkan antar Angkatan Laut. Untuk mewujudkan hal tersebut, Indonesia sebenarnya bisa melakukan banyak hal yang bersifat nyata dalam kerjasama di lapangan, asalkan didukung oleh anggaran yang memadai. Sangat terbuka peluang bagi negeri ini untuk melakukan kegiatan latihan keamanan maritim kawasan yang mirip CARAT dan SEACAT yang digagas oleh Amerika Serikat. Syaratnya mudah, yaitu pemerintah menyediakan anggaran rutin yang cukup untuk itu. Namun sayangnya pemahaman para pengambil keputusan di negeri ini belum sampai ke sana.
Bahkan terkesan bahwa Indonesia ingin kembali menduduki posisi primus inter pares secara gratis. Maksudnya, dengan pengorbanan anggaran seminimal mungkin, Indonesia ingin meraih keuntungan sebesar mungkin. Itulah pola pikir yang tidak ingin bersusah payah tetapi ingin hasil sebesar-besarnya, bahkan cenderung ingin makan siang gratis.
Karena menganut pendekatan demikian, jangan menyesal bila negara-negara lain di sekitar Indonesia jauh lebih agresif dalam mewujudkan beragam inisiatif keamanan kawasan, baik dalam bingkai ASEAN maupun tidak. Sebagai contoh, kalau di Singapura adalah acara rutin tahun bertajuk The Shangrila Dialogue, di Brunei Darussalam ada pula kegiatan rutin bertajuk Bridex Conference. Isi kedua kegiatan itu pada dasarnya sama, yaitu membahas isu-isu keamanan kawasan. Sangat disayangkan bahwa Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara dikalahkan oleh negeri-negeri yang jauh lebih kecil di sekitarnya dalam soal inisiatif keamanan.
Dalam percaturan keamanan di Asia Tenggara, Indonesia harus diakui merupakan salah satu negara yang banyak melahirkan inisiatif keamanan. Contohnya adalah ASEAN Security Community yang konsep awalnya digagas oleh Indonesia. Namun harus diakui pula meskipun Indonesia kaya akan inisiatif, namun di sisi lain miskin dukungan politik untuk mewujudkan inisiatif tersebut agar senantiasa berada dalam bingkai kepentingan nasionalnya.
Dukungan politik dimaksud di antaranya adalah soal ketersediaan anggaran guna merealisasikan inisiatif tersebut. Sebagai contoh, dalam ASEAN Security Community terdapat bidang kerjasama di bidang keamanan maritim, khususnya yang melibatkan antar Angkatan Laut. Untuk mewujudkan hal tersebut, Indonesia sebenarnya bisa melakukan banyak hal yang bersifat nyata dalam kerjasama di lapangan, asalkan didukung oleh anggaran yang memadai. Sangat terbuka peluang bagi negeri ini untuk melakukan kegiatan latihan keamanan maritim kawasan yang mirip CARAT dan SEACAT yang digagas oleh Amerika Serikat. Syaratnya mudah, yaitu pemerintah menyediakan anggaran rutin yang cukup untuk itu. Namun sayangnya pemahaman para pengambil keputusan di negeri ini belum sampai ke sana.
Bahkan terkesan bahwa Indonesia ingin kembali menduduki posisi primus inter pares secara gratis. Maksudnya, dengan pengorbanan anggaran seminimal mungkin, Indonesia ingin meraih keuntungan sebesar mungkin. Itulah pola pikir yang tidak ingin bersusah payah tetapi ingin hasil sebesar-besarnya, bahkan cenderung ingin makan siang gratis.
Karena menganut pendekatan demikian, jangan menyesal bila negara-negara lain di sekitar Indonesia jauh lebih agresif dalam mewujudkan beragam inisiatif keamanan kawasan, baik dalam bingkai ASEAN maupun tidak. Sebagai contoh, kalau di Singapura adalah acara rutin tahun bertajuk The Shangrila Dialogue, di Brunei Darussalam ada pula kegiatan rutin bertajuk Bridex Conference. Isi kedua kegiatan itu pada dasarnya sama, yaitu membahas isu-isu keamanan kawasan. Sangat disayangkan bahwa Indonesia sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara dikalahkan oleh negeri-negeri yang jauh lebih kecil di sekitarnya dalam soal inisiatif keamanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar