02 Juli 2008

Peperangan Generasi Keempat

All hands,
Bagi kita di domain AL, istilah peperangan generasi keempat (fourth generation warfare) bukan sesuatu yang asing di telinga. Tapi bagi yang berada di luar kita, belum tentu mereka paham. Jangan-jangan malah baru dengar. Ha..ha..ha.. Itulah hebatnya AL!!!
Terminologi peperangan generasi keempat pertama kali dipopulerkan oleh Kolonel William S. Lind, USMC dan kawan-kawan pada 1989 lewat tulisan majalah Marine Corps Gazette berjudul The Changing Face of War: Into the Fourth Generation. Jadi pencetus pemikiran tentang pemikiran tentang peperangan generasi keempat masih saudara kandungnya AL juga. Ha..ha..ha..
Peperangan generasi pertama sampai ketiga dimonopoli oleh aktor negara. Kekerasan adalah monopoli negara. Titik!!! Tapi premis itu gugur dengan sendirinya ketika muncul peperangan generasi keempat. Kini pelaku kekerasan bukan saja aktor negara, tapi juga aktor non negara.
Munculnya peperangan generasi keempat tidak lepas dari perubahan masyarakat di dunia, seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan technical yang mempengaruhi sifat alamiah (nature) dari perang. Kolonel Lind dan kawan-kawan mempostulasikan sejarah peperangan, khususnya dari pengalaman peradaban Barat, dalam beberapa fase yang berbeda. Fase pertama dimulai tahun 1648 ketika negara-negara Eropa, menandatangani perdamaian Westphalia yang merupakan awal dari munculnya konsep negara bangsa. Adapun fase lengkap tiga generasi peperangan sebelumnya adalah sebagai berikut:

Peperangan Generasi Pertama
Tactics : Line and column
Economy : Surplus of peoples and resources
Politics : Nation states mobilized population and resources
Society : ”Rules of war” resulted from Thirty Years War and Treaty of Westphalia
Technology : Musket, muzzle load artillery


Peperangan Generasi Kedua
Tactics : Mass firepower
Economy : Mass product
Politics : Total mobilization of nation state
Society : Social pressure kept men at the colors
Technology : Rail road, telegraph, small arms, artillery



Peperangan Generasi Ketiga
Tactics : Penetration and disruption
Economy : Mechanized economy
Politics : Capacity of nation state to innovate
Society : Society that produce speciliazed skills that enable freedom of action (e.g pilots, mechanics, etc)
Technology : Internal combustion, aircraft, radio



Peperangan generasi keempat itu merupakan konsep baru yang berpijak pada networked, transnational dan information based. Peperangan ini menggunakan semua jaringan politik, ekonomi, sosial dan militer yang tersedia untuk melakukan serangan langsung terhadap keinginan (the will) pemimpin politik musuh. Di sini sasarannya adalah untuk mengubah pemikiran para pembuat kebijakan musuh secara langsung.
Konsep dasar peperangan ini adalah keinginan politik yang lebih kuat dapat mengalahkan kekuatan ekonomi dan militer yang lebih besar. Dengan kata lain, peperangan generasi keempat karakteristiknya bersifat politik, protracted dan networked.
Siapa yang praktekkan peperangan ini? Kelompok Osama Bin Ladin, di Irak dan Afghanistan, juga kelompok Hizbullah di Lebanon. Mereka sadar betul akan kalah kalau menghadapi uwak Sam dan Israel secara simetris. Makanya mereka garap asimetris.
Dalam pemikiran Lind yang terbaru, dia menilai bahwa peperangan generasi keempat juga diwarnai oleh kembali “berhadapannya” kultur dunia yang di masa lalu pernah berhadapan. Yaitu Barat yang identik dengan identitas Kristen dan Islam. Setidaknya itu yang terjadi di wilayah-wilayah yang identik dengan pusat politik dan budaya Islam, khususnya Arab dan sekitarnya. Namun tidak berarti bahwa peperangan generasi keempat adalah peperangan agama, sebab siapa pun bisa eksploitasi metode peperangan ini.
Dalam konteks maritim, peperangan generasi keempat sudah terjadi. Serangan Al Qaida terhadap USS Cole, MV Limburg dan serangan kelompok Hizbullah terhadap kapal korvet Ahi Hanit adalah bagian dari peperangan generasi keempat. Bagaimana dengan Indonesia sekarang? Siap nggak menghadapinya?

Tidak ada komentar: