All hands,
Samudera India terus memainkan peran strategis dalam percaturan geopolitik kawasan dan dunia. Bila di era Perang Dingin perairan itu menjadi ajang pertarungan antara Amerika Serikat versus Uni Soviet, sekarang di samudera tersebut menjadi wadah “perkelahian” antara India versus Cina. Sementara Amerika Serikat sebagai pemain lama di lautan itu berpihak kepada India, sebagaimana terlihat sejak 2005 sampai kini dalam kebijakan-kebijakan Washington. Rutinnya pelaksanaan Malabar Exercise dan penjualan sistem senjata Amerika Serikat kepada India adalah contoh dari keberpihakan tersebut.
Sementara India sendiri yang merasa samudera tersebut sebagai miliknya sejak beberapa tahun silam telah menggagas IONS. IONS adalah tiruan dari WPNS yang dipelopori oleh Amerika Serikat. Lewat IONS, India ingin menegaskan kepemimpinannya di perairan yang terbentang dari pantai timur Afrika hingga pantai barat Indonesia dan Australia. Aspirasi Negeri Sungai Gangga itu tidak lepas pula dari ambisi Cina untuk mengendalikan perairan tersebut, misalnya dengan merangkul Pakistan dan Myanmar alias Burma, dua negeri yang selama ini dikenal tidak bersahabat dengan India.
Indonesia merupakan salah satu negara pantai Samudera India. Sebagai negara pantai, sudah sewajarnya bila negeri ini mempunyai peran signifikan dalam percaturan geopolitik Samudera India. Sebab perairan itu juga merupakan life line Indonesia. Pertanyaannya, bagaimana persepsi Indonesia terhadap Samudera India?
Selama ini pihak yang hirau dengan perkembangan di perairan tersebut adalah Angkatan Laut. Angkatan Laut negeri ini merupakan salah satu peserta dalam IONS. Hirauan Angkatan Laut tidak lepas dari kerjasama yang terjalin dengan mitranya di India.
Lepas bahwa sejauh ini belum ada ancaman nyata terhadap kepentingan nasional Indonesia yang bersumber atau menggunakan Samudera India sebagai lintasannya, sudah seharusnya pihak yang hirau dengan dinamika di Samudera India bukan sekedar Angkatan Laut. Walaupun kebijakan luar negeri Indonesia berpusat di ASEAN, tetapi hendaknya tidak melupakan kodrat bahwa Indonesia juga merupakan warga Samudera India. Bahkan dari sisi pasokan energi bagi kelangsungan hidup Indonesia, ASEAN nyaris tidak bernilai apapun dibandingkan Samudera India.
Sampai kapan Indonesia baru akan membuat kebijakan yang juga mempertimbangkan dinamika di Samudera India? Apakah harus menunggu munculnya ancaman nyata baru kemudian secara terburu-buru dan ad-hoc menyusun kebijakan tersebut? Kebijakan Indonesia tentang Samudera India tidak akan pernah lahir bila persepsi negeri ini terhadap lautan tersebut tidak jelas.
Samudera India terus memainkan peran strategis dalam percaturan geopolitik kawasan dan dunia. Bila di era Perang Dingin perairan itu menjadi ajang pertarungan antara Amerika Serikat versus Uni Soviet, sekarang di samudera tersebut menjadi wadah “perkelahian” antara India versus Cina. Sementara Amerika Serikat sebagai pemain lama di lautan itu berpihak kepada India, sebagaimana terlihat sejak 2005 sampai kini dalam kebijakan-kebijakan Washington. Rutinnya pelaksanaan Malabar Exercise dan penjualan sistem senjata Amerika Serikat kepada India adalah contoh dari keberpihakan tersebut.
Sementara India sendiri yang merasa samudera tersebut sebagai miliknya sejak beberapa tahun silam telah menggagas IONS. IONS adalah tiruan dari WPNS yang dipelopori oleh Amerika Serikat. Lewat IONS, India ingin menegaskan kepemimpinannya di perairan yang terbentang dari pantai timur Afrika hingga pantai barat Indonesia dan Australia. Aspirasi Negeri Sungai Gangga itu tidak lepas pula dari ambisi Cina untuk mengendalikan perairan tersebut, misalnya dengan merangkul Pakistan dan Myanmar alias Burma, dua negeri yang selama ini dikenal tidak bersahabat dengan India.
Indonesia merupakan salah satu negara pantai Samudera India. Sebagai negara pantai, sudah sewajarnya bila negeri ini mempunyai peran signifikan dalam percaturan geopolitik Samudera India. Sebab perairan itu juga merupakan life line Indonesia. Pertanyaannya, bagaimana persepsi Indonesia terhadap Samudera India?
Selama ini pihak yang hirau dengan perkembangan di perairan tersebut adalah Angkatan Laut. Angkatan Laut negeri ini merupakan salah satu peserta dalam IONS. Hirauan Angkatan Laut tidak lepas dari kerjasama yang terjalin dengan mitranya di India.
Lepas bahwa sejauh ini belum ada ancaman nyata terhadap kepentingan nasional Indonesia yang bersumber atau menggunakan Samudera India sebagai lintasannya, sudah seharusnya pihak yang hirau dengan dinamika di Samudera India bukan sekedar Angkatan Laut. Walaupun kebijakan luar negeri Indonesia berpusat di ASEAN, tetapi hendaknya tidak melupakan kodrat bahwa Indonesia juga merupakan warga Samudera India. Bahkan dari sisi pasokan energi bagi kelangsungan hidup Indonesia, ASEAN nyaris tidak bernilai apapun dibandingkan Samudera India.
Sampai kapan Indonesia baru akan membuat kebijakan yang juga mempertimbangkan dinamika di Samudera India? Apakah harus menunggu munculnya ancaman nyata baru kemudian secara terburu-buru dan ad-hoc menyusun kebijakan tersebut? Kebijakan Indonesia tentang Samudera India tidak akan pernah lahir bila persepsi negeri ini terhadap lautan tersebut tidak jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar