22 Agustus 2009

Tantangan Masa Kini Dan Pembangunan Kekuatan Ke Depan

All hands,
Dalam pembangunan kekuatan Angkatan Laut, seringkali terjadi perdebatan tajam di antara pihak-pihak terkait pembangunan kekuatan ke depan dengan tantangan yang dihadapi saat ini. Sebagai contoh, apabila tantangan yang kini tengah dihadapi oleh Angkatan Laut bersifat low intensity conflict, apakah pembangunan kekuatan ke depan akan berfokus ke tantangan tersebut ataukah tetap mengembangkan kemampuan untuk menghadapi high intensity conflict? Kemampuan menghadapi high intensity conflict merupakan kemampuan tradisional Angkatan Laut di mana pun.
Mengapa terjadi perdebatan demikian? Jawabannya sederhana yaitu adanya uncertainties pada lingkungan keamanan masa depan. Seperti diketahui, melaksanakan prediksi terhadap dinamika lingkungan keamanan untuk lima tahun ke depan bukan suatu hal yang mudah, apalagi di atas lagi.
Sebagai contoh, dampak dari serangan seperti pada 11 September 2001 tidak pernah diprediksikan sebelumnya. Akibat dari serangan itu, kebijakan pertahanan Amerika Serikat berubah drastis, termasuk pula menyangkut pembangunan kekuatan Angkatan Laut. Strategi keamanan maritim Amerika Serikat berubah drastis pula, dengan lebih memfokuskan pada operasi di wilayah littoral untuk menghadapi low intensity conflict.
Masalahnya adalah apakah kesibukan Angkatan Laut saat ini menghadapi low intensity conflict harus atau dapat menjadikan hal itu sebagai template bagi pembangunan kekuatan ke depan? Di sinilah titik utama perdebatan yang terjadi.
Pembangunan kekuatan merupakan suatu proses yang berjangka waktu menengah, antara lima sampai 15 tahun. Panjangnya proses itu selain karena anggarannya yang sebagian bersifat tahun jamak, juga disebabkan ada jangka waktu antara proses pembangunan kapal perang hingga penyerahannya kepada Angkatan Laut.
Dalam jangka waktu yang terentang tersebut, dapat dipastikan lingkungan keamanan akan selalu bersifat dinamis. Pertanyaan yang sulit dijawab adalah seberapa dinamis kondisi itu dibandingkan dengan saat proses penyusunan dokumen rencana pembangunan kekuatan dilaksanakan. Meskipun dalam proses pembangunan kekuatan dimungkinkan terjadinya revisi program, akan tetapi hal itu tetap harus dibayar dengan waktu yang hilang sebelum suatu Angkatan Laut mempunyai kapal perang yang sesuai dengan kebutuhan mutakhir akibat dinamika lingkungan keamanan.
Apakah pembangunan Angkatan Laut harus memprioritaskan kemampuan menghadapi low intensity conflict ataukah tetap memperkuat kemampuan high intensity conflict? Sebagian pihak berpendapat sebaiknya ditempuh trade-off soal dua kemampuan itu. Sebagian lainnya berpendapat bahwa pembangunan kekuatan Angkatan Laut harus memfokuskan diri pada kemampuan high intensity conflict, sebab di situlah kemampuan tradisional Angkatan Laut yang tidak akan lekang oleh waktu.
Menurut hemat saya, seberapa sibuk pun suatu Angkatan Laut saat ini dengan low intensity conflict, pembangunan kekuatan Angkatan Laut ke depan harus tetap difokuskan pada high intensity conflict. Soal kapan kemampuan menghadapi high intensity conflict digunakan memang sulit untuk diprediksi, tetapi ketika kemampuan itu dibutuhkan maka Angkatan Laut harus sudah siap.
Kemampuan high intensity conflict harus tetap diprioritaskan dalam pembangunan Angkatan Laut sebagai Angkatan Laut adalah simbol kekuatan dan pengaruh suatu bangsa. Bagaimana mungkin bisa melaksanakan diplomasi Angkatan Laut yang credible apabila kemampuan high intensity conflict-nya rendah? Bagaimana bisa mempengaruhi course of action di darat bila yang menonjol adalah kemampuan low intensity conflict?
Royal Navy alias Angkatan Laut Inggris merupakan contoh menarik terjadinya perdebatan soal pembangunan kemampuan seperti apa yang harus dirancang ke depan. Perdebatan terjadi antara Royal Navy versus Kementerian Pertahanan dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Inggris Raya.
Indonesia bisa menjadikan kasus tersebut sebagai suatu pelajaran. Sebab hal seperti itu nampaknya juga terjadi di Indonesia, yang pokok persoalannya serupa yaitu apakah berfokus pada kemampuan low intensity conflict ataukah high intensity conflict?

Tidak ada komentar: