All hands,
Dalam transformasi pertahanan di Amerika Serikat, pada tingkat strategis operasional turunannya berupa dominant maneuver, precision engagement, focused logistics and full dimensional protections. Di sini saya akan bahas mengenai focused logistics.
Sudah menjadi jargon yang kita hafal di luar kepala bahwa logistik tidak memenangkan peperangan, namun perang tidak dapat dimenangkan tanpa dukungan logistik. Berangkat dari jargon itu pula mengapa banyak militer yang memberikan perhatian terhadap logistik, meskipun seringkali personel logistik dipandang sebelah mata dibandingkan dengan personel operasi.
Menurut definisi yang dikembangkan oleh militer om Sam, focused logistics is the ability to provide the joint force the right personnel, equipment, supplies, and support in the right place, at the right time, and in the right quantities, across the full range of military operations.
Urusan logistik memang urusan yang rumit, meskipun personelnya sering diremehkan. Apalagi bagi Angkatan Laut yang beroperasi jauh dari pangkalan induk, jaminan logistiknya nggak bisa ditawar-tawar. Bila sebagian Angkatan Laut masih mengikutkan kapal logistik dalam konvoinya, saat ini ada pula Angkatan Laut yang mengembangkan sea-based logistic melalui prepositioned ship. Jadi antara kapal logistik dengan konvoi gugus tugas akan RV di koordinat yang telah ditentukan untuk melaksanakan RAS (replenishment at sea).
Logistik Angkatan Laut secara garis besar bisa dibagi ke dalam logistik basah, cair dan kering. Yang dimaksud logistik di sini bukan saja makanan dan minuman, tapi juga bahan bakar, minyak pelumas, air tawar, munisi berbagai kaliber, bahkan suku cadang kapal perang sendiri.
Kalau kita tarik masalah logistik ke dalam AL kita, kita sama-sama paham ada banyak masalah. Untuk logistik basah dan cair kita nggak banyak masalah. Makanan, minuman, bahan bakar dan minyak pelumas relatif gampang mengaksesnya di pasaran, yang penting ada dukungan anggarannya. Ha..ha..ha..
Yang jadi masalah itu suku cadang kapal dan munisi, terkadang stok kita nggak banyak karena pembeliannya dibatasi oleh negara produsen. Jadi urusan logistik AL itu mempunyai benang merah dengan produsen senjata. Belum lagi ketidakberesan dalam perencanaan pengadaan, khususnya untuk suku cadang kapal.
Belum lagi sebagian besar Lantamal dan Lanal belum mampu dukung logistik AL sepenuhnya. Entah itu dermaganya nggak bisa disandari kapal perang berbagai jenis, nggak ada depo bahan bakar, dermaganya dangkal dan lain sebagainya. Itu antara lain karena pembentukan sebagai Lanal kita bukan untuk dukung operasi kapal perang, tapi lebih untuk kepentingan keamanan laut.
Singkatnya, pekerjaan rumah kita di bidang logistik banyak sekali. Kita harus focused logistics bila ingin mencapai misi di laut. Tantangan makin besar ketika harga BBM masih tinggi, sehingga defisit BBM bagi kepentingan operasi makin besar.
Dalam transformasi pertahanan di Amerika Serikat, pada tingkat strategis operasional turunannya berupa dominant maneuver, precision engagement, focused logistics and full dimensional protections. Di sini saya akan bahas mengenai focused logistics.
Sudah menjadi jargon yang kita hafal di luar kepala bahwa logistik tidak memenangkan peperangan, namun perang tidak dapat dimenangkan tanpa dukungan logistik. Berangkat dari jargon itu pula mengapa banyak militer yang memberikan perhatian terhadap logistik, meskipun seringkali personel logistik dipandang sebelah mata dibandingkan dengan personel operasi.
Menurut definisi yang dikembangkan oleh militer om Sam, focused logistics is the ability to provide the joint force the right personnel, equipment, supplies, and support in the right place, at the right time, and in the right quantities, across the full range of military operations.
Urusan logistik memang urusan yang rumit, meskipun personelnya sering diremehkan. Apalagi bagi Angkatan Laut yang beroperasi jauh dari pangkalan induk, jaminan logistiknya nggak bisa ditawar-tawar. Bila sebagian Angkatan Laut masih mengikutkan kapal logistik dalam konvoinya, saat ini ada pula Angkatan Laut yang mengembangkan sea-based logistic melalui prepositioned ship. Jadi antara kapal logistik dengan konvoi gugus tugas akan RV di koordinat yang telah ditentukan untuk melaksanakan RAS (replenishment at sea).
Logistik Angkatan Laut secara garis besar bisa dibagi ke dalam logistik basah, cair dan kering. Yang dimaksud logistik di sini bukan saja makanan dan minuman, tapi juga bahan bakar, minyak pelumas, air tawar, munisi berbagai kaliber, bahkan suku cadang kapal perang sendiri.
Kalau kita tarik masalah logistik ke dalam AL kita, kita sama-sama paham ada banyak masalah. Untuk logistik basah dan cair kita nggak banyak masalah. Makanan, minuman, bahan bakar dan minyak pelumas relatif gampang mengaksesnya di pasaran, yang penting ada dukungan anggarannya. Ha..ha..ha..
Yang jadi masalah itu suku cadang kapal dan munisi, terkadang stok kita nggak banyak karena pembeliannya dibatasi oleh negara produsen. Jadi urusan logistik AL itu mempunyai benang merah dengan produsen senjata. Belum lagi ketidakberesan dalam perencanaan pengadaan, khususnya untuk suku cadang kapal.
Belum lagi sebagian besar Lantamal dan Lanal belum mampu dukung logistik AL sepenuhnya. Entah itu dermaganya nggak bisa disandari kapal perang berbagai jenis, nggak ada depo bahan bakar, dermaganya dangkal dan lain sebagainya. Itu antara lain karena pembentukan sebagai Lanal kita bukan untuk dukung operasi kapal perang, tapi lebih untuk kepentingan keamanan laut.
Singkatnya, pekerjaan rumah kita di bidang logistik banyak sekali. Kita harus focused logistics bila ingin mencapai misi di laut. Tantangan makin besar ketika harga BBM masih tinggi, sehingga defisit BBM bagi kepentingan operasi makin besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar