All hands,
Bangsa ini punya pengalaman yang banyak soal insurgency dan counterinsurgency. Sejak tahun-tahun pertama kita jadi negara bangsa, kita sudah dihadapkan pada insurgency. Sejak awal pula AL senantiasa terlibat dalam berbagai kampanye counterinsurgency, dengan kasus pemberontakan RMS di Maluku pada 1950 sebagai awal keterlibatan itu. Terakhir AL kita terlibat kampanye counterinsurgency di Aceh.
Dari keterlibatan itu, sudah sepantasnya kita mengambil lesson learned. Kampanye counterinsurgency yang dilaksanakan oleh AL akan senantiasa dihadapkan pada luasnya wilayah laut yang harus dikendalikan. Di Aceh misalnya, kita tak sepenuhnya bisa mencegah penyelundupan senjata dari Thailand dan Malaysia ke wilayah itu. Begitu pula di Maluku, penyelundupan senjata dari luar Maluku nggak bisa kita cegah sepenuhnya.
Berangkat dari situ, ada baiknya bila kita kembangkan konsep kampanye counterinsurgency AL. Mungkin saja konsep itu ada, namun sejauh ini saya belum pernah dengar. Yang ingin saya tekankan di sini adalah konsep itu menjawab masalah kekinian yang kompleks.
Konsep itu akan berisikan antara lain masalah battlespace awareness (geografis wilayah operasi yang sebagian besar terbuka 360 derajat dari laut), pola atau modus penyelundupan senjata beserta wahana apa yang mereka gunakan, pola operasi AL dan yang tak kalah pentingnya maritime domain awareness. Maritime domain awareness itu sangat penting dalam counterinsurgency AL. MDA itu merupakan penjumlahan dari situational awareness + intelligence.
Belajar dari pengalaman di Aceh, konsep operasi yang kita gunakan saat ini untuk mencegah penyelundupan senjata melalui penyekatan laut ada baiknya ditinjau kembali. Kita harus ukur apa kelebihan dan kekurangan dari konsep itu. Kalau memang konsep itu nggak bisa jawab tantangan yang berkembang di lapangan, pilihan logisnya adalah kita revisi atau kembangkan konsep baru.
Untuk kampanye counterinsurgency, AL mempunyai peran yang cukup besar karena kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Tantangannya adalah mampu tidak kita melaksanakan itu sehingga mencapai kesuksesan dengan parameter yang jelas dan terukur?
Bangsa ini punya pengalaman yang banyak soal insurgency dan counterinsurgency. Sejak tahun-tahun pertama kita jadi negara bangsa, kita sudah dihadapkan pada insurgency. Sejak awal pula AL senantiasa terlibat dalam berbagai kampanye counterinsurgency, dengan kasus pemberontakan RMS di Maluku pada 1950 sebagai awal keterlibatan itu. Terakhir AL kita terlibat kampanye counterinsurgency di Aceh.
Dari keterlibatan itu, sudah sepantasnya kita mengambil lesson learned. Kampanye counterinsurgency yang dilaksanakan oleh AL akan senantiasa dihadapkan pada luasnya wilayah laut yang harus dikendalikan. Di Aceh misalnya, kita tak sepenuhnya bisa mencegah penyelundupan senjata dari Thailand dan Malaysia ke wilayah itu. Begitu pula di Maluku, penyelundupan senjata dari luar Maluku nggak bisa kita cegah sepenuhnya.
Berangkat dari situ, ada baiknya bila kita kembangkan konsep kampanye counterinsurgency AL. Mungkin saja konsep itu ada, namun sejauh ini saya belum pernah dengar. Yang ingin saya tekankan di sini adalah konsep itu menjawab masalah kekinian yang kompleks.
Konsep itu akan berisikan antara lain masalah battlespace awareness (geografis wilayah operasi yang sebagian besar terbuka 360 derajat dari laut), pola atau modus penyelundupan senjata beserta wahana apa yang mereka gunakan, pola operasi AL dan yang tak kalah pentingnya maritime domain awareness. Maritime domain awareness itu sangat penting dalam counterinsurgency AL. MDA itu merupakan penjumlahan dari situational awareness + intelligence.
Belajar dari pengalaman di Aceh, konsep operasi yang kita gunakan saat ini untuk mencegah penyelundupan senjata melalui penyekatan laut ada baiknya ditinjau kembali. Kita harus ukur apa kelebihan dan kekurangan dari konsep itu. Kalau memang konsep itu nggak bisa jawab tantangan yang berkembang di lapangan, pilihan logisnya adalah kita revisi atau kembangkan konsep baru.
Untuk kampanye counterinsurgency, AL mempunyai peran yang cukup besar karena kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Tantangannya adalah mampu tidak kita melaksanakan itu sehingga mencapai kesuksesan dengan parameter yang jelas dan terukur?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar