All hands,
Geopolitik kawasan menempatkan Indonesia pada posisi yang strategis, sehingga tidak aneh bila banyak negara lain yang ingin Indonesia berada di bawah pengaruhnya. Termasuk pula dalam bidang pertahanan, yang mana negara-negara besar berupaya merangkul Indonesia. Salah satu bentuk rangkulan adalah dalam bidang kerjasama pertahanan, termasuk di dalamnya penjualan sistem senjata.
Ketika kini sebagian dari matra militer Indonesia mulai menggunakan sistem senjata buatan Rusia dan Cina guna mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat, Negeri Uwak Sam mulai merayu matra tertentu untuk menggunakan sistem senjata mereka. Agar rayuannya mudah diterima, maka sistem senjata itu ditawarkan dengan harga diskon. Harga diskon terjadi karena sistem senjata yang ditawarkan merupakan hasil penghapusan dari susunan tempur militer Amerika Serikat.
Tawaran itu sebenarnya sah saja, akan tetapi harus dilihat dampak politik dan operasionalnya. Dampak politik bisa saja berupa tuntutan di balik layar agar Indonesia menjaga jarak dengan Rusia dan Cina. Artinya, Indonesia jangan membeli lagi sistem senjata dari kedua negara itu. Dampaknya operasionalnya akan terasa mulai lima tahun ke depan, yaitu tingginya biaya pemeliharaan, selain suku cadang yang terbatas.
Tingginya biaya pemeliharaan menjadi alasan mengapa sistem senjata itu dihapus dari susunan tempur militer Amerika Serikat. Setelah dihitung secara cermat, biaya pemeliharaannya sudah tidak ekonomis lagi. Itulah alasan utama mengapa sistem senjata itu dihapus di Amerika Serikat.
Soal suku cadang, sebagian dari sistem senjata yang ditawarkan suku cadangnya mulai terbatas. Sementara sistem senjata itu minimal akan digunakan oleh militer Indonesia setidaknya sampai 25 tahun mendatang. Tidak ada jaminan bahwa suku cadang akan terus diproduksi sampai kurun waktu itu.
Menghadapi tawaran itu, yang harus dikedepankan adalah analisis biaya terhadap sistem senjata. Bukan melihat harga diskon yang ditawarkan. Analisis biaya itu harus dihitung untuk jangka panjang. Apakah betul hasil analisis biaya dari sistem senjata yang dibeli dengan harga diskon lebih murah untuk jangka panjang dibandingkan dengan analisis biaya untuk sistem senjata jenis yang sama yang merupakan brand new dari pabrikan.
Melihat secara sepintas tawaran dari Amerika Serikat, nampak jelas tawaran itu diberikan untuk tidak membuat kuat militer Indonesia. Sekarang tinggal kembali kepada pengambil keputusan di Departemen Pertahanan, apakah akan mengedepankan perhitungan analisis biaya yang rasional ataukah mengedepankan harga diskon terhadap tawaran itu. Juga apakah mengedepankan harga diskon tetapi berdampak negatif terhadap kekuatan matra militer Indonesia lainnya yang telah dan akan menggunakan sistem senjata buatan Rusia dan Cina.
Geopolitik kawasan menempatkan Indonesia pada posisi yang strategis, sehingga tidak aneh bila banyak negara lain yang ingin Indonesia berada di bawah pengaruhnya. Termasuk pula dalam bidang pertahanan, yang mana negara-negara besar berupaya merangkul Indonesia. Salah satu bentuk rangkulan adalah dalam bidang kerjasama pertahanan, termasuk di dalamnya penjualan sistem senjata.
Ketika kini sebagian dari matra militer Indonesia mulai menggunakan sistem senjata buatan Rusia dan Cina guna mengurangi ketergantungan pada Amerika Serikat, Negeri Uwak Sam mulai merayu matra tertentu untuk menggunakan sistem senjata mereka. Agar rayuannya mudah diterima, maka sistem senjata itu ditawarkan dengan harga diskon. Harga diskon terjadi karena sistem senjata yang ditawarkan merupakan hasil penghapusan dari susunan tempur militer Amerika Serikat.
Tawaran itu sebenarnya sah saja, akan tetapi harus dilihat dampak politik dan operasionalnya. Dampak politik bisa saja berupa tuntutan di balik layar agar Indonesia menjaga jarak dengan Rusia dan Cina. Artinya, Indonesia jangan membeli lagi sistem senjata dari kedua negara itu. Dampaknya operasionalnya akan terasa mulai lima tahun ke depan, yaitu tingginya biaya pemeliharaan, selain suku cadang yang terbatas.
Tingginya biaya pemeliharaan menjadi alasan mengapa sistem senjata itu dihapus dari susunan tempur militer Amerika Serikat. Setelah dihitung secara cermat, biaya pemeliharaannya sudah tidak ekonomis lagi. Itulah alasan utama mengapa sistem senjata itu dihapus di Amerika Serikat.
Soal suku cadang, sebagian dari sistem senjata yang ditawarkan suku cadangnya mulai terbatas. Sementara sistem senjata itu minimal akan digunakan oleh militer Indonesia setidaknya sampai 25 tahun mendatang. Tidak ada jaminan bahwa suku cadang akan terus diproduksi sampai kurun waktu itu.
Menghadapi tawaran itu, yang harus dikedepankan adalah analisis biaya terhadap sistem senjata. Bukan melihat harga diskon yang ditawarkan. Analisis biaya itu harus dihitung untuk jangka panjang. Apakah betul hasil analisis biaya dari sistem senjata yang dibeli dengan harga diskon lebih murah untuk jangka panjang dibandingkan dengan analisis biaya untuk sistem senjata jenis yang sama yang merupakan brand new dari pabrikan.
Melihat secara sepintas tawaran dari Amerika Serikat, nampak jelas tawaran itu diberikan untuk tidak membuat kuat militer Indonesia. Sekarang tinggal kembali kepada pengambil keputusan di Departemen Pertahanan, apakah akan mengedepankan perhitungan analisis biaya yang rasional ataukah mengedepankan harga diskon terhadap tawaran itu. Juga apakah mengedepankan harga diskon tetapi berdampak negatif terhadap kekuatan matra militer Indonesia lainnya yang telah dan akan menggunakan sistem senjata buatan Rusia dan Cina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar