07 Juli 2008

John McCain dan Pembangunan Kekuatan AL

All hands,
Setiap menjelang pemilu Presiden Amerika Serikat, salah satu isu yang mengedepan antara calon Partai Republik dan Partai Demokrat adalah politik luar negeri. John McCain, mantan tawanan Perang Vietnam karena F-4 Phantom-nya ditembak jatuh oleh Vietnam Utara, mengidentifikasi sembilan isu dalam agenda kebijakan luar negerinya bila dia terpilih menuju Gedung Putih. Satu dari sembilan isu itu adalah revitalizing the transatlantic partnership.
Terkait dengan isu tersebut, McCain dengan tegas menyatakan:
We need a new Western approach to this revanchist Russia. We should start by ensuring that the G-8, the group of eight highly industrialized states, becomes again a club of leading market democracies: it should include Brazil and India but exclude Russia.
Saya garis bawahi exclude Russia. Kalau kebijakan McCain begitu, dapat dipastikan andai dia terpilih jadi Presiden, maka geopolitik dunia sepertinya akan diarahkan kembali menyerupai masa Perang Dingin. Artinya, akan ada dua kubu besar yang berhadapan dan Cina nampaknya akan menjadi kekuatan yang akan dibujuk oleh kedua belah pihak untuk in favor of kepada mereka. Tendensi McCain ke Perang Dingin semakin kuat ketika dia bicara isu defending the homeland. McCain bilang:
I will set up a new agency patterned after the erstwhile Office of Strategic Services. A modern-day OSS coul draw together specialists in unconventional warfare, civil affairs, and psychological warfare; covert-action operators; and expert in anthropology, advertising, and other relevant disciplines from inside and outside government.
Bagi kita yang belajar sejarah, kita sangat paham bagaimana sepak terjang OSS selama Perang Dunia Kedua dan sejak 1947 dilanjutkan oleh CIA. OSS adalah cikal bakal CIA.
Terus apa dampaknya buat Indonesia, khususnya pembangunan kekuatan AL? Indonesia kayaknya akan dihadapkan pada pertanyaan either you with us or against us. Kalau jamannya Bush Jr konteksnya adalah terorisme, di era McCain konteksnya adalah Rusia. Masalah bagi AL adalah untuk beberapa tahun ke depan, pembangunan kekuatan kita sedikit banyak akan mengandalkan pasokan alutsista dari Rusia. Yang sepertinya sudah pasti tank BMP-3. Yang masih tarik ulur kapal selam kelas Kilo, juga rudal jelajah Yakhont.
Pada sisi lain, kita nggak bisa andalkan om Sam dalam pembangunan kekuatan AL kita. Jangankan alutsistanya, ”restu”-nya saja susah.
So…it’s better for us to enter such an era, whether we like it or not.

Tidak ada komentar: