31 Juli 2009

Kemampuan Mencegah Konflik Angkatan Laut

All hands,
Dalam era pasca Perang Dingin, kekuatan suatu Angkatan Laut tidak semata dinilai dari sistem senjatanya. Lebih dari itu, kekuatan Angkatan Laut salah satunya dinilai dari kebisaannya untuk mencegah konflik. Kebisaan untuk mencegah konflik dilaksanakan melalui diplomasi Angkatan Laut guna mendukung kebijakan politik yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Melalui diplomasi Angkatan Laut menggunakan kapal perang, suatu Angkatan Laut mengirimkan pesan diplomasi dan sekaligus kemampuan penangkalan kepada pihak lain yang dituju.
Dari sini dapat terbaca bahwa atmosfir keamanan saat ini dan ke depan mengutamakan pencegahan konflik, bukan mengutamakan perang. Sehingga di Amerika Serikat kekuatannya lautnya menganut frase preventing the war is as important as winning the war. Kata kuncinya adalah kecenderungan masa kini yaitu Angkatan Laut diarahkan untuk mencegah konflik. Namun apabila konflik muncul dan tidak bisa dicegah oleh Angkatan Laut, maka tugas berikutnya Angkatan Laut adalah memenangkan konflik tersebut sebagaimana digariskan oleh tujuan politik.
Berangkat dari situ, sangat jelas bahwa dalam kasus di Laut Sulawesi kekuatan laut Negeri Tukang Klaim tidak memahami perkembangan terbaru soal ke-Angkatan Laut-an. Kapal perang Negeri Tukang Klaim ---atas perintah para petinggi politiknya di semenanjung--- selalu memprovokasi AL kita sehingga menjadi konflik terbuka. Kehadiran kekuatan laut Negeri Tukang Klaim di Laut Sulawesi adalah untuk memunculkan konflik terbuka, bukan mencegah konflik.
Lepas dari kasus di Laut Sulawesi, kini sebaiknya menjadi pemahaman bersama bahwa arus utama dalam pemikiran ke-Angkatan Laut-an masa kini adalah mendayagunakan Angkatan Laut sebagai pencegah konflik. Tentu perlu dikaji dan dirumuskan lebih jauh bagaimana kontribusi AL kita guna mencegah konflik di kawasan, khususnya pada domain maritim.

Tidak ada komentar: