13 Agustus 2009

Kekuatan Militer Yang Tidak Berguna

All hands,
Apakah ada kekuatan militer yang tidak berguna? Ternyata ada, setidaknya menurut Laksamana Jay L. Johnson. Menurut mantan CNO ini, a military force that cannot win is worthless, in war and peace.
Dalam masa damai, kemenangan yang dimaksud yaitu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dalam operasi-operasi non tempur. Misalnya Angkatan Laut mampu melaksanakan penangkalan sehingga mempengaruhi cara bertindak (calon) lawan, mampu mengamankan perairan dari berbagai ancaman dan tantangan dan lain sebagainya.
Untuk dapat menciptakan kekuatan militer yang dapat mencapai kemenangan, baik di masa damai maupun perang, memerlukan jalan yang panjang. Persyaratan pertama dan utama adalah rasa memiliki terhadap militer oleh semua komponen bangsa, khususnya pihak eksekutif dan legislatif. Selama rasa memilikinya kurang, sebaiknya tidak berharap kekuatan militer tersebut dapat mencapai kemenangan. Sebab untuk mencapai kemenangan, dibutuhkan biaya atau investasi yang tidak sedikit.
Bila saat ini kita melihat dan atau menilai kekuatan militer negara-negara di sekitar Indonesia sepertinya lebih siap untuk mencapai kemenangan, itu karena para pengambil keputusan di sana tidak bersikap setengah hati terhadap militer. Militer tidak hanya dituntut untuk bisa mencapai kemenangan sebagai bagian dari pengamanan kepentingan nasional, tetapi juga dibekali dengan dana investasi yang tidak sedikit agar bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tantangan bagi Indonesia adalah bagaimana menjaga agar jangan sampai kekuatan militernya tergolong dalam kategori a worthless military force. Sebab bila kita mau jujur dan introspeksi, kemampuan kekuatan militer negeri ini untuk menghadapi ancaman konvensional saja diragukan. Maksudnya diragukan untuk mencapai kemenangan. Apalagi untuk menghadapi secara simultan dua atau tidak ancaman, kategorinya bukan diragukan lagi akan tetapi sudah berubah menjadi tidak mampu.
Bagaimana mencegah agar tidak masuk dalam kategori a worthless military force? Yang utama adalah dukungan anggaran. Dengan catatan bahwa anggaran mengikuti kebutuhan, bukan kebutuhan mengikuti anggaran. Negeri ini butuh militer yang profesional. Guna menuju ke arah itu, diperlukan modernisasi kekuatan. Dibutuhkan pula intensitas latihan yang tinggi dalam satu tahun. Diperlukan juga dana yang tidak sedikit untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
Bagaimana agar anggaran bisa mengikuti kebutuhan? Caranya adalah mengubah paradigma berpikir dalam pembangunan kekuatan. Ikutilah paradigma pembangunan kekuatan yang berlaku universal, bukan paradigma berpikir sesat ala Indonesia yang selama ini membodohi kita.

Tidak ada komentar: