All hands,
Ketika berbicara di depan The Heritage Foundation, Washington pada 16 Juli 2008, Panglima U.S. Pasific Command Laksamana Timothy Keating mengkonfirmasi laporan bahwa Amerika Serikat telah membekukan penjualan senjata ke Taiwan. Perkembangan itu berarti tertunda penyerahan paket senjata senilai US$ 11 milyar, penyerahan lusinan F-16 dan 12 P-3C Orion kepada Taiwan. Menurut Keating, setidaknya kebijakan itu sampai Presiden Bush menyelesaikan masa jabatannya Januari 2009.
Kasus itu menarik untuk dianalisis dampaknya bagi Indonesia. Pada dasarnya kebijakan Amerika Serikat itu nggak lepas dari urusan Korea Utara maupun kepentingan untuk hindari konflik di Selat Taiwan. Keberhasilan Amerika Serikat menekan Korea Utara untuk mengakhiri program nuklirnya tidak lepas dari peran Cina sebagai sekutu dekat Korea Utara. Mungkin itu satu dari sedikitnya kebijakan luar negeri Bush yang berhasil selama delapan tahun di Gedung Putih.
Oleh karena itu, Amerika Serikat harus memberikan kompensasi kepada Cina, yang dalam hal ini wujudnya adalah pembekuan penjualan senjata. Kompensasi itu juga karena kepentingan utama Amerika Serikat adalah menghindari konfrontasi militer dengan Cina. Lagi pula situasi hubungan Selat Taiwan yang mulai menunjukkan kemajuan dalam beberapa waktu terakhir menjadi alasan bagi Amerika Serikat untuk menilai bahwa tidak ada ancaman segera terhadap Taiwan.
Gimana Amerika Serikat mau lawan Cina, Cina kan mempunyai cadangan dalam dollar senilai US$ 1.700 milyar. Kalau sepertiga cadangan itu dilepas ke pasar, pasti akan menurunkan secara drastis nilai dollar Amerika Serikat. Washington berkepentingan memulihkan perekonomiannya, termasuk di antaranya mengurangi defisit perdagangan dengan Cina yang pada 2007 sebesar US$ 256,3 milyar. Sehingga dia nggak mau main-main sama Cina. Lagi pula dia nggak punya instrumen untuk tekan Cina.
Pertanyaannya kemudian, apa hubungannya dengan Indonesia? Kita sama-sama tahu kalau Amerika Serikat kurang senang karena Cina mulai memasarkan senjatanya kepada Indonesia yang saat ini masih diembargo olehnya. Sekarang kita AL sudah pakai rudal C-802 buatan Cina untuk gantikan Harpoon. Yang kita khawatirkan, salah satu skenario yang mungkin dikembangkan oleh Cina adalah mengurangi penjualan senjata ke Indonesia apabila Amerika Serikat mampu menekannya. Masalahnya adalah apakah Amerika Serikat mempunyai instrumen untuk menekan Cina saat ini?
Ketika berbicara di depan The Heritage Foundation, Washington pada 16 Juli 2008, Panglima U.S. Pasific Command Laksamana Timothy Keating mengkonfirmasi laporan bahwa Amerika Serikat telah membekukan penjualan senjata ke Taiwan. Perkembangan itu berarti tertunda penyerahan paket senjata senilai US$ 11 milyar, penyerahan lusinan F-16 dan 12 P-3C Orion kepada Taiwan. Menurut Keating, setidaknya kebijakan itu sampai Presiden Bush menyelesaikan masa jabatannya Januari 2009.
Kasus itu menarik untuk dianalisis dampaknya bagi Indonesia. Pada dasarnya kebijakan Amerika Serikat itu nggak lepas dari urusan Korea Utara maupun kepentingan untuk hindari konflik di Selat Taiwan. Keberhasilan Amerika Serikat menekan Korea Utara untuk mengakhiri program nuklirnya tidak lepas dari peran Cina sebagai sekutu dekat Korea Utara. Mungkin itu satu dari sedikitnya kebijakan luar negeri Bush yang berhasil selama delapan tahun di Gedung Putih.
Oleh karena itu, Amerika Serikat harus memberikan kompensasi kepada Cina, yang dalam hal ini wujudnya adalah pembekuan penjualan senjata. Kompensasi itu juga karena kepentingan utama Amerika Serikat adalah menghindari konfrontasi militer dengan Cina. Lagi pula situasi hubungan Selat Taiwan yang mulai menunjukkan kemajuan dalam beberapa waktu terakhir menjadi alasan bagi Amerika Serikat untuk menilai bahwa tidak ada ancaman segera terhadap Taiwan.
Gimana Amerika Serikat mau lawan Cina, Cina kan mempunyai cadangan dalam dollar senilai US$ 1.700 milyar. Kalau sepertiga cadangan itu dilepas ke pasar, pasti akan menurunkan secara drastis nilai dollar Amerika Serikat. Washington berkepentingan memulihkan perekonomiannya, termasuk di antaranya mengurangi defisit perdagangan dengan Cina yang pada 2007 sebesar US$ 256,3 milyar. Sehingga dia nggak mau main-main sama Cina. Lagi pula dia nggak punya instrumen untuk tekan Cina.
Pertanyaannya kemudian, apa hubungannya dengan Indonesia? Kita sama-sama tahu kalau Amerika Serikat kurang senang karena Cina mulai memasarkan senjatanya kepada Indonesia yang saat ini masih diembargo olehnya. Sekarang kita AL sudah pakai rudal C-802 buatan Cina untuk gantikan Harpoon. Yang kita khawatirkan, salah satu skenario yang mungkin dikembangkan oleh Cina adalah mengurangi penjualan senjata ke Indonesia apabila Amerika Serikat mampu menekannya. Masalahnya adalah apakah Amerika Serikat mempunyai instrumen untuk menekan Cina saat ini?
Kita harus cermat memperhatikan fenomena ini. Siapa tahu pembekuan itu mempunyai sinyal politik yang harus kita tangkap. Setidaknya berimplikasi pada pembangunan kekuatan AL kita.
1 komentar:
Biasa lah Amrik gitu. Kapan hari yang Indonesia beli senjata di Rusia kan Amrik gusar juga
Posting Komentar