All hands,
Artikel-artikel mengenai Angkatan Laut Cina alias PLAN banyak beredar di sejumlah majalah yang spesialisasinya soal AL dan pertahanan. Itu gejala dalam lima tahun terakhir, khususnya majalah-majalah yang dipunyai oleh U.S. Navy atau U.S. Department of Defense. Seperti Naval War College Review dan Joint Force Quarterly. Di U.S. Naval War College, ada beberapa profesor dan purnawirawan AL yang fokus pada kajian terhadap PLAN.
Banyaknya artikel mengenai PLAN mencerminkan bahwa PLAN menjadi fokus perhatian bagi Amerika Serikat, khususnya U.S. Navy. Cina diprediksi akan menjadi peer competitor Amerika Serikat dan status itu dianggap akan membahayakan kepentingan Washington.
Banyak isu soal PLAN, tapi biasanya yang difokuskan oleh para pemikir strategi di U.S. Navy adalah soal kapal induk, kapal selam dan kapal atas air. Dari tiga itu, saat ini fokus terbesar adalah pada kapal selam. Sebab PLAN terus membangun kemampuannya di situ, yang ditujukan untuk counter kapal induk U.S. Navy.
Yang menarik untuk kita cermati antara kemajuan C4ISR PLAN dengan komando dan kendali. Dengan semakin majunya C4ISR, maka kodal operasi akan lebih bersifat desentralisasi sesuai dengan kondisi di lapangan. Para komandan kapal perang akan lebih banyak mengambil keputusan sendiri tanpa harus laporan ke komando atas. Apalagi sudah ada aturan pelibatan yang jelas.
Hal demikian berlaku pada AL negara-negara demokratis. Bagaimana dengan PLAN? Seperti kita ketahui, di tiap kapal perang mereka ada dua penguasa, komandan dan komisaris politik. Komandan tidak sepenuhnya berkuasa, dia harus dapat persetujuan dari komisaris politik untuk bertindak. Keduanya pun masih harus lapor lagi ke komando atas. Artinya, kodal masih tersentralisasi di pusat.
Dengan kondisi seperti itu, AL Uni Soviet di masa lalu kapal-kapalnya lebih banyak disebar di perairan di dekat wilayahnya daripada berpatroli keliling dunia. Yang berpatroli keliling dunia kebanyakan kapal selam. Pertanyaannya, kenapa begitu? Uni Soviet takut kalau sebagian besar kapal perangnya dilepas patroli jauh dari wilayahnya, para awak kapal akan membelot ke Barat.
Dikaitkan dengan Cina, apakah juga begitu? Mungkinkah PLAN akan menjadi AL ekspedisi? Ingat, Cina masih negara komunis di mana dalam militernya peran komisaris politik sangat besar dan menentukan. Apakah PLAN akan banyak sebarkan kapal-kapalnya jauh dari wilayah Cina dengan segenap resikonya? Seberapa besar faktor pengaruh kodal tersentralisasi dikaitkan dengan rencana Cina menjadikan PLAN sebagai blue water navy?
Artikel-artikel mengenai Angkatan Laut Cina alias PLAN banyak beredar di sejumlah majalah yang spesialisasinya soal AL dan pertahanan. Itu gejala dalam lima tahun terakhir, khususnya majalah-majalah yang dipunyai oleh U.S. Navy atau U.S. Department of Defense. Seperti Naval War College Review dan Joint Force Quarterly. Di U.S. Naval War College, ada beberapa profesor dan purnawirawan AL yang fokus pada kajian terhadap PLAN.
Banyaknya artikel mengenai PLAN mencerminkan bahwa PLAN menjadi fokus perhatian bagi Amerika Serikat, khususnya U.S. Navy. Cina diprediksi akan menjadi peer competitor Amerika Serikat dan status itu dianggap akan membahayakan kepentingan Washington.
Banyak isu soal PLAN, tapi biasanya yang difokuskan oleh para pemikir strategi di U.S. Navy adalah soal kapal induk, kapal selam dan kapal atas air. Dari tiga itu, saat ini fokus terbesar adalah pada kapal selam. Sebab PLAN terus membangun kemampuannya di situ, yang ditujukan untuk counter kapal induk U.S. Navy.
Yang menarik untuk kita cermati antara kemajuan C4ISR PLAN dengan komando dan kendali. Dengan semakin majunya C4ISR, maka kodal operasi akan lebih bersifat desentralisasi sesuai dengan kondisi di lapangan. Para komandan kapal perang akan lebih banyak mengambil keputusan sendiri tanpa harus laporan ke komando atas. Apalagi sudah ada aturan pelibatan yang jelas.
Hal demikian berlaku pada AL negara-negara demokratis. Bagaimana dengan PLAN? Seperti kita ketahui, di tiap kapal perang mereka ada dua penguasa, komandan dan komisaris politik. Komandan tidak sepenuhnya berkuasa, dia harus dapat persetujuan dari komisaris politik untuk bertindak. Keduanya pun masih harus lapor lagi ke komando atas. Artinya, kodal masih tersentralisasi di pusat.
Dengan kondisi seperti itu, AL Uni Soviet di masa lalu kapal-kapalnya lebih banyak disebar di perairan di dekat wilayahnya daripada berpatroli keliling dunia. Yang berpatroli keliling dunia kebanyakan kapal selam. Pertanyaannya, kenapa begitu? Uni Soviet takut kalau sebagian besar kapal perangnya dilepas patroli jauh dari wilayahnya, para awak kapal akan membelot ke Barat.
Dikaitkan dengan Cina, apakah juga begitu? Mungkinkah PLAN akan menjadi AL ekspedisi? Ingat, Cina masih negara komunis di mana dalam militernya peran komisaris politik sangat besar dan menentukan. Apakah PLAN akan banyak sebarkan kapal-kapalnya jauh dari wilayah Cina dengan segenap resikonya? Seberapa besar faktor pengaruh kodal tersentralisasi dikaitkan dengan rencana Cina menjadikan PLAN sebagai blue water navy?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar