All hands,
Pada kapal atas air bertonase sebesar sekelas fregat ke atas, sistem senjata yang melengkapi kapal perang itu secara garis besar terdiri dari senjata permukaan, senjata anti udara dan senjata bawah air. Soal mana suatu sistem senjata yang lebih kuat dibanding lainnya, tergantung pada fungsi asasi kapal perang tersebut. Hal itu sudah menyangkut filosofi desain dan operational requirement.
Pada kapal atas air masa kini, persenjataan rudal anti kapal permukaan yang melengkapinya semakin banyak. Pada tahun 1970-1980-an, suatu fregat atau minimal korvet biasanya dipersenjatai dengan empat rudal anti kapal permukaan alias dua tabung. Seiring berjalannya waktu, kini kapal-kapal atas air sebagian besar telah dipersenjatai oleh delapan rudal serupa atau empat tabung.
Bahkan tidak sedikit yang jumlah tabungnya lebih banyak dan menggunakan moda VLS. Secara umum VLS lebih banyak dipakai untuk rudal anti pesawat dan atau rudal jelajah seperti Tomahawk. Moda VLS biasanya menggunakan dek haluan sebagai tempat peluncuran.
Ditarik dalam konteks AL kita, kapal perang kita masih menggunakan pendekatan 1970-an dalam persenjataan anti permukaan. Setiap kapal atas air kita, baik kelas korvet maupun fregat, hanya dipersenjatai oleh empat rudal. Dalam 30 tahun terakhir, sepertinya tidak ada perubahan terhadap konfigurasi tersebut.
Konfigurasi empat rudal pada setiap kapal kini menghadapi tantangan ketika kita harus melaksanakan kalkulasi tempur. Mengapa kesulitan? Sebab menurut kalkulasi, kita membutuhkan dua kapal atas air untuk melumpuhkan satu kapal perang lawan. Berapa jumlah rudal yang dibutuhkan untuk melumpuhkan kapal lawan tidak perlu saya sebut di sini.
Kesulitan itu dapat kita atasi bila ke depan satu kapal kombatan kelas korvet atau fregat dipersenjatai oleh delapan rudal anti permukaan. Pada kondisi tersebut, kita hanya memerlukan satu kapal atas air untuk melumpuhkan kapal perang lawan. Penting untuk digarisbawahi bahwa kalkulasi tempur yang dihitung secara matematis hanya berlaku pada ruang dan waktu tertentu. Artinya kalkulasi tahun ini belum tentu akan berlaku tahun-tahun berikutnya, karena ada faktor-faktor determinan lain yang mempengaruhi.
Terkait dengan persoalan itu, sebaiknya ke depan rancang bangun kapal perang kelas korvet dan atau fregat harus mampu mengakomodasi kebutuhan jumlah senjata yang meningkat. Hal itu berkonsekuensi terhadap desain kapal, tetapi sebenarnya tidak terlalu signifikan. Sebab kapal perang masa kini dan masa depan semakin meningkat otomasinya yang berkonsekuensi terhadap berkurangnya pengawak.
Masalah utama dalam mengubah konfigurasi sistem senjata di kapal perang kita adalah paradigma. Selama masih menganut paradigma lama soal peperangan laut, sulit untuk beranjak dari konsep empat rudal di tiap kapal korvet dan atau fregat. Paradigma demikian harus diubah, sebab hal itu merupakan tuntutan operasional saat ini dan ke depan.
Pada kapal atas air bertonase sebesar sekelas fregat ke atas, sistem senjata yang melengkapi kapal perang itu secara garis besar terdiri dari senjata permukaan, senjata anti udara dan senjata bawah air. Soal mana suatu sistem senjata yang lebih kuat dibanding lainnya, tergantung pada fungsi asasi kapal perang tersebut. Hal itu sudah menyangkut filosofi desain dan operational requirement.
Pada kapal atas air masa kini, persenjataan rudal anti kapal permukaan yang melengkapinya semakin banyak. Pada tahun 1970-1980-an, suatu fregat atau minimal korvet biasanya dipersenjatai dengan empat rudal anti kapal permukaan alias dua tabung. Seiring berjalannya waktu, kini kapal-kapal atas air sebagian besar telah dipersenjatai oleh delapan rudal serupa atau empat tabung.
Bahkan tidak sedikit yang jumlah tabungnya lebih banyak dan menggunakan moda VLS. Secara umum VLS lebih banyak dipakai untuk rudal anti pesawat dan atau rudal jelajah seperti Tomahawk. Moda VLS biasanya menggunakan dek haluan sebagai tempat peluncuran.
Ditarik dalam konteks AL kita, kapal perang kita masih menggunakan pendekatan 1970-an dalam persenjataan anti permukaan. Setiap kapal atas air kita, baik kelas korvet maupun fregat, hanya dipersenjatai oleh empat rudal. Dalam 30 tahun terakhir, sepertinya tidak ada perubahan terhadap konfigurasi tersebut.
Konfigurasi empat rudal pada setiap kapal kini menghadapi tantangan ketika kita harus melaksanakan kalkulasi tempur. Mengapa kesulitan? Sebab menurut kalkulasi, kita membutuhkan dua kapal atas air untuk melumpuhkan satu kapal perang lawan. Berapa jumlah rudal yang dibutuhkan untuk melumpuhkan kapal lawan tidak perlu saya sebut di sini.
Kesulitan itu dapat kita atasi bila ke depan satu kapal kombatan kelas korvet atau fregat dipersenjatai oleh delapan rudal anti permukaan. Pada kondisi tersebut, kita hanya memerlukan satu kapal atas air untuk melumpuhkan kapal perang lawan. Penting untuk digarisbawahi bahwa kalkulasi tempur yang dihitung secara matematis hanya berlaku pada ruang dan waktu tertentu. Artinya kalkulasi tahun ini belum tentu akan berlaku tahun-tahun berikutnya, karena ada faktor-faktor determinan lain yang mempengaruhi.
Terkait dengan persoalan itu, sebaiknya ke depan rancang bangun kapal perang kelas korvet dan atau fregat harus mampu mengakomodasi kebutuhan jumlah senjata yang meningkat. Hal itu berkonsekuensi terhadap desain kapal, tetapi sebenarnya tidak terlalu signifikan. Sebab kapal perang masa kini dan masa depan semakin meningkat otomasinya yang berkonsekuensi terhadap berkurangnya pengawak.
Masalah utama dalam mengubah konfigurasi sistem senjata di kapal perang kita adalah paradigma. Selama masih menganut paradigma lama soal peperangan laut, sulit untuk beranjak dari konsep empat rudal di tiap kapal korvet dan atau fregat. Paradigma demikian harus diubah, sebab hal itu merupakan tuntutan operasional saat ini dan ke depan.
2 komentar:
masih sulit dilaksanakan..
Apalagi untuk kondisi sekarang dimana anggaran SEWACO masih dinomorduakan dan prioritas utama lebih kepada platform dan mesin.
Ketidak siapan sistem senjata berimbas kepada disalahkannya Pwa yang bersangkutan karena dianggap tidak mampu menyiapkan SEWACO kapal tanpa mau melihat prioritas penggunaan anggaran yang diberikan.
Saya paham itu.Justru soal itu sudah "digugat" oleh beberapa Pwa senior ketika sudah masuk ke kalpur dengan "pihak lain".Prioritas anggaran mestinya sudah harus bergeser.Ingat,pas mau layar kan laporannya KAPAL SIAP BERLAYAR DAN BERTEMPUR.Kalau memang kondisinya begitu terus,mestinya bunyi laporan diubah dong.
Posting Komentar